Menjelang Ramadhan 2021, bangsa Indonesia kembali dikejutkan dengan aksi teror yang mengatasnamakan agama Islam. Hal tersebut tidak lepas dari pemahaman keliru tentang Ramadhan, yakni bulan yang tepat untuk melakukan aksi teror yang dianggap sebagai bentuk jihad akbar dan meraih bidadari surga.
Dalam keterangan teks-teks hadis memang disebutkan tentang keutamaan jihad di bulan Ramadhan. Bahkan, keterangan sejarah menyebutkan bahwa beberapa peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah dari para sahabatnya itu di bulan Ramadha.
Tak ayal jika Ramadhan, oleh kelompok radikalis-teroris, dimaknai secara serampangan dengan ‘bulan peperangan’. Adalah benar bahwa peperangan yang dilakoni Rasulullah, sebut saja diantaranya, perang Badar, perang Tabuk dan perang Khandak, tepat pada saat bulan Ramadhan.
Meskipun begit, sekali lagi, peristiwa tersebut tidak bisa dijadikan justifikasi atas aksi teror dengan cara meledakkan diri (bom bunuh diri). Terlebih bom bunuh diri itu dilakukan di negeri damai atau dalam suasana jauh dari peperangan. Jadi, jihad dengan cara melakukan bom bunuh diri tidak bisa dihitung sebagai amaliyah jihad.
Kita tentu sangat menyayangkan aksi teror bom bunuh diri yang terjadi di Makassar, yang kemudian disusul kejadian teror di Jakarta kemarin. Bulan Ramadhan yang mulia menjadi tercemari. Padahal, kemuliaan Ramadhan sangat mempesona.
Bidadari Surga Membuka Diri untuk Orang yang Menyejukkan Hati
Jika Kapolri mengungkapkan bahwa diantara motif bomber suami-istri Makassar adalah hendak bulan madu di akhirat, maka ia bisa dibilang tepat. Hanya saja, caranya saja yang kurang tepat, bahkan terlaknat. Dalam keterangan yang diambil dari sebuah riwayat menyebutkan bahwa, di bulan Ramadhan, para bidadari membuka diri untuk orang yang menyejukkan hati.
Hal itu, salah satunya, tercermin dalam sebuah hadis. “Sesungguhnya surga dihiasi dan diperindah dari tahun ke tahun berikutnya. Ketika hendak memasuki bulan Ramadhan, maka bidadari berkata: “Wahai Rabb, jadikan untuk kami pada bulan ini (Ramadhan), suami-suami dari hamba-Mu yang menyejukkan hati kami, dan mereka juga senang bersama kami.” (HR. Thabrani).
Alih-alih menyejukkan hati, justru bomber adalah orang sebaliknya. Yaitu orang yang merusak kesejukan dan ketentraman serta kedamaian dalam masyarakat. Sehingga, bidadari tak akan mau bersama orang yang suka menebar aksi teror. Lantas di mana tempat yang pantas untuk para bomber itu? Benarkah di surga sebagaimana yang mereka sangkakan?
Perlu ditekankan bahwa mati dengan cara bunuh diri, dalam kacamata Islam, sangat tidak elok. Bahkan bukan sekedar tidak elok, melainkan sangat hina karena tempatnya di neraka jahannam, naudzubillah. Berikut dalilnya:
Abu al-Zinad meriwayatkan dari al-A’raj dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, dan juga dari Abi Qilabah dari Tsabit bin al-Dhahlak ra., berkata, Rasulullah bersabda: “Siapa yang membunuh dirinya dengan cara apapun, maka ia akan disiksa dengan cara yang sama ketika ia membunuh dirinya pada hari kiamat.” (HR. Muslim).
Berkaitan dengan hadis tersebut, Imam al-Nawawi (al-Manhaj Syarh Shahih Muslim: 1392 h, juz II, hlm. 270) memberikan penjelasan lebih detail lagi, yakni dengan mengutip hadis lain sebagai berikut:
Rasulullah bersabda: “Siapa yang membunuh dirinya dengan sepotong besi, maka besi tersebut akan dipegangnya untuk masuk perutnya di dalam neraka Jahannam, dia kekal selama-lamanya. Siapa yang meminum racun untuk membunuh dirinya, maka ia akan merasakan racun di dalam neraka jahannam kekal di dalamnya. Siapa yang terjun dari atas gunung untuk membunuh dirinya, maka ia akan terjun di dalam neraka jahannam kekal di dalamnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Mahar untuk Meminang Bidadari Surga
Bidadari surga termasuk bagian dari nikmat yang luar biasa yang disediakan oleh Allah untuk hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertaqwa (QS. Ar-Rahman: 70). Tentang keindahan bidadari surga Rasullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan dalam sabdanya:
“Kalau seandainya seorang wanita surga muncul di dunia, maka dia akan menyinari antara bumi dan langit, dan akan memenuhi bau yang semerbak antara bumi dan langit, dan sungguh kerudungnya lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Bukhari).
Lalu, apa mahar untuk meminang bidadari surga? Yang jelas, bukan dengan cara bom bunur diri dan sejenisnya. Bidadari untuk orang beriman dan memiliki akhlak luhur, sementara bom bunuh diri sangat bertentangan dengan hal tersebut.
Perlu diketahui bersama bahwasannya, bidadari adalah salah satu kenikmatan yang akan di dapatkan seseorang ketika di surga. Artinya, siapapun yang hendak meminang dan mendapatkannya, maka ia harus masuk surga terlebih dahulu.
Berkaitan dengan ‘mahar’ bidadari surga, Syaikh Mushtafa Murad dalam bukunya “Nisaa’ Ahlu Al Jannah”, merinci mahar tersebut sebagai berikut: (1) taqwa, (2) dekat dengan Allah, (3) ikhlas, (4) menjaga diri dari kemaksiatan, (5) banyak berpuasa, dan (6) shalat tahajud.
Sementara M. Rusli Amin dalam “Mata Air Ramadhan” menyebutkan bahwa mahar untuk meminang bidadari surga adalah shalat malam yang panjang, yang dilakukan pada bulan Ramadhan. Senada dengan itu, Ibnu Rajab al-Hanbali menegaskan bahwa shalat malam yang dimaksud adalah shalat tarawih.
Sejauh penulusuran penulis, tidak ditemukan petunjuk Alquran dan hadis, bahkan juga pendapat ulama mu’tabar yang menyebutkan bahwa untuk meminang bidadari surga itu bisa dengan cara bom bunuh diri.