Munarman Ikrar Setia NKRI Bukti Keberhasilan Deradikalisasi

Munarman Ikrar Setia NKRI Bukti Keberhasilan Deradikalisasi

- in Kebangsaan
574
0
Munarman Ikrar Setia NKRI Bukti Keberhasilan Deradikalisasi

Munarman, mantan juru bicara Front Pembela Islam (FPI) bersumpah setia pada NKRI. Ikrar itu diucapkannya di Lapas Kelas 2-A Salemba, Jakarta Timur pada Selasa lalu. Munarman diketahui tengah menjalani vonis 3 tahun penjara akibat keterlibatannya dalam gerakan terorisme.

Ikrar setia Munarman kepada NKRI ini tentu patut diapresiasi. Di satu sisi, ini menandai adanya pergeseran pemikiran dari seorang Munarman. Ia yang dulunya dikenal sangat anti-Pancasila dan getol mengampanyekan formalisasi syariah dan pendirian khilafah kini menyatakan mengakui dan setia pada NKRI.

Ini artinya, individu yang terpapar ideologi ekstremisme pada dasarnya juga manusia biasa yang bisa berubah pendirian. Persepsi bahwa keyakinan seseorang pada suatu ideologi itu sukar diubah terbantahkan dengan hal ini. Bahwa keyakinan ideologis tetap bisa bergeser dan diubah.

Ikrar Munarman kepada NKRI juga membuktikan bahwa strategi deradikalisasi yang dilaksanakan pemerintah terbukti berhasil. Selama ini, banyak pihak memandang sinis upaya deradikalisasi yang dilakukan pemerintah. Terutama melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Seberapa Penting Deradikalisasi?

Sejumlah kalangan menganggap program deradikalisasi narapidana terorisme sebagai tindakan sia-sia dan hanya membuang uang negara. Persepsi miring itu pun terbantahja dengan fakta bahwa banyak narapidana terorisme akhirnya mengucap sumpah setia pada NKRI ketikannya mereka masih menjalani masa kurungan penjara. Banyak pula mantan napiter yang selepas kelaur dari penjara tetap dibina dan diarahkan agar tidak kembali ke gerakan radikal-ekstrem.

Data BNPT menyebut bahwa di tahun 2022 saja ada setidaknya 475 napi yang berhasil menjalani proses deradikalisasi.

Upaya deradikalisasi memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Mengubah keyakinan ideologis seseorang, apalagi yang sudah terpapar ideologi keagamaan ekstrem membutuhkan proses panjang, melibatkan multipendekatan, dan membutuhkan sinergi lintas-sektor.

Pakar terorisme Sidney Jones menyebut bahwa pendekatan deradikalisasi pada napiter atau mantan napiter tidak bisa sama. Melainkan berbeda-beda karena menyesuaikan dengan latar belakang atau faktor mengapa individu tersebut terpapar ideologi ekstrem.

Misalnya, individu yang terlibat gerakan terorisme lantaran faktor ekonomi atau fianansial kiranya bisa dideradikalisasi melalui pemberdayaan ekonomi. Misalnya dengan memberikan bantuan modal dan pelatihan usaha. Tujuannya agar mereka memiliki kemandirian ekonomi dan tidak tergoda kembali dalam gerakan ekstrem.

Beda halnya dengan individu yang terpapar terorisme karena pemahaman keagamaan yang kaku dan literalistik, idealnya dideradikalisasi dengan pendekatan diskusi atau dialog. Tujuannya untuk membentuk pola pikir yang terbuka (open minded) dan adaptif dengan perbedaan pandangan.

Melawan Propaganda Radikalisasi

Pendek kata, deradikalisasi itu bukan persoalan sederhana, yang bisa diselesaikan dalam waktu yang singkat, melainkan sebuah proses yang kompleks dan membutuhkan proses panjang. Dalam konteks jangka panjang, program deradikalisasi dan tentunya kontra-narasi ekatremisme akan menjadi ujung tombak penanganan fenomena terorisme di Indonesia.

Terlebih saat ini, angka aksi teror menunjukkan kecenderungan melandai. Artinya, kelompok teroris mulai kehilangan ruang gerak untuk bermanuver. Program deradikalisasi penting demi memastikan para napi terorisme tidak kembali ke jaringan gerakan radikal selepas keluar dari jeruji besi.

Sedangkan strategi kontranarasi ekstremisme diperlukan untuk menandingi propaganda ideologi dan gerakan radikal yang belakangan masif tersebat tidak hanya di dunia nyata namun juga dunia maya.

Ikrar Munarman setia pada NKRI tentu patut diapresiasi. Meski kita tidak boleh berpuas diri. Tentu ikrar setia itu tidak boleh hanya di mulut apalagi secara simbolik saja. Hanya waktu yang akan membuktikan apakah ikrar itu benar-benar dari hati atau lip service belaka. Ke depan, agenda deradikalisasi tentu tetap harus dijalankan. Dibutuhkan sinergi lintas sektor dan pihak serta multi-pendekatan agar program deradikalisasi bisa lebih efektif.

Facebook Comments