Tarian Dero Untuk Persatuan

Tarian Dero Untuk Persatuan

- in Narasi
2507
0
Tarian Dero Untuk Persatuan

Nasib sejarah suatu Bangsa,ditentukan oleh tindakan-tindakan yang tepat yang diambil pada saat yang tepat”. (Soekarno)

Perkataan Soekarno tersebut patut diresapi melihat keadaan nasional hari ini. Disatu sisi budaya hidup kita sudah tidak mencerminkan kebudayaan sebagaimana bangsa Indonesia sejati yang lebih mementingkan kerukunan, perdamaian, dan persatuan. Fenomena gampang hujat-menghujat jika tidak diambil tindakan yang tepat akan melahirkan perpecahan yang melukai jiwa persatuan.

Disisi yang lain konflik yang terjadi atas nama agama masih menjadi bahan perbincangan yang massif. Sekaan bangsa kita tidak bisa belajar dari masa lalu. Padahal presiden RI pertama telah mengingatkan “Negeri ini, Republik Indonesia, bukanlah milik suatu golongan, bukan milik suatu agama, bukan milik suatu kelompok etnis, bukan juga milik suatu adat-istiadat tertentu, tapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke!” lebih lanjut Soekarno mengingatkan” Bangunlah suatu dunia dimana semua bangsanya hidup dalam damai dan persaudaraan”.

Patut diilhami bahwa bangsa Indonesia dan Kebudayaan yang dimilikinya menyimpan banyak pesan-pesan perdamaian. Salah satunya adalah besar dari tarian tradisional Dero yang berasal dari Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Tarian ini merupakan tradisi khas masyarakat suku pamona yang juga suku asli yang mendiami Kabupaten Poso.

Suku pamona sendiri merupakan gabungan etnis yang ada di Sulawesi Tengah. Meskipun begitu suku Pamona dan masyarakat lainnya dapat hidup berdampingan. Terlebih masyarakat Poso begitu plural dari suku, adat-istiadat dan agamanya. Sehingga tarian Dero seakan menjadi nyawa pengikat persaudaraan. Semua yang terlibat seirama dalam kebahagian.

Secara historis tarian Dero merupakan wujud rasa syukur atas hasil panen yang diperoleh. Selain itu tarian dero merupakan ekspresi suka cita dan kebahagian. Sehingga tarian Dero sampai hari ini tetap dipertahankan sebagai warisan budaya lokal.

Gerakan tarian Dero sangat sederhana. Penari hanya membuat lingkaran sambil berpegang tangan, kemudian menghentakkan kaki kekiri dan kekanan dua kali. Gerakannya juga diiringi oleh alat musik tradisional sejenis Gong. Dan sekarang biasanya juga diiringi dengan musik orgen tunggal atau elektun.

Dalam perkembangannya yang lebih modern tarian Dero tidak hanya dilakukan ketika panen tiba saja, tetapi juga dilakukan ketika kegiatan pernikahan atau kegiatan adat lainnya. Kegiatannya pun biasa dilakukan dari malam hingga dini hari bahkan bisa sampai subuh jika selimut kebahagiaan masih dirasakan para penari.

Pengaruhnya pada persatuan sangat terasa. Sehingga masyarakat Poso pada umumnya menganggap tarian ini sebagai wujud kerukunan dan persahabatan. tarian ini pula dianggap sebagai tarian yang menyatukan semua masyarakat Poso.

Dalam wujud kebangsaan dan demi menjaga persatuan nasional, tarian Dero setidaknya menyimpan beberapa pesan moral. Pertama, Persatuan. Disebabkan dalam tarian ini dilakukan tidak diskriminatif, tanpa memandang gender, agama, ataupun kelas sosial. Semuanya melebur menjadi satu dalam lingkaran.

Kedua, keterbukaan dan toleransi. Tarian ini sangat terbuka untuk siapapun yang ingin masuk, cukup membaur kedalam lingkaran, semua orangpun dapat mengikuti tarian ini. Selain itu kitapun tidak perlu memiliki skill, intinya cukup bergabung kedalam lingkarannya.

Dengan demikian tarian-tarian tradisional manapun perlu dijaga dan diwariskan sehingga pesab-pesan moral didalamnya dapat tersampaikan dari generasi ke generasi. Sehingga kebudayaan eksis dan persatuan nasional terjalin.

Facebook Comments