Tahun baru yang jatuh pada Rabu (1/1/2025) bertepatan dengan bulan yang sangat dimuliakan oleh Allah SWT, yakni 1 Rajab 1446 H. Sebagai bulan yang mulai, tentunya ini adalah momentum yang mulai bagi kita untuk hijrah. Yakni hijrah dari segala bentuk kekhawatiran iman, menuju kemantapan iman. Yakni memantapkan iman kita dalam merawat keberagaman.
Kebenaran iman tak pernah bertentangan dengan keberagaman. Pun, merawat keberagaman adalah bagian dari sublimasi iman itu sendiri. Jadi, kekhawatiran iman itu selalu berangkat dari ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan ilmu agama). Sehingga, ketidaktahuan itulah yang menumbuhkan rasa “menduga-duga” dan muncul segala macam “prasangka”.
Jadi, semangat hijrah 2025 adalah upaya kita untuk mendulang segala kemuliaan pengetahuan agama yang inna arshalnakah illa rahmatan lil alamin itu dalam merawat keberagaman. Sehingga, iman kita menjadi lebih mantap dalam melestarikan keberagaman ke dalam semangat perdamaian, toleransi dan persatuan.
Hal yang paling utama dari semangat hijrah dari kekhawatiran iman menuju kemantapan iman dalam merawat keberagaman adalah: Kita harus hijrah dari segala pikiran negatif tentang adanya perbedaan. Yakni menuju ke dalam satu kesadaran positif, bahwa segala kemajemukan/perbedaan ini telah menjadi kehendak-Nya. Telah ditegaskan oleh (Qs. An-Nahl:93) “Dan jika Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat saja”.
Kita harus hijrah dari segala bentuk rasa khawatir iman yang menganggap: Perilaku mengucapkan selamat hari raya keagamaan umat agama lain akan merusak iman kita sendiri. Mengapa kita harus hijrah dari segala kekhawatiran dan klaim-dugaan semacam itu? Sebab, tak ada jalan kebaikan dan tindakan berlaku adil dalam menyikapi umat agama lain selain kita selalu respect dan mengakui keberadaan mereka secara sosial lewat ucapan semacam itu. Hal ini ditegaskan dalam (Qs. Al-Mumtahanah:8).
Selama ini, kita kerap terjebak oleh propaganda kaum radikal tentang provokasi yang membenarkan pembunuhan mengatasnamakan iman. Maka di momentum tahun baru 2025 ini, kita harus menumbuhkan semangat baru untuk hijrah dari kesesatan propaganda kaum radikal. Untuk hijrah ke dalam kebenaran agama yang menegaskan bahwa tak ada kebenaran iman yang menghalalkan nyawa orang lain. Kebenaran iman justru sangat menjaga nyawa umat manusia dan ditegaskan dalam (Qs. Al-Maidah:32) “Dan barang sapa, yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya”.
Sebagai umat yang beriman, tentu semangat hijrah harus sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Tentu, segala yang dilarang oleh Nabi, tak boleh dilanggar. Maka, penting bagi kita untuk hijrah dari segala perilaku yang melanggar perintah Nabi, hijrah menjadi taat kepada perintah Nabi. Misalnya, Nabi Muhammad SAW melarang pembunuhan yang ditegaskan Hadits (HR. Bukhari) “Barang siapa yang membunuh orang yang terikat perjanjian. Maka ia tak akan mencium bau surga. Sungguh bau surga tercium dari jarak perjalanan 40 tahun”.
Tahun 2025 ini kita harus benar-benar hijrah dan tunduk atas apa yang telah menjadi kehendak-Nya. Sebagaimana, kita harus hijrah dari egoisme dan radikalisme agama menuju kesadaran agama yang inklusif, tolerant dan penuh kedamaian. Jadi, hijrah dari egoisme beragama menuju kebijaksanaan dalam beragama itu bagian dari perintah-Nya yang ditegaskan dalam (Qs. Al-Baqarah:256) “La ikraha fiddin”.
Semua argumentasi beserta fakta-fakta dalil di atas adalah bagian dari bentuk (cahaya terang) yang harus menjadikan iman kita mantap dalam merawat keberagaman. Tinggalkan segala bentuk kekhawatiran dan prasangka dalam merawat keberagaman. Tahun 2025 adalah momentum kita untuk hijrah, dari kekhawatiran menuju (kebenaran iman) yang mantap dalam merawat keberagaman itu.