Adalah hal yang ironis melihat fakta Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia, namun justru belum sepenuhnya lepas dari fenomena hasutan yang memecah-belah. Padahal, menghasut, mengadu domba dan memecah belah adalah tindakan-tindakan yang sangat dikecam oleh Islam.
Di dalam Alquran Surat al Qalam ayat 10-11 Allah telah berfirman, “Dan janganlah kamu ikuti orang yang mengobral sumpah lagi berkarakter rendah, yang suka mencela dan mengadu-domba (memfitnah)”.
Ayat itu dipertegas oleh sabda Nabi Muhammad Saw, “Maukah kalian aku beritahu tentang orang paling buruk di antara kalian. Yaitu orang yang kerjanya mengadu-domba, menghasut, mencerai-beraikan orang yang saling bersahabat atau mengasihi, dan yang suka mencari kekurangan orang yang tidak berdosa“.
Di Hadist yang lain, Rasulullah bahkan mengultimatum para penghasut bahwa mereka tidak akan mendapatkan surga. Begitu kerasnya ultimatum itu menandakan bahwa hasutan dan adu-domba yang memecah belah sangat tidak ditoleransi oleh Islam.
Alasan mengapa Islam sangat tidak permisif pada perilaku menghasut dan mengadu-domba adalah karena perilaku tersebut menimbulkan efek destruktif sebagai internal maupun eksternal. Perilaku menghasut, memfitnah, dan mengadu-domba secara pribadi dapat merusak pikiran dan jiwa pelakunya.
Orang yang gemar menghasut, memfitnah, dan mengadu-domba cenderung tidak stabil mentalnya. Pikirannya disibukkan oleh hal negatif tentang orang lain. Bukannya berpikir untuk memperbaiki diri sendiri, penghasut justru sibuk mencari kesalahan orang lain dan merusak kehidupan orang lain.
Secara psikologis, perilaku yang seperti ini tidak sehat. Sebuah riset yang dilakukan oleh para ahli Psikologi di Universitas di Jepang bahkan menemukan fakta bahwa pikiran-pikiran negatif dapat merusak sel-sel otak dan tubuh. Lalu menjadikan tubuh manusia lemah, dan daya tahannya terhadap penyakit menurun. Efeknya, manusia akan berumur pendek.
Sebuah film dokumenter yang ditayangkan di Netflix berjudul The Human Longevity Projects seolah mengonfirmasi hasil penerimaan tersebut. Film itu berisi liputan ke berbagai kota di seluruh dunia dimana penduduknya dikenal memiliki umur panjang dan berusaha mengungkap rahasianya. Ternyata, rahasia mereka umur panjang adalah optimis menjalani hidup, dan berpikir positif terhadap orang lain.
Dampak Menghasut dari Sisi Internal Maupun Eksternal
Itulah mengapa, menghasut dan memfitnah serta mengadu-domba sangat dilarang dalam Islam. Perilaku tersebut tidak lain merupakan bagian dari penyakit hati, yang merusak pikiran dan jiwa. Manusia yang pikiran dan jiwanya rusak mustahil memiliki kondisi tubuh yang sehat dan harapan berumur panjang.
Selain efek internal, perilaku menghasut, memfitnah, dan mengadu-domba juga berdampak secara eksternal. Yaitu rusaknya tatanan sosial di masyarakat. Munculnya hasutan dan adu-domba membuat relasi masyarakat merenggang. Masyarakat lantas hidup dengan penuh kecurigaan, ketakutan, bahkan kebencian antar-sesamanya.
Hasutan dan adu-domba dapat meruntuhkan sikap saling percaya yang telah terbentuk di masyarakat. Padahal, sikap saling percaya itu adalah fondasi yang menopang struktur sosial. Jika fondasinya rusak, maka keseluruhan bangunan sosial itu akan ambruk.
Sebagai negara majemuk, musuh terbesar kita saat ini adalah hasutan dan adu-domba. Ancaman asing yang sifatnya agresi militer tampaknya bukan jadi musuh utama kita saat ini. Musuh kita saat ini justru berasal dari dalam diri kita sendiri. Yakni mewabahnya perilaku menghasut, memfitnah, dan mengadu-domba dengan isu politik dan keagamaan.
Hadirnya media sosial sebagai sarana baru komunikasi publik kian menambah kompleks persoalan. Kini, hasutan dan adu domba bisa dengan mudah disebarluaskan secara masif melalui media sosial. Maka, tidak ada jalan lain kecuali mengahdirkan kembali etika sosial Islam dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
Etika sosial Islam adalah seperangkat aturan tentang apa yang boleh-tidak boleh atau pantas-tidak pantas dilakukan sesuai ajaran Islam. Etika sosial dalam Islam itu jelas, yakni menghormati individu lain sebagaimana kita ingin dihormati. Inilah prinsip kesalingan (mutual). Maka, dalam hal ini kita tidak boleh mengolok-olok orang lain (syukriah), mencela (lamz), dan menjuluki orang lain dengan sebutan merendahkan (nabz).
Selain itu, etika sosial dalam Islam juga melarang umat untuk melakukan hasutan, provokasi, dan adu domba atau dalam istilah agama disebut namimah. Namimah adalah dosa besar dimana pelakunya tertolak masuk surga.
Implementasi etika sosial Islam ini penting. Jangan sampai, umat Islam hanya fokus pada ekspresi keislaman simbolik. Rajin sholat, mengenakan pakaian muslim yang trendy, berkali-kali naik haji dan umrah, namun tetap menebar hasutan dan adu-domba.
Yang demikian itu jelas merupakan keislaman yang artfisial alias palsu. Islam harus hadir sebagai seperangkat nilai moral dan etika keseharian. Dalam konteks kebangsaan, Islam wajib hadir sebagai sumber nilai yang mendorong kita untuk merawat persatuan dengan menhindari perilaku menghasut, memfitnah, dan mengadu-domba.