Viralnya video tentang mahasiswa senior yang membentak dan meminta para mahasiswa baru (Maba) untuk mencoret wajahnya dengan lipstik pada saat kegiatan Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK) yang diselenggarakan secara online. Tentu tindakan yang semacam itu sangatlah disayangkan sekali. Karena tidak ada daya paradigmatis di dalam mengasah kreativitas mahasiswa baru untuk bisa lebih produktif pada saat kegiatan tersebut berlangsung. Pun bisa saja tindakan semacam itu, hanya mengakibatkan kepada tekanan psikologis yang akan berdampak fatal kepada pikiran dan tindakannya ke depan.
Karena dinamika kegiatan OSPEK online yang dibumbui dengan kegiatan membentak, memarahi dan berbuat iseng. Seperti semacam “dendam berantai” yang sulit putus di dunia kampus. Bagaimana di tengah pandemi ini seharusnya ada harapan untuk memutus mata rantai dendam tersebut. Serta membangun OSPEK yang berorientasi di dalam membangun produktivitas dan mentalitas mahasiswa agar memiliki wawasan kebangsaan. Upaya ini agar bisa melewati kejenuhan saat kuliah online serta bisa menangkal virus intolerant dan radikalisme sejak dini.
Yaitu membangun mentalitas mahasiswa baru agar tetap produktif di tengah pandemi dan menamakan kesadaran Pancasila, keutuhan NKRI dan terbebas dari virus-virus intoleransi dan radikalisme. Karena mahasiswa baru, memang secara potensi akan mudah di “intervensi”. Ketika OSPEK berakhir dan kampus akan memulai belajar-mengajar. Maka intervensi-intervensi untuk mengikuti organisasi apa dan harus mengikuti kelompok mana. Mereka sangatlah mudah diarahkan. Tentu di tengah kekhawatiran ini perlu adanya kesigapan segenap civitas akademika utamanya pada saat OSPEK untuk membangun mentalitas dan karakter kebangsaan terlebih dahulu. Karena mahasiswa baru sangat rawan dimanfaatkan oleh para kelompok intolerant atau paham radikalisme. Yaitu mencari celah di kampus-kampus untuk menyebarkan paham-paham intolerant dan radikalisme ke kampus. Karena mahasiswa baru selalu mau mengikuti apa yang diperintah. Karena ada semacam kepolosan yang mudah menerima dan mudah di intervensi.
Dari sinilah perlunya sejak masa OSPEK, mahasiswa baru untuk dilatih dan membangun mental kebangsaan. Serta membentuk daya kreativitas untuk bisa produktif semasa kuliah online misalnya. Yaitu mengenalkan kepada mahasiswa baru tentang nilai-nilai Pancasila dan pentingnya menjaga NKRI. Serta menanamkan mental Islam yang berwawasan dan penuh rahmat. Apalagi pentingnya untuk membangun prinsip mahasiswa baru agar tidak mengikuti organisasi yang anti terhadap Pancasila dan NKRI serta paham-paham Islam yang keras.
Memang kampus bukanlah lumbung dari munculnya paham-paham radikalisme atau praktik-praktik intolerant. Tetapi kampus sangatlah berpotensi terkontaminasi oleh virus-virus radikalisme dan intoleransi. Karena ada mahasiswa baru yang setiap tahunya berdatangan ke kampus untuk belajar. Tentu kepolosan dan kemudahan di dalam “intervensi” sangatlah rawan mereka mengikuti paham-paham-paham yang selama ini menolak Pancasila, NKRI dan Islam yang penuh Rahmat.
Untuk menyikapi dengan tegas di dalam menginfiltrasi paham-paham intolerant dan radikalisme yang anti-NKRI dan anti-Pancasila. Adalah dengan membangun paradigma OSPEK yang memiliki orientasi di dalam membangun mentalitas kebangsaan. Agar mahasiswa baru sejak dini sudah ditanamkan dengan kokoh tentang nilai-nilai Pancasila, kesadaran pentingnya menjaga NKRI serta mengedukasi nilai-nilai agama yang memberikan rahmat dan cinta kasih.
Karena membangun mentalitas mahasiswa baru dengan memberikan pendidikan nilai-nilai Pancasila, persatuan NKRI, kesadaran agama yang penuh rahmat dan cinta kasih sangatlah relevan. Dari pada membangun mentalitas mahasiswa baru dengan cara membentak, memarahi atau berbuat iseng kepadanya yang akan membangun “dendam berantai” yang terus membudaya.
Tentu ini harus menjadi kesadaran tersendiri bagi kampus-kampus yang masih belum melaksanakan OSPEK. Dengan menamakan mentalitas mahasiswa baru yang berorientasi di dalam membangun produktivitas serta menamakan nilai-nilai kebangsaan untuk kokoh dan agar tidak mudah di intervensi oleh kelompok yang menyebarkan virus intolerant dan radikalisme.