Jihad Perempuan Melawan Radikalisme

Jihad Perempuan Melawan Radikalisme

- in Narasi
1010
1
Jihad Perempuan Melawan RadikalismeIlustrasi

Radikalisme telah merambah kesegala lini masyarakat, tak terelakan juga perempuan. Kedudukan perempuan sebagai seorang istri seringkali mengikuti jejak suaminya dalam beragama. Kurangnya pemahaman perempuan mengenai agama menjadi salah satu sebab terjerumusnya seorang istri mengikuti jejak suami yang salah. Apa yang dilakukan suaminya, istri ikut dan mendukung walaupun hal itu salah. Perihal berikut juga diungkapkan Wasekjen MUI, Amany Lubis, sehingga menyarankan agar perempuan mengetahui ajaran agama yang baik agar tidak terjerumus rayuan cuci otak (Republika, 2019).

Berikut nama perempuan yang terkena kasus tindak pidana terorisme di Indonesia. pertama, Munfiatun istri Noordin M. Top (2016) kasus menyembunyikan pelaku kekerasan ekstrim Noordin M Top. Kedua, Ummu Delima istri Santoso (2014) mendukung suami dalam gerakan terorisme Poso. Ketiga, Dian Yulia Novi istri Bahrun Naim (2016), pelaku bom panci Sarinah. Keempat, Ika Puspita Sari (2016) selaku bom bunuh diri di Purworejo. Dari itu semua seluruh perempuan patut untuk belajar agar kejadian yang sedemikian tidak terulang kembali.

Perempuan menjadi korban radikalisme tidak hanya terjadi di Indonesia. Kenya misalnya, kelompok militan al Shabab di Somalia melakukan serangan hingga Kenya, negara yang saling berdekatan. Kelompok yang berafiliasi dengan pendukung ISIS pernah melakukan serangan dengan melibatkan perempuan. Penyerangan ditiga markas polisi merupakan perempuan Kenya dan dua perempuan Somalia. Tiga perempuan ini berafiliasi dengan al Shabab di Mogadisnu, Somalia.

Apa yang terjadi diatas merupakan fakta bahwa banyak perempun yang terjangkit paham radikalisme. Oleh karena itu, pengajaran dan memberikan pemahanan agama kepada perempuan merupakan suatu hal yang sangat penting, agar perempuan mempunyai pengetahuan luas dan mempertimbangkan setiap keputusan dalam kehidupannya. Mempelajari agama Islam yang utuh tidak hanya diperkenankan kepada kaum laki-laki. Kini perempuan harus mempelajari Islam secara utuh dengan orang yang tepat, baik melalui majelis taklim ataupun mengikuti kegiatan penyuluhan mengenai bahayanya gerakan radikalisme.

Baca juga :Menangkal Radikalisme Sejak dari Keluarga

Perempuan mempunyai andil besar dalam menentukan kehidupan keluarganya setelah suaminya. Artinya perempuan berperan untuk menata dan ikut mendiskusikan baik-buruknya ajaran yang akan diberikan kepada keluarganya khususnya kepada anak-anaknya. Sehingga perlu perempuan untuk tahu tentang agama secara utuh agar tidak terlibat ataupun mengikuti paham radikal.

Jihad perempuan terhadap paham radikal

Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid pada acara temu jaringan penelitian, pengabdian dan publikasi Ilmiah yang berlangsung di Jakarta menyatakan perempuan memiliki peran penting dalam melawan radikalisme. Perempuan merupakan aktor strategis dalam upaya melawan paham radikal yang menyerang masyarakat dewasa ini. Diharapkan, pemerintah khususnya Kementerian Agama bisa bersinergi dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan untuk terjun kebawah dan meningkatkan efektivitas progam-progam deradikalisasi melalui pembinaan terhadap perempuan.

Kedekatan perempuan sebagai ibu rumah tangga dengan anak-anaknya adalah sarana memberikan pengetahuan yang luas agar anak beserta keluarganya tidak masuk dalam lubang paham radikalisme. Pada tahap ini pelatihan pembekalan mengenai bahaya paham radikalisme sangatlah penting, sehingga perempuan tidak hanya menjadi second people ditengah masyarakat maupun keluarga. Dengan bekal tersebut diharapkan secara perlahan perempuan menyebarkan pengetahuan agama yang damai tanpa menyinggung perasaan orang lain atau mengkafirkan keyakinan orang lain yang tidak sama dengan pemahamannya.

Selain sebagai ibu rumah tangga, perempuan juga banyak yang berprofesi sebagai guru. Menyebarnya paham radikal disegala lini termasuk sekalohan ataupun perguruan tinggi, perempuan disini bisa sebagai solusi penggagas penolakan paham radikalisme agar siswa-siswinya tidak mengikuti paham radikal. Melalui pelajaran agama ataupun sosialisasi kepada para murid-murid mengenai paham radikal ini, diharapkan bisa membuka pikiran para siswa dan mempersempit ruang penyebaran paham radikal di sekolah.

Perempuan memang tidak terlalu terlihat dalam upaya secara langsung melawan gerakan radikalisme. Namun, perempuan bisa secara perlahan merubah dan membentengi keluarga serta murid-muridnya dari paham ini. Yenny Wahid sebagai poros perempuan yang patut dicontoh sebagai pembelajaran dalam menolak paham radikal. Melalui seminar-seminarnya ia selalu mengajak untuk bersikap ramah kepada siapapun. Maka dari itu, perempuan-perempuan Indonesia diharapkan bisa mengambil pelajaran dan mengikuti apa yang dilakukan oleh putri Gus Dur tersebut untuk terus menebarkan perdamaian dan menolak paham radikal yang berkembang di Indonesia.

Kewajiban menjaga perdamaian adalah tugas bersama, saling bersinergi dan saling mengiatkan merupakan bentuk awal untuk tidak saling menyalahkan. Hubungan harmonis dengan keluarga, masyarakat akan terjalin keterbukaan komunikasi sosial sehingga akan mudah untuk saling mengiatkan mengenai bahayanya paham radikalisme yang mulai masuk dalam segala lini masyarakat. Perkumpulan perempuan ditengah-tengah masyarakat adalah salah satu moment untuk mendatangkan mentor guna menjelaskan apa itu paham radikalisme dan bahaya seperti apa. Sehingga masyarakat tahu indikator-indikator gerakan paham radikal tersebut, dengan begitu paham radikal akan tertolak secara alami di tengah masyarakat melalui gerakan perempuan.

Facebook Comments