Keberadaan Lailatul Qadar memang dirahasiakan, tetapi dia tidak jauh. Dia begitu dekat dan akan hadir ke dalam jati-diri mereka yang penuh tolerant, cinta-kasih dan suka kebersamaan. Lailatul Qadar akan menjauh dan tak akan pernah hadir ke dalam jati diri mereka yang masih dipenuhi dengan kebencian, permusuhan dan kezhaliman.
Seperti dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari-Muslim, riwayat ini berasal dari Ubadah bin ash-Shamit, dia lalu mengatakan “Nabi pernah menemui kamu untuk mengabarkan datangnya malam Lailatul Qadar, tapi ternyata ada dua orang dari kaum muslimin yang saling berselisih. Lalu Rasulullah SAW kemudian berkata “Sungguh aku keluar untuk mengabarkan datangnya Lailatul qadar kepada kalian”.
Berkaca pada hadits di atas, pada mulanya Lailatul Qadar itu tidak dirahasiakan. Nabi ingin mengabarkan para shabat perihal waktu keberadaan Lailatul Qadar melalui perintah-Nya. Namun, perselisihan/konflik antar dua muslim yang sampai berujung saling mencaci penuh kebencian itulah yang menjadi penyebab Lailatul Qadar kembali dirahasiakan oleh-Nya.
Dari sinilah fakta argumentasi bahwa Lailatul Qadar hanya akan hadir kepada jati diri mereka yang anti konflik, bukan gemar menebar konflik. Lailatul Qadar akan hadir ke dalam jati diri mereka yang dipenuhi rasa tolerant, bukan kebencian. Lailatul Qadar akan hadir ke dalam jati diri yang penuh cinta kasih dan suka kebersamaan tanpa perpecahan.
Allah SWT begitu sangat membenci segala bentuk konflik, permusuhan apalagi sikap-sikap intolerant yang melahirkan kekacauan hingga membenarkan kezhaliman. Maka, dari sinilah hadirnya Lailatul Qadar hanya diberi clue-etis di 10 hari terakhir bulan suci Ramadhan dan keberadaannya dirahasiakan agar manusia berusaha menggapainya dengan kebaikan-kebaikan spiritual yang dapat melahirkan keshalihan sosial.
Dalam jangka 10 hari terakhir bulan suci Ramadhan, yang dikenal sebagai (itqum minan nar). Kita diminta untuk berdoa, melaksanakan shalat malam, berdzikir memohon ampun atas segala dosa-dosa yang diperbuat. Lalu berusaha untuk tak mengulangi lagi dan ini sebagai bagian dari prinsip teologis dalam menjauhkan kira dari api neraka melalui pertaubatan-pertaubatan.
Artinya apa? perjalanan spiritual dalam pertaubatan kita di tengah proses pencarian Lailatul Qadar ini pada hakikatnya ingin menjadikan manusia yang bersih. Yakni manusia yang bisa seutuhnya menjauhi segala keburukan, kemudharatan dan kezhaliman yang menjadi kunci api neraka mudah membakar kita karena azab perilaku demikian.
Ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwasanya “Barang siapa yang melakukan Qiyamul Lailatul Qadar, maka dia menjumpainya”. Lalu ada yang bertanya kepada Rasulullah dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah, bahwasanya “Apa pendapatmu wahai Rasulullah, seandainya aku menjumpai Lailatul Qadar? Apa yang aku ucapkan?” Lalu Rasulullah SAW menjawab, “Ucapkanlah, Allahumma innaka afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni”.
Lailatul Qadar adalah tentang kesejatian manusia agar bersih dari segala keburukan-keburukan seperti kebencian dan intoleransi itu. Sebagaimana perintah berdoa dan meminta pertaubatan ketika bertemu Lailatul Qadar, karena Lailatul Qadar adalah (pintu rahmat keberkahan) Allah SWT dibukakan kepada manusia untuk kembali ke dalam jalan yang benar yakni jalan yang bersih dari dosa dan keburukan.
Jadi, sekali lagi Saya tegaskan dan perlu kita sadari. Bahwa, Lailatul Qadar itu memang dirahasiakan tetapi dia tak jauh dari kita. Dia begitu dekat dan bahkan akan hadir dengan sendirinya ke dalam jati diri yang penuh tolerant, penuh cinta-kasih dan cinta kebersamaan. Sebab, Lailatul Qadar tak akan hadir kepada mereka yang masih diselimuti dengan kebencian, intoleransi dan perilaku kezhaliman.