Jumat, 26 April, 2024
Informasi Damai
Archives by: Rezza Prasetyo Setiawan

Rezza Prasetyo Setiawan

0 comments

Rezza Prasetyo Setiawan Posts

Semangat Kontra-Radikalisasi dalam Proses “Memperempuan”

Semangat Kontra-Radikalisasi dalam Proses “Memperempuan”
Narasi
Mana yang benar: identitas seseorang sebagai perempuan atau laki-laki yang membentuk perilaku seseorang itu, atau sebaliknya, perilakunya yang membentuk identitas laki-laki dan perempuan? Kedua pernyataan itu sekilas tampak hanya seperti permainan kata saja. Namun, perbedaan di antara keduanya membawa perbedaan yang signifikan dalam proses hidup seseorang dan sebuah bangsa. Artikel ini akan mendalami asumsi, logika, dan implikasi kedua pandangan tersebut dalam konteks keragaman dan dinamika kebangsaan Indonesia. Pembedaan istilah “sex” ...
Read more 0

Waspada Jebakan Esensialisme: Menghayati Dinamika Tradisi dalam Riyoyo Kupat

Waspada Jebakan Esensialisme: Menghayati Dinamika Tradisi dalam Riyoyo Kupat
Kebangsaan
“Kajian tentang kearifan lokal harus dipandang sebagai pengetahuan yang dinamis”, jelas Rangga Kala Mahaswa (Dosen Filsafat Universitas Gadjah Mada) dan Jagat Patria (Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan) dalam sebuah artikel di buku “Teknologi dan Kearifan Lokal untuk Adaptasi Perubahan Iklim” terbitan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Dalam tulisan itu mereka merefleksikan bagaimana kearifan lokal tidak berdiri sebagai sesuatu yang tetap dan tidak berubah, akan tetapi sebagai sebuah gerakan yang ...
Read more 0

Idul Fitri: Merayakan Kasih terhadap Tuhan, Manusia, dan Alam

Idul Fitri: Merayakan Kasih terhadap Tuhan, Manusia, dan Alam
Narasi
Kurang dari dua minggu, ada paling tidak dua masa penantian yang berakhir dan dirayakan. Pada akhir bulan lalu, umat Kristen merayakan kemenangan dalam kebangkitan Yesus Kristus, sedang pada minggu ini umat Islam merayakan kemenangan dalam Idul Fitri. Begitu erat pengalaman yang dirayakan oleh masyarakat Indonesia pada tahun ini, hingga sebenarnya batas-batas keagamaan melebur tanpa benar-benar kita sadari. Lantas, batas-batas apa saja yang dapat kita lihat dan mungkin kita lupakan dalam ...
Read more 0

“War Takjil”: Humor sebagai Garis Temu Kita dengan Tuhan

Lebaran Ketupat: Katalisator Wasatiah Islam dan Antitesis Wahabisme
Narasi
Beberapa waktu lalu, Prof. Dr. Robert Setio dinobatkan sebagai guru besar di Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta. Dalam salah satu penelitiannya ditemukan bahwa salah satu permasalahan utama yang kita punya adalah ketika kita beragama tanpa mampu berhumor. Justru, menurut Prof. Robert, Tuhan dapat ditemukan melalui humor. Benarkah demikian? Contoh nyatanya terwujud dalam “war takjil” yang sedang viral akhir-akhir ini. Istilah itu muncul ketika bermunculan kisah-kisah di media sosial tentang ...
Read more 0

Menyongsong Trihari Suci: Kasih Melampaui Perbedaan Politik

Menyongsong Trihari Suci: Kasih Melampaui Perbedaan Politik
Keagamaan
Trihari Suci adalah serangkaian hari peringatan menuju pagi Minggu Paskah. Rangkaian masa hari-hari suci itu dimulai sejak malam Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci, yang lalu berpuncak pada pagi Minggu Paskah. Masing-masing hari itu memperingati peristiwa suci yang dialami Yesus Kristus. Malam Kamis Putih memperingati perjamuan terakhir yang dilakukan oleh Yesus bersama murid-murid-Nya, di mana setelahnya Ia ditangkap. Jumat Agung memperingati hari di mana Yesus disalibkan hingga Ia wafat dan ...
Read more 0

