Budaya perkelahian antar pelajar masih menjadi masalah klasik. Masalah ini menjadi semakin kompleks akhir-akhir ini dengan fenomena semakin beraninya siswa sekolah mempermalukan guru di kelas, diajak berkelahi, dianiaya bahkan ada yang dipukul hingga tewas. Berbagai fenomena tersebut cukup merisaukan karena generasi inilah yang akan menentukan masa depan bangsa di masa yang akan datang.
Pendidikan sejatinya tidak hanya mendidik anak mempunyai prestasi tinggi dalam bidang akademik, tetapi hal yang mesti diperhitungkan adalah kualitas penanaman karakter. Dengan kata lain, pendidikan sebenarnya bertujuan pada dua hal mendorong manusia yang cerdas secara intelektual dan membentuk manusia yang beradab secara spiritual, emosional, dan sosial. Tidak cukup memiliki kualitas intelektual, tetapi krisis di aspek kecerdasan spiritual, emosional dan sosial. Aspek kedua inilah yang disasar oleh pendidikan karakter.
Kenapa pendidikan karakter menjadi sangat penting? Kunci keberhasilan seorang siswa kelak bukan hanya ditentukan oleh prestasi akademiknya, tetapi sangat tergantung dari kepriadian dan mentalnya. Jiwa kemandirian, kesopanan, adaptable dengan lingkungan dan tantangan, mudal bergaul dan siap menerima perbedaan merupakan karakter dan nilai yang juga sangat menentukan masa depan siswa.
Karena itulah, misi besar bangsa ini untuk memberikan, mendidik dan menanamkan pendidikan karakter di sekolah harus terus didukung dan digalakkan. Namun, pertanyaannya apakah karakter bisa dibentuk hanya dengan pendidikan formal dan pengajaran ruang kelas berbasis mata pelajaran?
Karakter sebenarnya sangat terkait dengan sikap dan pandangan yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Proses penanaman karakter tidak hanya berhenti pada pemberian mata pelajaran norma dan etika, tetapi keteladanan di lingkungan sosial. Dari sinilah, pendekatan budaya menjadi sangat penting dalam mentransfer karakter dan nilai kepada anak.
Baca juga :Akhlak Nabi sebagai Manifestasi Pendidikan Karakter
Pendekatan budaya dalam mendidik watak dan karakter mengandainkan bahwa lingkungan sosial harus menjadi arena kondusif bagi penanaman dan proses identifikasi siswa dalam menyerap pendidikan karakter. Setidaknya tiga elemen penting sebagai kunci efektifitas pendidikan karakter yang harus dikuatkan: lingkungan masyarakat yang dimulai dari keluarga, budaya sekolah yang mendukung dan lingkungan kelas.
Pertama, lingkungan masyarakat yang dimulai dari unit paling kecil bernama keluarga. Keluarga berperan sangat penting sebagai sekolah pertama dalam mendidik karakter anak. Orang tua tidak hanya khawatir ketika anaknya mendapatkan nilai jelek, tetapi akan lebih khawatir ketika melihat anaknya mulai tidak disiplin, tidak jujur, tidak sopan dan mulai bersikap kasar.
Pembudayaan karakter yang beradab harus dimulai keluarga dengan cara keteladanan seorang ibu dan bapak. Keluarga harus menjadi institusi pertama yang mendorong anaknya untuk percaya dan menghormati lingkungan sekolah baik guru dan teman sebayanya. Akan fatal, apabila orang tua justru tidak menaruh kepercayaan atas proses pembelajaran di sekolah. Intinya, keteladan orang tua merupakan cermin bagaimana siswa bersikap di lingkungan sekolah.
Kedua, budaya lingkungan sekolah. Institusi pendidikan harus menjamin dan menyediakan ruang sosial yang kondusif yang dapat membantu proses internalisasi nilai dan watak peserta didik. Keagamaan, kedisiplinan, kejujuran, saling menghormati, dan kemandirian harus menjadi budaya yang tercipta di lingkungan sekolah.
Ketiga, lingkungan kelas. Proses inti pembelajaran pendidikan karakter adalah di ruang kelas. Dalam proses inilah, dibutuhkan guru yang mampu mengkomunikasikan pengetahuan menjadi sikap bukan doktrin. Guru harus menjadi teladan tetapi juga teman yang baik dan komunikatif dalam memecahkan persoalan di kelas.
Ketiga elemen penting untuk saling menguatkan dalam menanamkan pendidikan karakter seperti nilai agama, norma kesopanan, integritas, kepedulian, kebersamaan dan cinta tanah air. Hal ini akan selaras dengan tujuan pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.