Perjuangan Nasionalisme Palestina Butuh Solusi Khilafah?

Perjuangan Nasionalisme Palestina Butuh Solusi Khilafah?

- in Narasi
1280
0
Perjuangan Nasionalisme Palestina Butuh Solusi Khilafah?

Berbicara Palestina mungkin yang tergambar dalam banyak sebagian masyarakat sebagai negara Islam yang hanya dihuni oleh umat Islam. Bahkan ketika membincangkan perlawanan rakyat Palestina terhadap zionisme Israel yang selalu mengemuka adalah persoalan perlawanan umat Islam dengan istilah jihad melawan Israel.

Karena itulah, selalu yang digambarkan dalam konflik tersebut adalah solusi keagamaan. Salah satunya yang populer adalah solusi khilafah untuk Palestina. Betulkah khilafah akan efektif sebagai solusi dari gerakan nasionalisme rakyat Palestina? Bukankah Palestina adalah gerakan nasionalisme sementara khilafah menolak konsep nasionalisme?

Sebenarnya harus dipahami negara Palestina dihuni juga oleh non muslim. Muslim dan Non Muslim telah lama hidup berdampingan secara damai. Istri pejuang Palestina Yasser Arafat yang bernama Suha adalah penganut katolik taat. Secara demografis Palestina dihuni oleh tiga penganut agama Islam, Kristen dan Yahudi.

Apabila ditanyakan apakah perjuangan Palestina berarti perjuangan menegakkan negara Islam? Atau Palestina ingin Khilafah seperti perjuangan Hizbut Tahrir yang juga lahir dari konflik ini?

Perjuangan Palestina bukan semata perjuangan umat Islam, tetapi perjuangan nasionalisme rakyat Palestina. Meskipun hanya minoritas, umat Kristen juga menorehkan sejarah penting bagi perjuangan negara Palestina. Negara Palestina diimpikan sebagai negara yang menaungi

yang sedang berkonflik dengan Israel.

Jadi, bisa dipahami dengan cukup jelas bahwa perjuangan rakyat Palestina tidak ada hubungannya dengan impian membentuk khilafah seperti impian organisasi gerakan yang lahir di Palestina seperti Hizbut Tahrir. Perjuangan Palestina sebagai negara juga dilakukan oleh kalangan Kristen. Salah satu pejuang yang cukup populer dan ketika kematiannya pada tanggal 26 Januari 2008, dihadiri oleh Yasser Arafat dan Pemimpin Hamas. Mereka menyanjungnya sebagai pejuang sepanjang hidup untuk kebebasan Palestina.

Dialah George Habas seorang pejuang kemerdekaan Palestina yang beragama nasrani. Setelah melihat penderitaan rakyat Palestina dan keluarganya terusir dari tanah kelahirannya pada kejadian Nakba tahun 1948, ia bertekad memperjuangkan tanah kelahirannya. Buah perjuangnnya, ia dengan temannya Wadi haddad yang juga penganut Kristen membentuk Arab Nastioalist Movement (ANM) yang kemudian menjelma menjadi Popular Front for the Liberation of Palestine (PFLP) yang menjadi motor penggerak perjuangan rakyat Palestina paling menakutkan bagi zionis Israel.

Pejuang lainnya dari penganut Kristen yang terkenal adalah seperti Kemal Nasser dan juga yang juga tidak kalah populernya adalah Khalid Al Sakakini, seorang intelektual yang hidup jauh sebelum Nasser dan Yasser Arafat. Ia adalah seorang pejuang penting bagi perjuangan rakyat Palestina.

Penggambaran dalam tulisan ini bukan mengecilkan pejuang islamis dan jihadis yang saat ini cukup populer dan mewarnai perjuangan kemerdekaan Palestina. Apa yang ingin digambarkan bahwa perjuangan Palestina adalah gerakan nasionalis rakyat yang ingin membebaskan tanah kelahirannya dari cengkraman penjajah zionis. Memang saat ini perjuangan yang populer dilakukan oleh Hamas dan kelompok jihadis Islam lainnya yang bermunculan. Namun, arah gerakan tetap sama ingin mempertahankan negara Palestina sebagai tempat bersama yang damai dan rukun bagi tiga agama.

Gerakan nasionalisme Palestina adalah gerakan kebangsaan yang berbeda dengan Pan-Arabisme. Ia merupakan gerakan untuk menentuka nasib diri sebagai bangsa Palestina yang beragam dan menolak pendudukan Israel. Bahkan gerakan ini ingin membebaskan diri dari cengkaraman politik Arab yang sedang memiliki kepentingan di jalur Gaza. Cerita perjuangan Rakyat Palestina adalah cerita sebuah negara yang menginginkan wilayah yang damai dan tidak ada lagi pencaplokan wilayah dan tanah yang telah mereka diami sekian lama. Mereka berjuang terus menerus untuk memastikan tanah airnya tidak diambil paksa dan ditindas di negerinya sendiri.

Karena itulah, jika berbicara nasionalisme Palestina tentu bukan cita-cita ingin menegakkan negara Islam global layaknnya Hizbut Tahrir (HT) yang lahir pada mulanya di negeri ini untuk membebaskan Palestina. Namun, entah kemana sekarang HT yang justru sibuk politik global dan melupakan Palestina. Mereka menginginkan khilafah global yang ditolak di mana-mana sementara rakyat Palestina berjuang pada gerakan nasionalisme yang juga tidak disukai oleh HT.

Palestina harus terus didukung untuk menentukan nasibnya sendiri sebagai sebuah bangsa yang merdeka. Palestina adalah bagian dari negara modern yang akan menjadi penentu perdamaian tiga agama yang lahir di tanah suci itu seperti sebelum kejadian nakba 1948. Sebuah perjuangan kemerdekaan adalah bagian dari perjuangan jihad. Dan Rakyat Palestina adalah sedang melakukan perjuangan itu.

Dukungan kepada perjuangan nasionalisme Palestina tidak perlu dipolitisir untuk kepentingan yang lain. Dukungan politik melalui kiprah negara-negara muslim adalah jawabannya. Sementara masyarakat muslim tergerak untuk memberikan solidaritas kemanusian buat rakyat Palestina dengan jalur resmi dan formal agar tidak mudah terpedaya mereka yang mempunyai agenda politik lain.

Facebook Comments