Saatnya Pers Menguasai Pemberitaan yang Anti Hoax

Saatnya Pers Menguasai Pemberitaan yang Anti Hoax

- in Narasi
1198
1
Saatnya Pers Menguasai Pemberitaan yang Anti Hoax

Media mainstream seharusnya menjadi raja dari setiap pemberitaan. Karena sosial media sangatlah rawan akan munculnya sebuah informasi yang mempunyai nilai ujaran kebencian, provokasi, dan bahkan hoax. Hal semacam ini sangatlah perlu akan sebuah teori pemberitaan agar masyarakat memiliki daya tarik dalam budaya “melek literasi” dengan konsep pemberitaan yang sangat menarik dan tidak membosankan. Akan tetapi bisa dibuktikan kebenarannya dan membuat masyarakat menjadi lebih cerdas.

Sejatinya, budaya viral di sosial media seakan-akan menjadi kepercayaan baru bagi masyarakat secara umum. Banyak penelitian membuktikan bahwa tersebarnya hate speech, hoax, dan provokasi itu 99% dari sosial media. Bahkan media mainstream juga terbawa arus oleh sebuah informasi yang ada di sosial media hanya karena viral. Padahal viral-nya suatu informasi yang ada di sosial media karena banyak yang menonton bukan karena bukti dari sebuah kebenaran dalam informasi tersebut.

Karen Amstrong pernah mengatakan bahwa Peradaban suatu bangsa akan ditentukan seberapa cerdas masyarakat dalam mengkonsumsi informasi. Karen Amstrong melihat bahwa faktor yang menyebabkan terpecahnya umat Islam terdahulu adalah tersebarnya suatu informasi yang saling mengadu domba hingga timbul permusuhan satu sama lainnya dan berujung pada perpecahan dengan adanya konflik bersaudara.

Baca juga :Peran Pers: Mengedukasi Publik Melalui Berita Akurat

Pendapat ini sangat membuktikan bahwa suatu informasi haruslah benar-benar bisa dibuktikan akan kebenarannya dan tidak mengandung provokasi dan kebencian. Karena informasi itu seperti mata pedang yang siap membuat konflik berdarah jika tidak valid akan kebenarannya. Begitu pun sebaliknya, informasi akan menjadi pengetahuan yang akan mencerdaskan masyarakat dan memberikan pengetahuan yang bermanfaat.

Banyak informasi yang tersebar di sosial media saat ini sudah menjadi wadah masyarakat dalam menikmati maupun menyebar sebuah pengetahuan. Hal ini menjadi keraguan yang sangat jelas akan sebuah pengetahuan yang akan membuat kehancuran jika terbukti suatu informasi tersebut hanyalah sebuah cara untuk melakukan provokasi agar saling membenci satu sama lainnya.

Media mainstream sudah tidak menjadi media yang membuat daya tarik masyarakat untuk menikmati informasi yang ada. Masyarakat lebih terpaku terhadap sosial media yang sangat cepat dan mudah. Hal ini sangat memengaruhi media mainstream dalam pemberitaan mengikuti sosial media. Oleh karena itu, sangatlah perlu menghidupkan kembali media mainstream guna menciptakan masyarakat cerdas dalam mendapatkan informasi.

Karena faktor itu yang seharusnya menjadi rangsangan bagi kita semua bahwa membaca suatu informasi itu sangat penting akan bukti kebenarannya. Karena kalau tidak, itu akan menjadi buah dari permusuhan dan perpecahan satu sama lainnya.

Memang dunia modern sangat memengaruhi pola pikir dan bahkan tindakan kita. Kita lebih suka terhadap sesuatu yang sangat instan. Sehingga pers menjadi kalah minat masyarakat dalam mengonsumsi informasi. Mereka lebih tertarik mengkonsumsi informasi dari ruang sosial media.

Maka dari itu, cobalah kita membuka hati kita dan jiwa kita. Berapa banyak korban informasi yang membuat masyarakat menjadi saling berujar kebencian. Banyak masyarakat saling provokasi. Apa yang menjadi budaya kita saat ini cobalah pikirkan kembali. Karena viral belum tentu benar. Mari kita cerdaskan masyarakat kita dengan kita mengedepankan kebenaran dan bisa dibuktikan akan kebenarannya.

Ciptakan masyarakat yang selalu mengedepankan perdamaian dan kebersamaan. Informasi merupakan salah satu cara kita mendapatkan pengetahuan. Oleh karena itu, kita kedepankan sebuah kebenaran bukan budaya viral. Mari bersama-sama berjuang demi bangsa ini menjadi lebih baik

Facebook Comments