Pengaruh dunia maya atau media sosial dalam kehidupan saat ini begitu besar. Di beberapa negara kita bahkan melihat bagaimana media sosial telah terbukti menjadi alat yang ampuh untuk memantik suatu gerakan sosial maupun untuk menggalang dukungan politik. Bisa dikatakan, siapa yang menguasai ruang maya, maka ia akan bisa mengendalikan isu dan dengan demikian akan berpotensi besar memengaruhi pemikiran masyarakat luas.
Artinya, menjadi berbahaya jika dunia maya dipenuhi konten negatif, fitnah dan kabar bohong, narasi radikalisme-terorisme, maupun provokasi kebencian yang memecah belah bangsa. Sebab masyarakat akan terjebak dalam pemikiran sempit, mudah curiga dan membenci sesama, bahkan mudah melakukan intoleransi dan kekerasan. Di tengah kondisi tersebut, maka tak ada alasan lagi untuk mengesampingkan isu-isu yang berkembang di ruang maya.
Momentum peringatan hari kemerdekaan ke-73 sekarang ini menjadi momen yang tepat untuk menyebarkan semangat kebangsaan. Tak sekadar di ruang-ruang publik di dunia nyata, namun juga di ruang maya. Semangat kebangsaan, semangat Pancasila, dan semangat Merah-Putih harus juga digelorakan di ruang maya jika kita tidak ingin dunia maya dipenuhi konten-konten negatif yang bisa menggerus dan memecah belah keutuhan bangsa.
Semangat merah-putih
Semangat Merah-Putih, yang menjadi warna bendera Indonesia, bagi penulis adalah tentang semangat keberanian (merah) yang dilandasi kesucian atau kebenaran (putih). 73 tahun yang lalu bendera Merah Putih berkibar di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta menandai kelahiran bangsa Indonesia. Sejak saat itu, Merah Putih terus berkibar di mana-mana di seluruh pelosok negeri mengiringi perjalanan bangsa dalam mengadapi berbagai tantangan zaman.
Spirit Merah-Putih tersebut sekarang bisa ditransformasikan menjadi semangat untuk terus berani melawan segala bentuk ancaman terhadap bangsa ini dengan dasar menegakkan prinsip-prinsip kemanusiaan, persaudaran, dan keadilan. Dengan kata lain, semangat Merah-Putih bisa diwujudkan lewat keberanian untuk terus melawan narasi-narasi pemecah belah yang mengancam eksistensi bangsa, dengan tujuan merawat dan menjaga kedaulatan bangsa. Dengan semangat merah-putih, kita tak gentar melawan segala bentuk upaya atau gerakan yang bisa menggerus dan memecah belah keutuhan bangsa.
Ruang maya
Menunjukkan spirit kemerdekaan dan Merah-Putih di era sekarang tak cukup dengan sekadar memasang bendera di halaman rumah atau mengikuti lomba 17-an. Di samping hal-hal tersebut, sekarang kita perlu juga bergerak di dunia maya. Rasa cinta tanah air juga perlu diekspresikan secara luas di ruang maya sebagai ruang yang berperan besar membangun dan membentuk pemahaman publik. Artinya, Merah-Putih tak sekadar dikibarkan di halaman rumah atau di pinggir-pinggir jalan, namun semangatnya juga harus berkibar di dunia maya.
Caranya, tidak lain adalah dengan terus memproduksi dan menebarkan konten-konten kebangsaan yang bisa menumbuhkan kecintaan kita terhadap Tanah Air. Konten-konten yang menebarkan kebencian dan memecah belah harus dilawan dengan konten-konten yang menyatukan dan mendamaikan. Dalam hal ini, dibutuhkan kekompakan bersama, baik pemerintah, para pemimpin, tokoh-tokoh masyarakat, akademisi, sejarawan, budayawan, dan masyarakat luas secara umum untuk bergerak menebarkan pesan-pesan kebangsaan di dunia maya.
Ketika semua elemen masyarakat yang aktif di dunia maya terus bergerak memproduksi maupun menyebarkan konten-konten kebangsaan, maka dunia maya akan dipenuhi “atmosfer merah-putih”. Atmosfer merah-putih ini dihasilkan dari berbagai konten digital, baik berupa tulisan, gambar, maupun video atau film pendek yang kental dengan nuansa keindonesiaan. Baik itu nilai-nilai persaudaraan, kebersamaan atau gotong-royong, penghargaan pada keragaman atau toleransi, semangat persatuan, maupun nilai-nilai lainnya yang khas masyarakat Indonesia sejak dulu.
Ketika dunia maya dipenuhi konten-konten tersebut, maka masyarakat akan semakin tercerahkan dan tersadarkan akan betapa pentingnya menjaga bangsa ini. Kesadaran ini tumbuh setelah “mengkonsumsi” berbagai konten positif tersebut. Lebih jauh, masyarakat tak sekadar tersadarkan, namun juga bisa mendapatkan inspirasi dan tergugah untuk turut aktif berkontribusi menjaga dan merawat bangsa ini. Kita tahu karakteristik media sosial yang gampang membuat sesuatu menjadi viral. Bayangkan jika gerakan ini dilakukan ratusan juta masyarakat Indonesia, tentu semangat Merah-Putih akan begitu menggelora dari ruang maya.
Di samping penting untuk membangun kesadaran kebangsaan masyarakat saat ini, konten-konten berwawasan kebangsaan juga akan terus berguna sampai kapan pun. Sebab, kita tahu jejak digital akan tetap ada, selama belum dihapus. Dalam waktu 10 atau 20 tahun ke depan, jejak digital tentang konten kebangsaan yang kita buat atau kita sebar akan bisa terus dilihat dan dibagikan warganet lintas generasi, sehingga energi positif tentang kecintaan pada Tanah Air yang terkandung di dalamnya bisa terus memperkokoh dan menerangi bangsa ini ke depan.