Perempuan dalam Persimpangan Nasionalisme dan Radikalisme

Perempuan dalam Persimpangan Nasionalisme dan Radikalisme

- in Narasi
1452
1
Perempuan dalam Persimpangan Nasionalisme dan Radikalisme

Menurut Khalid Manzoor, dalam Nation, Nation-state, and Nationalism: Evaluating Janus Face of Nationalism, rasa keterikatan individu sebagai bagian dari suatu bangsa, itulah yang disebut sebagai “nasionalisme”. Apakah konsep ini masih menjadi relevan dalam konteks kekinian?

Dalam sebuah survei yang dilakukan Western Union yang melibatkan sampling sebanyak 10 ribu lebih milenial (kelahiran 1980-1995) dari 15 negara, termasuk Amerika, India, dan Rusia, menunjukkan delapan dari sepuluh milenial memandang bahwa nasionalisme sebagai konsep yang ketinggalan jaman. Padahal, rasa nasionalisme ini merupakan pondasi yang penting bagi sebuah Negara untuk menghadap ideologi yang bertentangan dengan ideologi Negara, termasuk sikap intoleran dan ideologi radikal.

Banyaknya masyarakat yang apatis saat ini tidak terlepas dari perkembangan teknologi dan globalisasi yang berkembang sangat pesat. Budaya Indonesia, baik seperti lagu, tarian, bahkan bahasa daerah telah kalah bersaing dengan budaya asing. Fenomena ini terjadi salah satunya karena kurangnya peran keluarga dalam memupuk rasa nasionalisme kepada anaknya sendiri sejak dini.

Peran orang tua, terutama seorang Ibu sangat dibutuhkan karena keluarga merupakan lingkungan terdekat bagi anak. Keluarga merupakan unit sekolah pertama yang mengenal nilai dan norma kepada anak-anak. Keluarga juga dapat membentuk pola perilaku dan juga pandangan anak terhadap bangsanya.

Perempuan : antara Nasionalisme dan Radikalisme

Kasus terorisme di dunia, khususnya di Indonesia telah memasuki babak baru. Peran wanita baik sebagai pelaku, penyebar ideologi, perekrut telah berkembang secara signifikan. Kejadian bom bunuh diri di Gereja Kristen Indonesia (GKI) yang dilakukan oleh seorang perempuan dan kedua anaknya adalah salah satu contoh kasus dengan munculnya fenomena baru perempuan sebagai pelaku.

Baca juga :Perempuan Cerdas, Tangkal Kaum Radikalis

Kejadian yang baru di Sibolga juga menggemparkan masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, istri dari terduga teroris AH lebih memilih untuk meledakkan diri bersama seorang anaknya daripada harus bekerjasama dengan pihak kepolisian.

Wanita yang identik dengan kelembutan dan rasa kasih sayangnya yang besar terlebih kepada anaknya, berubah menjadi sosok yang dipenuhi dengan pemikiran dan sikap penuh kebencian, keras dan radikal.

Perempuan Benteng Nasionalisme Anak

Dalam hal ini, harus kita pahami bahwa seorang perempuan merupakan tiang negara. Sejarah telah melahirkan perempuan hebat seperti R.A Kartini sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi; Laksamana Mahayati yang melakukan perlawanan terhadap upaya monopoli dan penaklukan bangsa Eropa terhadap jalur perdagangan di Aceh; Rahma El Yunisyah sebagai pendiri sekolah Diniyah School Putri yang merupakan sekolah perempuan formal pertama di Indonesia; dan masih banyak lagi.

Peran perempuan sangatlah penting bagi bangsa. Meskipun saat ini bangsa Indonesia telah merdeka dari penjajahan kolonial, tapi perjuangan bangsa Indonesia belum selesai. Dengan perkembangan dan pembangunan yang sedang digaungkan oleh pemerintah saat ini, peran perempuan justru sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Terlebih lagi dengan permasalahan penyebaran ideologi radikalisme di tengah degradasi menurunnya nilai-nilai nasionalisme di zaman now.

Pembentukan karakter bangsa tidak dapat sepenuhnya diserahkan kepada lembaga pendidikan saja, tetapi peran Ibu dalam keluarga menjadi salah satu benteng dan ujung tombak mendidik anak bangsa.

Menumbuhkan rasa nasionalisme kepada anak dapat dimulai dari hal yang kecil. Seperti mengajarkan anak agar tidak membuang sampah sembarangan, saling bertegur sapa kepada orang lain, menghormati orang yang lebih tua, serta mengajarkan anak tentang kekayaan budaya-budaya yang ada di Indonesia.

Tanah air Indonesia disebut dengan Ibu Pertiwi. Hubungan antara seorang anak dengan Ibu dimaknai sebagai hubungan kecintaan dan kasih sayang. Sehingga sudah sepatutnya sebagai putera dan puteri bangsa, kita memiliki rasa kecintaan dan kasih sayang kepada Ibu Pertiwi.

Facebook Comments