Terorisme adalah musuh bersama. Aksi bom bunuh diri yang menebarkan teror, bahkan memakan korban jiwa jelas merupakan tindakan kejahatan yang tak bisa dibenarkan. Di samping berbahaya karena berakibat jatuhnya korban jiwa, aksi terorisme yang kerap membawa-bawa teks agama sebagai dalih aksinya juga bisa merusak peradaban, mengakibatkan keretakan sosial, terutama mengancam keharmonisan hubungan antarumat beragama.
Teroris menebarkan ketakutan. Mereka menunjukkan militansi dan fanatisme atas apa yang mereka yakini dengan keberanian menghilangkan nyawa sendiri dan menebarkan ketakutan. Ketika masyarakat diliputi kecemasan dan ketakutan, merasa tak aman dan tak lagi percaya pada pihak keamanan, kondisi tersebut lah yang diinginkan kelompok teroris. Oleh karena itu, jelas kita tak boleh takut dan membiarkan kelompok teroris menghancurkan kedamaian dan ketenangan masyarakat kita. Kita mesti menyatukan barisan dan berdiri bersama melawan hal tersebut.
Di samping kesigapan dan ketegasan pihak keamanan, menangani perkembangan paham maupun aksi terorisme butuh sinergi, tekad, dan kekompakan seluruh elemen masyarakat. Ketika terjadi aksi terorisme, semua komponen masyarakat harus bersatu dan menggalang kekuatan bersama. Jangan sampai kita biarkan aksi teror menggoyahkan komitmen kita untuk menjaga kedamaian. Alih-alih merenggangkan persaudaraan dan kepedulian, terjadinya aksi teror justru harus bisa semakin menyadarkan dan menguatkan rasa solidaritas dan kebersamaan kita pada sesama.
Kita tahu, hanya melalui kebersamaan lah upaya menangkal radikalisme-terorisme bisa berjalan efektif. Jika masyarakat bersatu melawan terorisme, ikut berpartisipasi aktif menangkal perkembangan paham radikalisme, dan kompak mendukung kepolisian dalam menangani dan menindak pelaku teror, maka sampai kapan pun terorisme tak akan pernah menang. Inilah salah satu poin yang diungkapkan Kapolri Tito Karnavian di sebuah acara di stasiun televisi beberapa waktu lalu. Kelompok teroris menebar teror dan perasaan tak aman di tengah masyarakat sebagai propaganda untuk menarik simpati masyarakat itu sendiri. Jika masyarakat ragu dengan kepolisian dan pemerintah, saat itulah teroris merasa di atas angin. Jadi, menjadi sangat penting mendukung kepolisian dalam menindak aksi terorisme.
Solidaritas siber
Momentum bulan suci Ramadan menjadi saat tepat untuk menguatkan solidaritas kita pada sesama. Rasa kebersamaan, rasa empati, dan saling peduli satu sama lain merupakan modal berharga yang harus selalu kita rawat bersama. Bulan puasa mengajari kita menekan hawa nafsu dan egoisme pribadi dan di saat bersamaan lebih menguatkan kepedulian, simpati, dan empati pada sesama. Di sinilah terlihat bagaimana momentum Ramadan bisa kita jadikan sebagai momen membangun solidaritas di antara sesama.
Menguatkan solidaritas pada sesama bisa dilakukan lewat pelbagai cara, baik lewat bantuan langsung berupa materi, menguatkan mental, dukungan moral, dan sebagainya. Terlebih, kini zamannya media sosial, di mana banyak pengguna medsos menggalang gerakan solidaritas melalui dunia maya (cyber solidarity). Solidaritas dunia maya menjadi wujud kepedulian terhadap suatu nilai yang dijunjung atau diperjuangkan dengan memanfaatkan dunia maya.
Dalam konteks melawan terorisme, solidaritas siber menjadi ajang menggalang gerakan bersama melawan terorisme dan menguatkan rasa saling peduli pada kemanusiaan dan merajut kembali nilai-nilai persaudaraan yang dikoyak kelompok ekstrem dan intoleran. Di media sosial, sebuah aksi solidaritas siber biasanya ditandai dengan adanya tagar (#), jargon, gembar, meme, atau ungkapan-ungkapan tertentu, dan menggalang dukungan warganet agar gerakan itu menjadi viral.
Ketika terjadi beberapa aksi teror di Surabaya beberapa waktu lalu, muncul belbagai gerakan solidaritas menentang aksi teror dan memberi dukungan mental dan moral untuk para korban. Ratusan ribu warganet bersuara mengecam aksi terorisme dengan pelbagai slogan dan tegar seperti #kamitidaktakut, mendukung kepolisian bersikap tegas menindak pelaku teror dengan tegar #kampibersamapolri, juga mendukung masyarakat Surabaya agar tak gentar dengan aksi teror lewat tegar #suroboyowani.
Kekuatan
Solidaritas siber menjadi fenomena yang menyimpan kekuatan tersendiri di mana ia mampu menumbuhkan dan menggelorakan rasa kebersamaan di jiwa masyarakat. Melalui kecepatan penetrasi media sosial, aksi menggalang solidaritas sosial mudah menyebar dan menjangkau kalangan luas, sehingga mampu membentuk kekuatan besar yang kuat.
Dalam konteks melawan radikalisme-terorisme, solidaritas siber kemudian merapatkan masyarakat bersama kepolisian, membentuk gelombang besar di dunia maya dan bersuara lantang melawan radikalisme-terorisme lewat pelbagai konten kreatif di media sosial. Di samping mengecam aksi teror dan mendukung pihak keamanan menegakkan hukum, aksi solidaritas tersebut juga menggandeng para korban dan menegaskan bahwa mereka tidak sendiri; masyarakat dan pemerintah berdiri bersama mereka. Jika sudah demikian, kata-kata, gambar, video, dan pelbagai konten solidaritas anti-radikaliame terorisme akan membentuk kesatuan emosi dan tekad masyarakat untuk bersatu melawan terorisme.
Ketika gelombang solidaritas tersebut kian meluas di media sosial, pesan-pesan anti radikalisme-terorisme semakin menggema di dunia maya dan turut memengaruhi sikap dan pemikiran masyarakat. Di saat bersamaan, nilai-nilai persaudaraan, kemanusiaan, dan perdamaian akan tumbuh menguat. Jika ini terus digelorakan, maka tak ada ruang bagi kelompok radikal-terorisme untuk melancarkan misinya dan memengaruhi masyarakat. Mari, galang solidaritas siber!