Kita hidup di zaman yang oleh sosiolog Manuel Castells disebut sebagai Network Society, sebuah jejaring sosial yang dibangun di atas fondasi teknologi informasi. Dalam pusaran ini, lahir dua generasi; Gen Z dan Gen Alpha yang tak pernah mengenal dunia tanpa layar sentuh dan koneksi nirkabel. Mereka bukan sekadar pengguna, melainkan native speakers dari bahasa digital. Namun, di balik kemudahan akses yang menjanjikan utopia pengetahuan, tersembunyi sebuah paradoks etis dan tantangan ...
Read more 0 Archives by: Samachatul Maula
Samachatul Maula
Samachatul Maula Posts
Santri sering dipersepsikan secara simplistik hanya sebagai penjaga tradisi, tekun mengaji di pesantren, dan hidup dalam lingkup lokal yang terisolasi. Namun, narasi ini adalah sebuah reduksi historis yang gagal menangkap kedalaman dan dinamika sosial kontemporer santri. Santri adalah entitas dinamis yang berhasil memadukan spiritualitas, nasionalisme, dan potensi global. Sejarah mencatat bahwa melalui Resolusi Jihad 1945, mereka menegaskan bahwa cinta tanah air (hubbul wathon) bukanlah sekadar sentimen romantis, melainkan implementasi otentik ...
Read more 0 Narasi tentang “Negara Islami” selalu bersemayam di ruang perdebatan publik kita, bagai hantu masa lalu yang terus menghantui masa depan. Sejak Khilafah Turki Utsmani runtuh pada 1924, bayangan akan sebuah utopia politik dengan label Islam terus bergentayangan. Sebagian melihatnya sebagai proyek formalistik: sebuah bendera, sebuah nama, sebuah struktur tunggal yang kaku, yang diklaim sebagai satu-satunya jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Namun, di balik seruan tersebut, kita perlu bertanya: benarkah ...
Read more 0 Gen Z punya beban sejarah yang unik. Mereka mewarisi Indonesia, sebuah proyek peradaban yang dibangun di atas fondasi toleransi, gotong royong, dan dialog. Sejak awal, para pendiri bangsa dan ulama kita sadar bahwa Islam di Nusantara harus lentur, akomodatif, dan tidak kaku. Mereka menanamkan benih Islam moderat yang berdialog dengan budaya lokal sekaligus modernitas, dan benih itu kini tumbuh menjadi pohon rindang yang kita nikmati hari ini. Namun, dunia yang ...
Read more 0 Kekecawaan rakyat adalah sebuah bara, jika dibiarkan saja, bisa saja bisa membakar keutuhan sebuah bangsa. Sejatinya rakyat adalah yang berkuasa, sebab mereka adalah pihak yang dilayani. Mereka berhak mendapatkan apa yang telah mereka bayarkan dan apa yang dijanjikan bagi mereka. mereka bisa menuntut layaknya pasien yang telah memabayar di rumah sakit. Kekecewaan mereka bisa menjadi api besar jika tidka dikelola dengan baik dan dapat menjadi jalan masuk radikalisasi yang mengancam ...
Read more 0 Teknologi, dalam sanad panjang sejarah peradaban, adalah cerminan dari akal budi manusia. Ia bisa menjadi pena yang menorehkan ilmu, atau pedang yang mengiris perdamaian. Perkembangan kecerdasan buatan (AI) atau kita bisa menyebutnya Akal Imitasi, layaknya tonggak baru di abad ke-21, kini membuka kotak Pandora itu kembali. AI bukan lagi sekadar alat bantu, melainkan medan pertempuran ideologi, tempat jaringan teroris global menemukan senjata baru yang senyap namun mematikan. Makna “Jihad” Terperosok ...
Read more 0 Setiap Agustus tiba, ada sensasi déjà vu yang unik. Jalanan tiba-tiba dipenuhi bendera, gapura dicat ulang, dan satu pertanyaan klasik kembali muncul: Apa makna kemerdekaan di era digital ini? Alih-alih menjawab dengan teori besar, mari kita tengok fenomena paling sederhana sekaligus paling mengakar: lomba 17 Agustus. Mengapa bangsa yang katanya modern dan digital masih sibuk dengan lomba makan kerupuk, tarik tambang, atau panjat pinang? Jika meminjam kacamata Émile Durkheim, sosiolog Prancis, tradisi ini ...
Read more 0 Kekerasan atas nama agama, khususnya dalam bentuk bom bunuh diri, telah menjadi momok global yang mengancam kedamaian dan kemanusiaan. Fenomena ini seringkali dibenarkan dengan menggunakan terminologi keagamaan, salah satunya adalah Amaliyah Istisyhad, atau “operasi mencari kesyahidan”. Pemahaman yang keliru dan manipulatif terhadap konsep ini telah menjadi motor penggerak bagi aksi-aksi ekstremis. Istisyhad secara harfiah berasal dari kata syahida, yang artinya “bersaksi” atau “melihat”. Dalam konteks Islam, syahid adalah seseorang yang ...
Read more 0 Adakah gambaran yang lebih penting daripada sosok anak yang tegak berdiri, dengan raga yang prima, jiwa yang kokoh, dan pikiran yang merdeka? Pertanyaan ini semestinya menjadi landasan bagi setiap upaya kita dalam membentuk generasi penerus. Di tengah hiruk pikuk modernitas yang serba cepat dan informasi yang melimpah ruah, urgensi untuk mencetak anak-anak—pembangun peradaban masa depan— yang sehat jasmani, kuat rohani, dan cerdas literasi menjadi sebuah keniscayaan, bukan sekadar pilihan. Ini ...
Read more 0 Di tengah riuh rendahnya panggung digital, sebuah paradoks ganjil tengah melanda bangsa ini. Secara fisik, kita berada di rumah, di tanah air. Namun secara ideologis, jutaan benak sedang diajak hijrah massal ke sebuah “tanah air” imajiner, sebuah utopia gurun pasir yang diimpor utuh melalui gawai di genggaman mereka. Di sinilah seruan untuk “pulang” bukan lagi sekadar nostalgia romantis, melainkan sebuah teriakan darurat. Pulang ke kearifan Nusantara, ke falsafah Sangkan Paraning ...
Read more 0
