Tri Pusat Pendidikan Ki Hajar Dewantara: “Jimat” Ampuh Tangkal Radikalisme

Tri Pusat Pendidikan Ki Hajar Dewantara: “Jimat” Ampuh Tangkal Radikalisme

- in Narasi
1127
0
Tri Pusat Pendidikan Ki Hajar Dewantara: “Jimat” Ampuh Tangkal Radikalisme

Di dalam hidupnya anak-anak adalah tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya, yaitu alam keluarga, alam perguruan dan alam pergerakan pemuda (masyarakat).

(Ki Hajar Dewantara)

Hari ini radikalisme menjadi momok menakutkan bagi masyarakat dunia. Kehadirannya yang mampu mengubah manusia menjadi mesin pembunuh menghawatirkan semua pihak. Tentu kita tidak akan pernah lupa atas sederetan kasus-kasus terorisme yang terjadi di Indonesia, bahkan dunia. Sebut saja misalnya bom Bali hingga aksi penembakan keji di New Zealand. Atau yang terbaru yakni kasus terorisme di Sri Lanka yang memakan korban tidak sedikit. Semua aksi teror tersebut, jika diurut, akan bermuara pada virus radikalisme yang terus menyebar ke berbagai penjuru dunia lewat beragam saluran. Jika dibiarkan saja, maka virus radikalisme ini ibarat kanker, yang perlahan terus tumbuh dan jika tiba saatnya, menjadi pembunuh yang mematikan!

Melawan radikalisme harus dilakukan dengan cara-cara yang cerdas dan memiliki efek jangka panjang. Selain melalui tidakan taktis seperti penangkapan para teroris, hal-hal mendasar juga harus dilakukan. Penangkapan para pelaku teror saja tidak akan membuat kegiatan teror berhenti. Sebab, radikalisme itu ideologi. Sepanjang kehidupan manusia masih ada, maka selama itu pula ideologi akan terus ada. Berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Merasuk dari satu kepala ke kepala lainnya. Oleh karenanya, melawannya juga harus dengan ideologi. Ideologi harus dilawan dengan ideologi. Dan tidak ada cara ampuh untuk memasukkan ideologi selain melalui pendidikan. Makanya, pendidikan memiliki peran penting dalam menangkal ideologi radikalisme-terorisme.

Ki Hajar Dewantara yang dikenal sebagai bapak pendidikan Indonesia pernah mencetuskan pemikiran cemerlang dalam dunia pendidikan. Sebagaimana tertulis dalam buku Karya Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama yang diterbitkan oleh Majelis Luhur Tamansiswa, Ki Hajar menyebut tiga pusat pendidikan yang memiliki peran penting dalam kehidupan seorang manusia. Tiga pendidikan itu adalah pendidikan keluarga, sekolah dan pendidikan alam pergerakan pemuda yang dapat dimaknai masyarakat.

Baca juga :Mengoptimalkan Pengembangan E-Book sebagai Media Pendidikan Karakter

Pertama, pendidikan keluarga. Pendidikan keluarga adalah pendidikan pertama yang diterima oleh manusia. Keluarga menjadi tempat pertama seorang manusia menerima berbagai hal yang mendasar. Pendidikan keluarga menjadi penentu bagi masa depan seorang anak. Tentu saja, di sini, dalam pendidikan keluarga orang tua menjadi pemain utamanya. Makanya, orang tua di era milenial harus mampu memberikan pemahaman yang baik tentang keberagaman yang ada di dunia. Hal itu penting untuk diajarkan kepada generasi milenial, karena radikalisme adalah paham yang tidak menerima perbedaan. Bagi para pelaku teror, setiap yang berbeda dengan mereka itu salah dan darahnya halal untuk ditumpahkan! Cara ampuh melawan pemahaman itu ya dengan terus menerus menanamkan antitesanya kepada anak, yaitu berbeda itu tidak masalah dan bukan suatu dosa.

Kedua, pendidikan di sekolah. Sekolah menjadi tempat kedua yang penting bagi perkembangan seorang manusia. Jika di keluarga, orang tua menjadi pemain utama, maka di sekolah, gurulah yang jadi ujung tombak. Di era milenial, guru harus mampu menghadirkan pendidikan karakter yang membentuk para siswa menjadi insan terbuka dan tidak anti terhadap perbedaan. Guru harus mampu menunjukkan kepada para siswa bahwa perbedaan itu tidak salah. Bahwa perbedaan itu sunatullah yang tidak bisa dihindari, apalagi dibasmi.

Selain itu, guru juga perlu memberikan pemahaman bahwa tindakan terorisme, apa pun alasannya, adalah perbuatan yang dilarang oleh agama dan bangsa mana pun. Pemahaman seperti itu perlu diberikan kepada generasi milenial agar nantinya tak kaget ketika bertemu dengan orang-orang yang memiliki paham radikal. Dan tak akan mudah terkena propaganda para radikalis yang hari ini sangat mudah ditemui di ruang ruang dunia maya. Para guru juga perlu memberikan pemahaman agama yang baik dan menyeluruh. Agar para siswa tidak latah dengan pemeluk agama lain.

Ketiga, pendidikan di masyarakat. Alam pendidikan yang terakhir ini, menjadi tempat penting selanjutnya bagi perjalanan hidup seorang manusia. Selain keluarga dan sekolah, masyarakat juga memiliki tanggung jawab pendidikan. Sebagaimana yang dipahami, masyarakat adalah sekumpulan individu dan kelompok yang terikat olrah kesatuan negara, kebudayaan dan agama. Setiap masyarakat mempunyai cita-cita, peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu.

Masyarakat memiliki pengaruh yang besar terhadap individu-individu di dalamnya. Jika lingkungan masyarakatnya baik, maka baik pula individu di dalamnya. Sebaliknya, jika lingkungan masyarakatnya buruk, maka buruk pula individu di dalamnya. Di sinilah penting kiranya, individu-individu di dalam masyarakat perlu bergerak bersama membentuk sebuah masyarakat yang dinamis, terbuka dan tidak anti terhadap perbedaan.

Budaya tepo seliro¸gotong royong, saling menghargai dan saling menjaga perlu untuk terus dijaga eksistensinya di dalam masyarakat. Dengan terus lestarinya budaya semacam itu, secara tidak langsung memberikan pengajaran kepada generasi milenial dan menutup tumbuh kembangnya paham-paham radikal di masyarakat.

Terakhir, ketiga pusat pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara tersebut adalah jimat ampuh dalam melawan radikalisme. Makanya, ketiganya harus bersatu padu dalam melakukan perlawanan. Sebab, jika hanya sebagian saja yang melakukan, maka perlawanan yang dimunculkan tidak akan efektif. Sinergi ketiganya sangat penting untuk tetap menjaga generasi milenial dari paham radikal yang merusak. Begitu.

Facebook Comments