Kelompok terorisme yang mengatasnamakan Islam mengklaim bahwa untuk masuk syurga dan hidup bersama bidadari-bidadari cantik akan dicapai hanya dengan melalui jihad, bahkan yang lebih parah lagi mereka mengklaim bahwa jihad adalah paling utama dari rukun-rukun Islam lainnya yang telah ditetapkan. Mereka menganggap bahwa puasa, haji dan bahkan sholat jika jihad tiba saatnya maka ia lebih utama dilakukan dibanding dengan kewajiban-kewajiban tersebut. Puasa, haji dan sholat bisa saja ditinggalkan jika waktu jihad harus dilakukan. Dalam pandangan mereka bahwa jihad dalam artian perang tidak mengenal waktu. Sepanjang hidup manusia harus selalu berjihad di jalan Allah sampai mati.
Dalam Buku Tarbiyah Jihadiyah 2 yang ditulis oleh Assyech Dr. Abdullah Azam diterbitkan oleh Maktab Khidmat Al Mujahidin, Peshawar, Paskitan tahun 1990 kemudian dialihbahasakan oleh Abdurrahman dan terbitkan oleh Pustaka Al’Alaq Solo mengkupas tuntas tentang Jihad. Pada halaman 5 dan 6 mengklaim bahwa Jihad merupakan perbuatan paling utama dan dapat didahulukan dari Haji, Puasa dan Sholat. Dan hanya dengan jihad secara fisiklah mereka manusia akan menjadi sempurna.
Pandangan tersebut di atas bisa saja diterima jika jihad yang dimaksud adalah jihad yang dipahami oleh semua umat Islam atau seperti yang diindikasikan oleh Rasulullah ketika usai berperang bahwa “sesungguhnya kita telah kembali dari jihad kecil dan sedang menuju jihad besar yaitu jihad melawan hawa nafsu”. Akan tetapi, jika jihad sepanjang umur yang dimaksudkan mereka adalah jihad berperang dan melawan orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka, maka sesungguhnya pemahaman jihad seperti itu sungguh sangat keliru.
Jihad hanya bisa diartikan sebagai jihad yang sesungguhnya jika membela agama yang diserang seperti yang dilakukan oleh Rasulullah Saw pada awal-awal kenabian dimana mereka yang tidak beriman kepada Rasulullah selalu berusaha menyerbu kaum muslimin secara fisik sehinga Rasulullah mewajibkan jihad kepada umatnya. Akan tetapi, dalam kondisi damai dan aman tidak ada istilah Jihad bahkan Rasulullah melarang keras melakukan penyerangan kepada siapapun termasuk merusak fasilitas umum sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah ketika masuk ke kota Mekkah.
Ulama-ulama kita juga pernah mewajibkan kepada pengikut-pengikutnya untuk berjihad di jalan Allah ketika orang-orang asing menjajah bangsa ini. Mereka mengeluarkan perintah jihad melawan penjajah sebagaimana yang dikenal dalam sejarah “Resolusi Jihad” yang dikeluarkan oleh seorang ulama besar nusantara KH. Hasyim Asy’ari. Dalam kondisi aman dan merdeka, jihad secara fisik atau menyerang orang-orang yang tak bersalah dan tak berdosa adalah kesalahan fatal dalam memahami makna Jihad.
Istilah Jihad yang disebar oleh kelompok-kelompok radikal khususnya di dunia maya akhir-akhir ini semata-mata hanya propaganda yang dilakukan oleh kelompok tertentu untuk membenarkan tindakannya dan propaganda tersebut sama sekali tidak ada kaitannya dengan Jihad yang dipahami dalam Islam. Jika tujuan jihad adalah surga itu juga adalah tindakan keliru karena jika seseorang berjihad atau mengabdi kepada Allah hanya karena surga dan takut masuk neraka maka ibadahnya itu tidak akan diterima oleh Allah. Dalam Islam setiap perbuatan atau ibadah yang dilakukan hanya semata mata karena ridho Allah bukan karena surga dan neraka.
Oleh karena itu, umat Islam harus selalu waspada dan hati-hati dalam menanggapi berbagai propaganda di dunia maya yang mengatasnamakan jihad di jalan Allah, karena jihad yang dipahami oleh kelompok-kelompok itu justru merusak citra Islam dan keluar dari nilai-nilai Islam yang sesungguhnya. Sesungguhnya jika seseorang mendambakan masuk surga di hari kemudian nanti tidak sedikit hadis-hadis shahih yang telah disampaikan oleh ulama-ulama kita tentang jalan menuju surga tanpa harus mengorbankan jiwa kita sendiri dan jiwa orang lain. Dan kita bukanlah termasuk orang-orang yang lemah imannya jika tidak menempuh jihad sebagai jalan menuju surga. Bahkan bisa saja lebih mulia di sisi Allah dibandingkan mereka yang menempun jihad, tapi salah memahami arti dan tujuan jihad.
Dalam sebuah hadist disebutkan yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr bin Ash menyampaikan bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah “Wahai Rasulullah Islam yang baik itu yang mana? Rasulullah menjawab memberi makan kepada orang lain dan menebarkan kedamaian kepada siapa saja yang anda tahu dan yang anda tidak tahu” (HR Bukhari Muslim).
Dalam Hadist lain disebutkan bahwa Rasulullah bersabda “Wahai sekalian manusia, sebarkanlah perdamaianm berikanlah makan kepada orang-orang yang membutuhkan dan bangunlah di waktu malam ketika orang sedang tidur, maka engkau akan masuk surga dengan penuh kedamaian (HR Tirmizi).
Dari dua hadis di atas dan masih banyak lagi hadis-hadis lainnya yang memberikan jaminan masuk surga bagi mereka yang menebar perdamaian tanpa harus mengorbankan jiwanya sendiri dan jiwa orang lain. Menyebarkan perdamaian dan kedamaian di tengah-tengah kita baik di masyarakat kita maupun di dunia maya merupakan perbuatan yang terpuji dan pelakunya dijamin masuk surga. Sebaliknya jika kita menyebar kekerasan di tengah-tengah kita atau di dunia maya yang mengakibatkan orang lain akan terpengaruh melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji maka sesungguhnya telah menganiaya dirinya dan merusak citra agama yang dianutnya.