Menjadi Toleransi Adalah Indikator Keberhasilan Puasa

Menjadi Toleransi Adalah Indikator Keberhasilan Puasa

- in Narasi
157
0
Menjadi Toleransi Adalah Indikator Keberhasilan Puasa

Lembaran Ramadan 1445 H sudah di ujung bibir, sebentar lagi akan menemui ujungnya. Satu sisi kita gembira karena akan merampungkan Ramadan tahun ini, akan tetapi di sisi lain kita juga sedih sebentar lagi Ramadan akan pergi. Namun dari itu semua, hikmah-hikmah kebangsaan Ramadan ini harus membekas. Lebih khusus dalam rangka menjalani kehidupan damai dan rukun antar umat beragama di bulan-bulan berikutnya.

Ramadan telah mengajarkan kepada bangsa yang majemuk ini untuk tetap bisa hidup berdampingan secara damai, harmonis, toleran serta mampu bekerja sama menjalankan kehidupan berbangsa dan beragama. Meskipun, dalam kondisi objektif bangsa Indonesia yang majemuk (heterogen), kita tentunya sadar bahwa salah satu kunci sukses meniti kehidupan ini adalah senantiasa menebar toleransi dalam kehidupan berkebangsaan. Apalagi ciri-ciri orang puasanya sukses adalah tetap berlaku toleransi antar sesama.

Bangsa Indonesia diharapkan terus berusaha menciptakan hidup rukun dan saling menghargai di tengah kemajemukan identitas yang ada. Selama kita punya cita-cita dan keinginan kuat, tentu akan selalu ada celah terbuka untuk tumbuhnya sikap menghargai, menghormati, dan bersatu padu.

Sebagaimana diketahui bahwa agama merupakan salah satu di antara identitas yang ada dalam kemajemukan di negara bhinneka ini. Dalam hal ini salah satunya, Indonesia tak hanya mengakui satu agama saja, melainkan ada beberapa seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Kondisi objektif multi-agama ini, mengharuskan akan pentingnya toleransi.

Menjadi toleransi adalah salah satu indikator keberhasilan puasa kita. Toleransi ini harus senantiasa kita rawat untuk menjaga iklim kondusif, senantiasa berdoa kepada Tuhan, dan tentunya dengan saling menghormati satu sama lainnya adalah kunci sukses meniti kehidupan berkebangsaan. Bagaimana mungkin umat beragama dapat hidup harmonis, bila tidak saling memahami; tidak saling toleran satu dengan lainnya. Bagaimana mungkin orang bisa menjalankan puasa dengan tenang jikalau toleransi tidak kita tegakkan.

Itu artinya, menciptakan suasana hidup yang harmonis pada bulan-bulan berikutnya adalah sangatlah penting bagi kehidupan bersama bagi negara bangsa-bangsa ini. Berbagai problem bangsa tidak bisa hanya diselesaikan satu atau dua agama tertentu saja, tidak dapat ditangani satu atau dua kelompok etnis saja. Namun, penyelesaian masalah yang ideal menuntut partisipasi seluas mungkin dari setiap umat beragama, suku, dan bangsa.

Oleh karena hal tersebut, meningkatkan kehidupan toleransi pada bulan-bulan berikutnya setelah Ramadan merupakan keniscayaan. Harapannya, umat beragama di negeri ini sadar dan juga tidak berada dalam ruang kehidupan harmoni yang rapuh berkepanjangan.

Pentingnya toleransi kehidupan keagamaan dan kebangsaan sebagai suatu pondasi membangun keutuhan bangsa Indonesia telah banyak disadari oleh berbagai elemen bangsa. Namun, aktualisasi di level tindakannya terkadang belum dilakukan secara intens. Padahal hal ini sangat penting dalam menghadapi berbagai problem kebangsaan.

Dalam upaya mewujudkan spirit toleransi tersebut, setidaknya bangsa ini patut memperhatikan tiga hal, yaitu pertama, bagaimana menciptakan terjadinya hubungan langsung antar-kelompok. Kedua, menciptakan kondisi sosial yang tercipta antar-personal yang mempunyai kesadaran untuk hidup rukun bersama, berdampingan, dan menghargai akan perbedaan. Ketiga, bersatu padu menjalankan anjuran dan imbauan pemerintah demi kebangsaan dan keagamaan. Hal ini tentunya, sebagai suatu hal yang bukan menjadi alasan untuk terjadinya konflik.

Setiap pemeluk agama ataupun anak bangsa Indonesia perlu mempunyai semacam tanggungjawab global yakni memiliki solidaritas terhadap penderitaan kemanusiaan akibat pandemi secara universal. Di sini muara keprihatinan, penghormatan, dan kepedulian kita adalah harkat-martabat manusia itu sendiri sebagai anugerah istimewa dari Tuhan yang wajib kita jalankan di setiap sendi kehidupan.

Lebih jauh lagi, kita juga dituntut menghormati dan menghargai martabat pemberian Tuhan kepada setiap manusia ini, termasuk orang yang memusuhi kita. Sebab, tujuan segenap hubungan manusia, entah itu hubungan keagamaan, sosial, politik, atau ekonomi merupakan kerjasama dan saling menghormati.

Upaya-upaya merawat toleransi juga tidak boleh sebatas menyentuh sebagian aspek agama saja. Namun, harus menyentuh baik hak-hak asasi manusia, lingkungan, isu-isu politik, dan ekonomi, maupun isu keadilan sosial, dan hak semua orang di manapun untuk hidup aman, sejahtera dan damai. Harapannya ke depan, rasa toleransi yang merupakan salah satu pesan Ramadan ini harus kokoh, sehingga kehidupan harmonis antar umat beragama dan bangsa-bangsa di negeri ini dapat terwujud. Pun demikian puasa kita akan diterima oleh Allah SWT, semoga.

Facebook Comments