Strategi Perlindungan Ketika Game Online Menjadi Gerbang Radikalisme

Strategi Perlindungan Ketika Game Online Menjadi Gerbang Radikalisme

- in Narasi
8
0
Strategi Perlindungan Ketika Game Online Menjadi Gerbang Radikalisme

Di tengah riuhnya perkembangan teknologi digital, terselip kenyataan pilu yang dialami oleh anak generasi muda Indonesia. Penyebaran virus radikalisme lewat game online. Penyebaran virus ini semakin mengkhawatirkan dimana anak-anak saat ini banyak yang kecanduan game online. Fenomena ini mencerminkan kegagapan kolektif kita dalam melindungi ruang digital dari infiltrasi game online yang disusupi narasi radikalisme hingga membius anak.

Penting diperhatikan bahwa banyak anak terpapar radikalisme lantaran berkamuflase ia bersimbiosis dengan game online atau bukan lewat situsnya langsung. Anak-anak yang selama ini identik berdekatan dengan game online tentu sangat rentan terjangkit virus berbahaya ini. Apalagi, rasa penasarannya yang tinggi, yang awalnya mungkin hanya coba-coba, tapi lama-kelamaan jadi kecanduan. Para korbannya pun seringkali tak sadar efek buruk yang akan timbul kedepannya.

Padahal kita tahu bahwa dampak kecanduan game online pada anak adalah akan mengarah pada hal-hal buruk. Inilah yang kemudian dinilai menjadi kesempatan emas bagi para pengasong radikalisme untuk menyebarkan virusnya lewat media daring. Belum lagi dampak buruk lain yang menyertainya. Diantaranya anak pecandu cenderung lebih boros, uring-uringan, tidak bisa tidur dan makan, menyendiri, bahkan performa belajar terganggu. Ini jelas akan berefek negatif bagi masa depan anak kelak. Karenanya, game online yang telah tersusupi radikalisme ini harus dipandang sebagai masalah serius dan jangan diabaikan berlarut-larut serta perlu penanganan khusus.

Mulanya tentu harus dipahami akar penyebab dari game online yang menjangkiti anak. Setidaknya ada beberapa faktor penyebab yang membuat anak terjangkit game online. Kekeliruhan pola pengasuhan, lunturnya norma, dan rendahnya kesadaran menjadi faktor penyebab utama. Kemajuan teknologi yang tidak dibarengi ketidaksanggupan menyerap nilai dan norma yang berlaku menyeret anak pada pelampiasan tindakan negatif. Apalagi jika dalam keluarga pola pengasuhannya buruk ataupun lingkungan pergaulan yang menyesatkan. Sebab tak sedikit anak terjangkit game online lantaran ajakan dari teman-temannya.

Merespon fenomena tersebut di kalangan anak ini setidaknya ada beberapa strategi yang perlu diterapkan. Pertama gaya pengasuhan dalam keluarga. Dalam hal ini, Baumrind (1967) mengungkapkan bahwa orang tua harus mengontrol, membimbing, dan mendampingi anak-anaknya untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangannya menuju pada proses pendewasaan. Dimana penerapan gaya pengasuhan sangat menentukan bagaimana perilaku anak kedepannya apakah anak akan bisa berperilaku sesuai dengan norma yang ada dalam masyarakat tanpa merugikan dirinya sendiri atau orang lain.

Anak cenderung akan mencontoh orang tua sekaligus memperoleh gambaran mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dari batasan yang sudah diterapkan oleh orang tua pada anak. Gaya pengasuhan dalam keluarga berarti kebiasaan orang tua, ayah atau ibu dalam memimpin, mengasuh, dan membimbing anak-anaknya dalam keluarga.

Kedua, sekolah juga harus gencar menanamkan pemahaman kepada peserta didiknya dengan mendesain pola pembinaan tentang bahaya game online dengan melibatkan guru, lebih-lebih guru Bimbingan dan Konseling (BK), Pendidikan Pancasila, dan agama. Tentu harus ada desain yang baik agar jangan jadi boomerang, yang justru memancing rasa penasaran anak untuk mencobanya. Edukasi mengenai kesadaran hukum juga patut disosialisasikan terintegrasi baik pada pembelajaran maupun kegiatan pembinaan di sekolah.

Berbagai ikhtiar pencegahan game online tersebut tentu harus dilakukan dengan sinergi berbagai pihak. Masyarakat, pemerintah, dan stakeholder terkait dapat berkolaborasi untuk menangani dan mencegah penyebaran kecanduan game online di kalangan anak ataupun remaja, sehingga menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan produktif bagi generasi penerus. Apabila strategi ini mampu dijalankan secara kolektif dan tersistem niscaya taka ada celah kosong lagi untuk masuk game online apalagi yang disusupi olehradikalisme, sehingga generasi muda kita terlindungi.

Facebook Comments