Persoalan Terorisme merupakan permasalahan global di mana penanganannya masih terus jadi perbincangan di segala level masyarakat, baik dalam kajian politik, akademik, ekonomi dan yang lainnya. Gema perbincangannya pun semakin menggaung tatkala peristiwa 11 September 2001 teramplifikasi dalam berita serangan teroris Al-Qaeda terhadap gedung World Trade Centre di Amerika Serikat. Masyarakat dunia mengalami kehebohan dan kekhawatiran luar biasa akibat hal ini. Dampaknya pun ikut dialami oleh negara kita. Semakin banyaknya bermunculan aksi teror yang selama ini banyak dimotori oleh pihak yang menginginkan pendirian negara Islam, akhirnya mengurung kebebasan masyarakat dalam penjara kekhawatiran dan ketakutan terhadap lingkungan sekitarnya.
Sulitnya mendapatkan formulasi penyelesaian masalah, seolah membuktikan bahwa rasa khawatir yang muncul adalah layak adanya. Selain itu beragamnya latar belakang penyebab munculnya terorisme, menjadikan persoalan ini tidak mungkin untuk diselesaikan hanya dengan sekali tindak. Perlu upaya kolektif yang berkesinambungan dari semua pihak dan tentunya harus dilakukan sedini mungkin untuk menyelesaikan persoalan ini. Namun karena lebarnya ruang keterbatasan yang dimiliki banyak pihak, akhirnya memaksa kita untuk dapat memahami kondisi tersebut.
Walau demikian, bukan berarti kita harus menjadi acuh tak acuh dengan persoalan tersebut. Kita bisa memulainya dengan melakukan langkah kecil yang bersifat fundamental. Langkah tersebut adalah dengan memikirkan dan mempelajari kembali prinsip hidup yang pernah diingatkan oleh banyak orang tua dulu kepada kita. Mengapa demikian? Sebab untuk menangkal sesuatu yang bersifat radikal dari luar, maka yang kita butuhkan bukan lagi asupan dari luar melainkan sebuah sistem imunitas yang mestinya berasal dari dalam. Hal ini penting, sebab tidak semua ide yang berhubungan dengan dunia luar selalu benar. Selain itu, adanya semangat memunculkan sesuatu yang berasal dari dalam tentu akan semakin memberikan penguatan terhadap dasar yang telah kita miliki sejak lama.
Mengenali Diri Sendiri
Tahu diri, Eling, kenali dirimu atau pun sadar diri merupakan sejumlah ungkapan yang kerap diucapkan oleh para orang tua terdahulu kepada putra/putri–nya. Umumnya hal ini disampaikan oleh para orang tua tatkala putra/putri mereka bertindak berlebihan atau pun menyalahi norma yang ada. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan mengingatkan keturunannya tersebut agar tidak sombong, mulai menyadari bahwa siapakah sejatinya mereka dalam kehidupan ini, serta pesan pengingat agar mereka harus kembali ke nilai nilai awal yang dulu pernah ditanamkan. Sejenak pesan ini seolah tidak memiliki kaitan yang berarti dengan persoalan radikalisme atau bahkan terorisme. Namun bila dipahami secara mengakar, sebenarnya pesan ini sangat pas untuk mengingatkan kita tentang diri manusia dan kaitannya dalam menangkal ideologi radikal dan terorisme.
Eling merupakan sebuah ide yang berasal dari bahasa jawa, di mana berhubungan erat dengan kosmologis masyarakat Jawa. Dalam prakteknya, Eling dimaknai sebagai sebuah langkah berkontempelasi agar dapat memperoleh jawaban atas upaya penyadaran terhadap diri sendiri. Terkadang hal ini juga dikaitkan dengan pengendalian diri atau pun pengendalian nafsu yang dimiliki oleh manusia. Sampai di sini kita tentu bisa melihat adanya kesamaan makna secara harafiah terkait empat kata di atas, yaitu Tahu diri, Eling, kenali dirimu atau pun sadar diri. Keempat kata di atas menuntut adanya sebuah keinginan untuk memperbaiki diri melalui proses kontempelasi dan penyadaran terhadap dirinya sendiri.
Proses pengenalan terhadap diri sendiri ini sangat diperlukan guna membendung setiap ideologi luar yang kerap menyesatkan masyarakat kita. Kesesatan ini terjadi salah satunya akibat penyerapan cara pandang dan ideologi luar secara tekstual namun tidak memperhatikan konteks penerapannya. Akibatnya, model tersebut memaksa yang bersangkutan untuk menerapkannya secara puritan di negara kita. Akhirnya hal tersebut memberangus keindahan keberagaman yang telah ada di bumi Indonesia ini.
Tujuan dari mempelajari hal ini adalah mulai mengingatkan bahwa banyak hal yang mesti kita fikirkan terlebih dahulu sebelum kita bertindak. Sebagai contoh, kita harus berfikir terlebih dahulu tentang siapakah sebenarnya kita dalam alam semesta ini, siapakah sebenarnya kita dalam negara ini, apakah yang sudah kita lakukan bagi sesama kita? dan lain sebagainya. Gunanya, agar kita tidak lantas seenaknya menyatakan pihak lain salah, apalagi sampai memaksa dan menindas mereka hanya karena berbeda. Hal ini penting untuk kembali diingat, dipelajari dan diinternalisasikan bersama. Harapannya, dengan kembali mempelajari hal ini kita dapat meredam dan mengikis paham radikalisme serta terorisme yang belakangan semakin mencengkram kebebasan kita.