Isra Mi’raj dan Kesatuan Bangsa

Isra Mi’raj dan Kesatuan Bangsa

- in Narasi
1554
1
Isra Mi’raj dan Kesatuan Bangsa

Peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang tepat jatuh pada hari Sabtu, 14 April 2018 kemarin. Kita berharap dengan peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah swt dapat membangun kesadaran religius dan memberikan pencerahan akhlaq dan kepemimpinan yang mulia bagi para ulama, pejabat negara, pejabat publik, elite politik dan pemimpin bangsa Indonesia.

Allama Sayyid Sulaiman Nadwi dalam karyannya “The Life and Message of The Holy Prophet Muhammad” (1977), bahwa kepemimpinan Nabi Muhammad SAW sebagai seorang negarawan yang jujur merupakan cerminan nilai-nilai kepedulian sosial terhadap rakyatnya terutama dalam sistem pemerintahan, bagaimana Nabi Muhammad itu bisa membuat tentram hati umatnya dan Nabi Muhammad dalam memimpin tidak pernah menebarkan fitnah dan kebencian diantara satu dengan yang lainnya.

Tak salah kiranya, jika Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT untuk mengajarkan umatnya sholat wajib 5 waktu dalam sehari. Dalam sholat itu tercermin perbuatan mencegah dari yang mungkar. Seperti berbohong, menipu, menebar berita hoax, mencela pemimpin, menebarkan fitnah serta tindakan kejahatan lainnya yang dapat menghancurkan persatauan bangsa. Karena itu, sikap kejujuran dalam berpolitik, sikap tindakan dan ucapan yang harus dijaga agar tidak terjadi kekeruhan politik yang dapat melahirkan kebencian harus dihindari sejak dini.

Meski demikian, yang perlu ditauladani adalah sepak terjang Nabi Muhammad SAW dalam memimpin bangsa dan negaranya yang selalu dilambari dengan sifat-sifat religius yang baik dalam melakukan silaturahmi politik, dengan selalu mengedepankan nilai-nilai tawadhu dan zuhud untuk selalu mengingat Allah SWT.

Nabi Muhammad SAW adalah sosok manusia yang tidak melakukan tujuan politiknya untuk kepentingan nafsunya sendiri, tetapi apa yang dilakukannya demi kemaslahatan umat manusia, kesejahteraan dan kemakmuran umatnya. Karena itu, menahan nafsu dari sesuatu yang tidak halal seperti menahan nafsu dari tindakan untuk tidak menebarkan kebencian dan bahkan fithah, atau bahkan menahan nafsu untuk tidak boleh mencela dan menghina pemimpin bangsa, menjadi bagian dari sifat-sifat Nabi Muhammad SAW yang selalu dihindari.

Kebangsaan

Pesan yang dikandung dalam makna dari spirit Isra Mi’raj adalah pada dimensi sosial untuk kemanusiaan dan untuk kebangsaan, bukan dimensi indvidual untuk golongan tertentu dan untuk kepartaiaan atau atas nama identitas muslim tertentu. Ketika makna Isra Mi’raj, ditarik pada tataran perpolitikan di Indonesia saat ini, maka sejatinya para penguasa dan pejabat publik di Indonesia harus mampu mengurbankan dan meleburkan seluruh Identitas partai politik demi merajut solidaritas persatuan Indonesia dan untuk mencapai kebangsaan yang rahmatan lil alamin.

Prinsip individualisme yang mengatasnamakan golongan agama tertentu dan partai tertentu ini sudah harus dihilangkan dalam upaya membangun solidaritas kebangsaan. Umat Islam harus memperbaiki cara berpikir dan berperilaku yang tidak mengkotak-kotakan agama, tidak menghina agama yang lain, tidak boleh membenci sesama yang minoritas, tidak egoistik, tidak tersentralisasi pada kepartaiaan, tidak tersentralisasi pada koalisi. Islam mengajarkan kepada umatnya agar selalu melakukan kebaikan kepada sesamanya dan semua golongan apapun identitas. Karena itu, upaya saling membangun solidaritas terhadap sesama yang lain merupakan suatu keniscayaan.

Pada dasarnya, perjalan Isra Mi’raj Nabi Muhammad merupakan perjalanan spritual untuk membangun kesatuan umat, membangun bangsa Indonesia agar menjadi lebih damai tentram tanpa adanya konflik dan kekerasan serta kebencian satau di antara umat atau agama yang lainnya. Secara ontologi, Spirit Isra’Mi’raj adalah bagaimana perilaku umat Islam selalu melakukan kebaikan terhadap sesamanya, selalu melaluka kebaikan diantara yang minoritas, saling mencinta diantara umat agama yang lainya dan tidak menebarkan kebencian terhadap umat Islam lainnya yang justru akan merusak nilai-nilai solidaritas kebangsaan.

Secara aksiologi, spirit Isra’ Mi’’raj merupakan bentuk keteguhan hati dan keimanan seseorang untuk menguatkan nilai-nilai persatuan bangsa, kesalehan sosial untuk kebangsaan dan keindonesiaan dalam ibadah kurban sangat ditekankan, nilai-nilai keindahan Isra Miraj terletak pada sikap dan tindakan umat Islam dalam membangun nilai-nilai kesatuan Bangsa Indonesia.

Melalui pesan peringatan Isra Mi’raj umat Islam dituntut untuk selalu membangun nilai rasa kebangsaan secara bersama. Solidaritas kebangsaan tidak mungkin tumbuh secara alami, akan tetapi harus dimulai dari niat yang paling dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari, dalam kehidupan bermasyarakat serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kebangsaan itu adalah kenyataan yang bersifat etis. Nilai solidaritas kebangsaan hanya dapat mempersatukan karena dialami sebagai sesuatu yang luhur, yang merangsang semangat Israj Miraj.

Pada momentum peringatan Isra Mi’raj saat ini umat Islam harus mampun membangun spirit kedamaiaan, solidaritas kebangsaan, kesatuan bangsa Indonesia agar negara tercinta Indonesia dalam kondisi aman dan damai, tanpa adanya konflik dan kekerasan baik yang lahiriah maupun bathiniah dalam membangun solidaritas kebangsaan antar agama, suku, ras, dan budaya. Spirit Isra Miraj itu untuk tidak menebarkan kebencian, Spirit Isra Miraj tidak untuk menebarkan fitnah, spirit Isra Miraj itu untuk tidak melahirkan permusuhan, itulah sejatinya makna isra Miraj untuk persatuan dan kesatuan NKRI. Semoga.

Facebook Comments