Puasa dan lebaran kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan pandemi Covid-19 yang masih saja belum lenyap dari permukaan bumi. Semoga tidak berkurang pemaknaan Idul Fitri kali ini. Karena sampai saat ini, penyebaran dan juga korban masih terus bertambah. Tercatat, per-tanggal 20 Mei Total kasus positif mencapai 19.189 orang. (merdeka.com/20/05). Ini tidak bisa kita hindari tentunya. Berbagai kebijakan telah ditetapkan pemerintah. Bukan untuk apa apa. Itu dibuat sebagai upaya untuk mengurangi penyebaran virus yang singgah ini.
Wabah Corona yang melanda Indonesia saat ini bertepatan dengan dua peristiwa penting, yakni Harkitnas dan bulan suci Ramadhan. Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap tanggal 20 Mei diambil dari kelahiran organisasi Budi Utomo (Boedi Oetomo). hari yang merupakan simbol pemersatu bangsa untuk bisa bangkit melawan penjajah.
Kemudian hari raya Idul Fitri, dimasa Rasulullah, setelah perang badar selesai Rasul merayakan kemenangan bersama umat Islam yang berhadapan dengan kafir Quraisy. Bukan hanya kemenangan atas perang saja, umat Islam juga meraih kemenangan melawan hawa nafsu setelah sebulan berpuasa. Itulah hakikat dari Idul Fitri. Yakni Muslim berhasil menundukkan hawa nafsu dan tidak hanya menahan lapar ketika menjalankan puasa.
Semangat kebangkitan untuk bersatu
Corona yang menimpa saat ini, tidak bisa dihindari. Ini merupakan ujian kita semua. Sejak awal hingga kini menjelang berakhirnya bulan ramadhan, banyak pelajaran yang dapat kita ambil. Menahan diri selain lapar dan dahaga, seperti menahan hawa nafsu terus ditingkatkan. Apalagi ditengah pandemi Covid-19 yang melanda. Menjadikan kita untuk tetap bersabar terhadap pandemi Covid-19. Spirit kita dalam berpuasa jangan sampai menurun.
Korban positif yang terus bertambah, keadaan ekonomi yang semakin tersendat. Mejadikan masyarakat untuk bisa lebih peka. Lebih peduli lagi terhadap sesama. Khususnya terhadap mereka yang membutuhkan. Tentu akan menjadi ladang amal yang berlipat ketika melakukannya dibulan ramadhan.
Baca Juga : Hakikat Kemenangan Idul Fitri Di Musim Pandemi
Peran ataupun kebijakan yang ditetapkan pemerintah saja tidak cukup. Memang, pemerintah telah memberlakukan social distancing, pysical distancing, PSBB,namun dukungan masyarakat juga sangat diperlukan. Butuh kerjasama dari semua pihak. Namun, masih ada saja masyarakat yang tidak berdisiplin. Masih ada warga yang tidak paham tentang makna pencegahan yang sebenarnya. Padahal, begitu penting upaya dari tiap individu saling menjaga agar tidak tertular atau menularkan virus.
Cukup sulit memang, ketika kebanyakan mereka yang masih saja menganggap baik sesuatu yang dikerjakan. Mudik masih dilakukan, ada yang sembunyi sembunyi melakukan kumpul-kumpul, ibadah diluar rumah masih dilakukan. Walaupun ibadah seperti tarawih itu masih bisa dilakukan berjamaah di rumah masing-masing. Dan bisa lebih khusyu’ lagi.
Ketika berbagai kebijakan telah diberlakukan, maka semua tidak akan berhasil ketika masyarakatnya saja tidak disiplin. Tim medis maupun dokter pun juga sudah berusaha semaksimal mungkin dalam penanganan pasien yang terjangkit virus Corona. Mereka sudah mengerahkan segala tenaga untuk itu.
Sebagai warga pun tidak bosan-bosan untuk melakukan upaya pencegahan yang walaupun itu kelihatan remeh, misal dengan mengurangi jarak sosial, menggunakan masker kemanapun. Sebab, itulah yang membuat kita bisa membantu atau bersama dalam melawan Corona. Jangan sampai tim medis kita menyerah dalam hal ini. Apalagi melihat jumlah mereka yang tidak banyak. Akan kewalahan pastinya. Tapi, semoga saja mereka selalu diberi kekuatan. Aamiin. Mantan wapres Indonesia Jusuf Kalla sangat mewanti-wanti masyarakat Indonesia agar selalu mematuhi protokol kesehatan. Karena akan menyerang siapa saja yang tidak disiplin. (detik.com/20/05)
Namun, dalam menanggapi hal tersebut, Jusuf Kalla menyatakan bahwa virus ini tidak boleh diselesaikan sendiri-sendiri. Semua harus bersatu melawan virus Corona. “Kita tidak bisa membayangkan apabila bangsa ini tidak bersatu karena virus Corona ini tidak mengenal bangsa, tidak mengenal orang, tidak mengenal jabatan, tidak mengenal usia, tidak mengenal kedudukan,” ujar JK dalam konferensi pers di YouTube BNPB, (20/05). Maka, warga diharapkan untuk lebih bersemangat, menunjukkan energi lebih dalam menangani Corona.
Perjuangan bersama meraih kemenangan
Sebagai warga negara, kita tentu tidak ingin terus-terusan dihadapi dengan wabah ini. Maka, perlu upaya bersama, tidak hanya dari satu pihak saja yang berjuang. Layaknya sapu lidi yang akan berhasil apabila bersatu. Menyatukan kekuatan bersama, yakinlah bahwa kita bisa. Bersama untuk memenangkan musuh yang menghadang dihari kemenangan. Dan semoga virus Corona akan segera berakhir setelah hari raya Idul Fitri. Itu semua bisa dilakukan tidak dengan santai. Perlu pejuangan kaffah, yang tidak setengah-setengah. Tentu dengan memanfaatkan dua momen yang tengah kita jalani. Yaitu bulah Ramadhan dan hari Kebangkitan Nasional. Diharapkan semangat kita akan terus bangkit agar bisa bersatu. Prinsip kekeluargaan, sikap tolong menolong antar sesama, dan nasionalisme pun akan terjalin dengan dengan adanya persatuan. Perayaan lebaran dalam berjuang melawan Covid-19 dengan tetap mematuhi peraturan yang berlaku demi kemaslahatan bersama. Melewati penghujung Ramadhan dengan tetap menebar berkah sampai dihari kemenangan.