Pertemuan Banyak Dunia vis-à-vis Islamofobia

Pertemuan Banyak Dunia vis-à-vis Islamofobia
Narasi
Pluriverse dan Bhinneka Tunggal Ika Pada tahun 2018, Arturo Escobar menerbitkan buku berjudul “Designs for the Pluriverse: Radical Interdependence, Autonomy, and the Making of Worlds”. Tulisan ini menawarkan sebuah ide akan adanya banyak dunia, yang diistilahkannya sebagai “pluriverse” (pluri- artinya “jamak”). Istilah ini membedakan diri dari istilah “universe” (uni- artinya “tunggal”) yang mengandaikan adanya satu dunia, di mana manusia hidup bersama. Penekanan Escobar pada pluriverse mau menunjuk pada kenyataan bahwa ...
Read more 0

Mengurai Interseksionalitas Radikalisasi Perempuan

Mengurai Interseksionalitas Radikalisasi Perempuan
Faktual
Tanggal 8 Maret telah ditetapkan sebagai Hari Perempuan Internasional untuk memperingati inklusi perempuan dalam dunia politik. Berbagai permasalahan lain yang dihadapi oleh perempuan saling berjalin juga dengan peminggiran perempuan di dunia politik publik. Salah satunya adalah ancaman radikalisasi terhadap perempuan. Permasalahan seputar radikalisme, terlebih yang terjadi di antara perempuan, merupakan masalah yang interseksional. Interseksionalitas adalah sudut pandang yang melihat kesaling-terkaitan antara satu isu dengan isu-isu lainnya. Sudut pandang ini membawa ...
Read more 0

Meneguhkan Peran Kunci Perempuan dan Pemuda Melawan Radikalisasi

Meneguhkan Peran Kunci Perempuan dan Pemuda Melawan Radikalisasi
Narasi
Radikalisasi membawa peminggiran (marjinalisasi) terhadap berbagai lapisan kelompok rentan, termasuk perempuan dan anak-anak muda. Tidak kebetulan, kelompok-kelompok rentan menjadi salah satu target utama dari perekrutan dan indoktrinasi gerakan-gerakan radikal. Masalah sosial yang bertingkat menjadikan kelompok rentan ini semakin rentan dalam bingkai usaha radikalisasi. Akibatnya, dampak terbesar dari peminggiran yang dibawa oleh gerakan-gerakan radikal juga semakin berlipat bagi kelompok-kelompok rentan ini. Kelompok-kelompok rentan akan mendapatkan pengalaman peminggiran yang lebih parah daripada ...
Read more 0

Ahimsa: Menghindari Spiral Kekerasan Pasca-pemilu

Ahimsa: Menghindari Spiral Kekerasan Pasca-pemilu
Narasi
“Ahimsa” adalah sebuah ajaran tentang anti-kekerasan. Salah satu pondasi ajaran tersebut adalah bahwa kehidupan itu suci, sakral, dan berharga, sehingga kita tidak boleh melakukan kekerasan terhadap kehidupan yang sakral itu. Menyakiti seseorang berarti menyakiti diri sendiri. Konsep bahwa kehidupan itu suci dan sakral membawa implikasi yang dalam bagi para penganutnya. Menurut prinsip Ahimsa, kita sebagai individu bertanggung jawab untuk menghormati dan melindungi kehidupan dalam segala bentuk. Melakukan kekerasan terhadap makhluk ...
Read more 0

Perbedaan Pilihan Tanda Demokrasi yang Sehat

Perbedaan Pilihan Tanda Demokrasi yang Sehat
Narasi
Dalam sejarahnya, semboyan negara “Bhinneka Tunggal Ika” berasal dari masa ketika Indonesia masih berbentuk kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha. Bahkan di masa itu, keragaman dalam hal kehidupan agama sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Dalam kitab Sutasoma tertulis sebuah baris: “Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.” yang berarti: “Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal. Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ...
Read more 0