Memerdekakan Dunia Maya dari Konten Negatif

Memerdekakan Dunia Maya dari Konten Negatif

- in Narasi
1431
0

Dewasa ini dunia maya sudah menjadi kebutuhan fital bagi seluruh elemen bangsa, baik kaula muda, tua, bahkan anak belia. Semua seperti telah termanjakan oleh sajian yang ada di dalamnya karena kemudahan akses berselancar di dunia maya, apalagi saat ini aksesnya tidak terhalang ruang dan waktu. Menakjubkan memang, hanya dengan memanfaatkan gadget yang dimiliki, semua orang bisa mendapatkan apa yang diinginkan. Terlebih lagi, semua orang juga bisa memproduksi informasi yang bisa disebarluaskan di dunia maya.

Di satu sisi, memang kecepatan mendapatkan informasi di dunia maya sangat menguntungkan. Namun, di sisi lain, di balik keuntungan tersebut juga mengandung unsur yang membahayakan. Sangat berbahaya karena semua orang bebas berekspresi di dalamnya, apalagi jika informasi yang disebarluaskan tanpa disertai filter terlebih dahulu. Dan lebih ironis lagi, bila penikmat sajian di dunia maya kurang memfilter informasi, tetapi kemudian hanya copy, paste, dan share informasi yang didapat, akan membuat dunia maya menjadi penuh dengan kebencian dan permusuhan.

Pemandangan demikian mudah saja terjadi, lantaran semua orang memiliki watak yang berbeda. Ada yang penyabar, ada pula yang mudah emosi. Jika emosi yang dikedepankan, tentu akan menyulut emosi pihak lain melalui akun media sosialnya, yang tidak lain adalah dengan share informasi yang padahal di dalamnya mengandung unsur hoax, cacian, provokasi, ujaran kebencian, bahkan kekerasan. Apalagi saat ini banyak oknum radikal yang dengan sengaja memanfaatkan media sosial untuk kepentingannya dalam menyebarkan pemahaman-pemahaman yang menyesatkan.

Berdasarkan fenomena di atas, dapat dipahami bahwa ternyata dunia maya membawa pengaruh sangat signifikan dalam aktivitas di dunia nyata. Banyaknya konflik, permusuhan, kekerasan, dan lain sebagainya yang ada di lingkungan masyarakat juga salah satunya berawal dari ujaran kebencian dan provokasi yang ada di dunia maya. Karena itu, jika masyarakat kurang sadar akan hal itu, niscaya konflik di dalam masyarakat yang disebabkan oleh konten negatif di dunia maya tidak akan pernah berhenti.

Permasalahan utamanya sebenarnya hanya satu, yakni bagaimana setiap orang mampu memfilter informasi atau tidak. Al-Qur’an telah mengajarkan kepada kita semua, untuk selalu mengecek kebenaran informasi yang didapatkan, agar tidak menyesatkan orang lain. “Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu,” (Al-Hujurat ayat 6).

Di samping itu, al-Qur’an juga menyatakannya lagi secara tegas dan jelas dalam Surah An-Nur ayat 15 bahwa, “(Ingatlah) ketika kamu menerima (berita bohong) itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar,” (An-Nur 15). Hal ini mengingatkan seluruh elemen bangsa bahwa filtrasi terhadap informasi yang didapat itu sangat penting. Semua harus peka dan sadar, bila mendapatkan sebuah informasi, harus meneliti kebenarannya terlebih dahulu, sebelum bertindak lebih jauh.

Ada sebuah cerita, bahwa Imam Ja’far As-Shodiq pernah didatangi seorang sahabatnya yang membawa dan melaporkan bahwa ada salah satu temannya yang berbuat buruk. Mendengar itu, lalu Imam Ja’far berkata, “Dustakan matamu, dustakan pendengaranmu!”. Kalimat tersebut diungkapkan tidak lain adalah asebagai ajaran untuk selalu menahan diri untuk tidak berburuk sangka kepada orang lain. Sebab, penyampai berita yang juga belum mengetahui informasi nyang dibawanya, termasuk salah satu dari dua pembohong. Di masa sekarang, hal ini tentu juga berlaku ketika mendapatkan informasi yang ada di dunia maya.

Menjadi Duta Damai

Perlu diketahui bahwa tidak sedikitnya informasi yang bermuatan konten negatif di dunia maya, tidak hanya akan membuat persaudaraan sesama bangsa terpecah belah, tetapi juga akan hancur lebur dan sulit dibenahi. Sekalipun negara sudah hadir mengatur regulasi hukum untuk mengatasi penyebaran konten-konten negatif hukum—yang terangkum dalam Undang-Undang ITE,— tetapi pendekatan struktural semacam itu terasa kurang efektif. Sebab, jika kesadaran setiap individu untuk menjaga dunia maya kurang diperhatikan, maka hasilnya akan sama saja.

Masyarakat tidak melulu butuh berbagai macam peraturan yang sifatnya formal, tetapi juga pendidikan kultural bagaimana pentingnya menjaga ruang virtual. Pendidikan kultural ini bisa melalui berbagai macam, salah satunya adalah dengan upaya menyadarkan masyarakat tentang bahaya ujaran kebencian dan konten-konten negatif jika disebarkan secara luas. Negara juga harus hadir untuk mengembalikan jati diri bangsa menjadi bangsa yang toleran, saling menghargai, dan benci permusuhan.

Bertepatan dengan momentum kemerdekaan ini, seluruh elemen bangsa diharapkan mampu menjadi duta damai di dunia maya. Tidak lain adalah dengan turut serta menyemai perdamaian di ruang virtual, membasmi dan melawan oknum-oknum yang secara sengaja menebar benih kebencian. Dengan demikian, dunia maya akan steril dari ujaran kebencian, isu SARA, dan lain semacamnya. Jika hal itu sudah terpenuhi, niscaya akan membawa negara ke arah yang damai tanpa permusuhan. Semoga. Wallahu a’lam bi al-shawab.

Facebook Comments