Menjadi Pejuang Pancasila: Menganggit Kisah Kemanusian Orang Muda

Menjadi Pejuang Pancasila: Menganggit Kisah Kemanusian Orang Muda

- in Narasi
924
1
Menjadi Pejuang Pancasila: Menganggit Kisah Kemanusian Orang Muda

Banyak pihak yang telah berupaya mendorongkan pemahaman utuh mengenai Pancasila dan berusaha mewujud-nyatakannya sebagai pandangan hidup berbangsa. Namun sulit untuk dipungkiri, bahwa nampaknya capaian nyata dari upaya tersebut masih jauh dari harapan. Sebab kita masih bisa menyaksikan sejumlah hal yang terkadang jauh dari bayangan ideal kita berbangsa. Misalnya seperti penolakan orang-orang yang berbeda agama untuk tinggal, beribadah atau dimakamkan di sebuah wilayah.

Hal lainnya lagi adalah seperti hadirnya para teroris pengancam keamanan bangsa dengan teror bomnya. Lalu fenomena yang tidak kalah mengerikan adalah peredaran hoax yang acap kali membuat banyak pihak tertipu hingga memunculkan emosi. Atau bahkan seperti yang baru saja terjadi terhadap seorang siswi di Pontianak. Di mana dirinya menjadi korban perundungan dan penganiayaan serius oleh sekelompok perempuan yang terhitung juga masih di bawah umur. Dari beberapa fenomena kejadian di atas, kita bisa melihat gambaran nyata mengenai pencideraan nilai-nilai kemanusiaan yang terkandung dalam Pancasila.

Perlahan keberadaan Pancasila bahkan seolah hanya menjadi barang antik yang tinggal menunggu waktu untuk dimuseumkan. Kalau pun hadir di tengah-tengah kita, hanya tersaji secara retoris tanpa mampu dipahami. Apalagi bila berharap hal tersebut dapat dipahami oleh kelompok milenial hari ini.

Baca juga :Muda-Mudi Millennial Sebagai Perisai Pancasila

Banyak dari para milenial hari ini yang lebih memilih larut dalam realitas yang membuat mereka nyaman semata. Ada pun lainnya malah lebih memilih bersikap apatis dengan kondisi bangsa yang ada. Bila pun ada yang ingin memahami Pancasila, tidak sedikit yang bingung dan gagap menerjemahkannya dalam kehidupan mereka. Jelas ini menjadi pertanyaan besar terhadap eksistensi para pembaharu bangsa ini.

Kisah Kemanusiaan Orang Muda: Sebuah Pembelajaran

Meskipun informasi yang banyak mengetengah belakangan umumnya hanya bersoal mengenai orang muda dalam problematika berbangsa, namun kisah inspiratif mengenai orang muda Indonesia yang berjuang untuk kemanusiaan pun banyak yang bisa kita pelajari. Sayangnya beberapa kisah tersebut harus tenggelam dalam hiruk-pikuk persoalan saja. Perjuangan mereka dalam aktivitas yang dijalaninya, benar-benar menunjukkan bentuk loyalitas hidup berbangsa. Pengorbanan mereka di usia muda hingga berujung wafat, patut menjadi pelajaran penting tentang arti keberagaman serta kemaniusiaan yang wajib terus kita jaga. Lewat pengorbanan yang mereka lakukan, sejatinya nilai-nilai Pancasila benar-benar mereka wujud-nyatakan.

Salah satu contoh yang menggetarkan hati kita adalah kisah heroik yang ditunjukkan oleh seorang anggota organisasi Banser Nahdlatul Ulama. Ialah Riyanto yang pada 24 Desember 2000 harus wafat karena upayanya mencegah ledakan bom mengenai umat Kristen yang tengah merayakan ibadah natal di gereja Eben Haezer, Mojokerto. Keputusan pemuda yang ketika itu masih berusia 25 tahun – untuk ikut berjaga mengamankan perayaan ibadah Natal dan kemudian menjauhkan ledakan bom mengenai umat yang tengah beribadah, menunjukkan bahwa kesiap-siagaannya menjaga bangsa – tidak dibatasi oleh perbedaan keyakinan. Ia bahkan rela mengorbankan dirinya demi keselamatan banyak orang.

Kisah heroik lainnya adalah mengenai totalitas pengabdian seorang pengatur lalu lintas udara AirNav, Bandara Mutiara Sis Al-Jufrie, pada 28 September 2018. Ketika itu, terjadi sebuah gempa dengan skala 7.4 skala richter mengguncang Palu dan sekitarnya – sementara sebuah pesawat sudah dalam posisi akan mengudara. Keputusan yang diambil seorang Anthonius Gunawan Agung, untuk tidak mempedulikan getaran gempa yang hebat dan lebih berfokus pada tugasnya untuk memberi arahan agar keselamatan para penumpang pesawat tersebut terjaga, membuatnya harus wafat.

Sekali lagi gambaran totalitas orang muda yang tidak memandang perbedaan dan hanya mengutamakan keselamatan banyak orang – hadir sebagai pelajaran yang teramat berharga. Setidaknya, salah satu pelajaran yang bisa kita pahami dari jalan yang diambil seorang petugas bandara berusia 22 tahun ini adalah loyalitasnya terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Karena keteguhannya tersebut, ia bahkan rela mengorbankan dirinya sendiri.

Potongan kisah dari dua contoh di atas, merupakan dua bentuk kisah luar biasa tentang perjuangan para pejuang kemanusiaan – yang berarti pula pejuang Pancasila. Nilai kemanusiaan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila, benar-benar mereka wujud-nyatakan tanpa memandang perbedaan. Gambaran teladan yang luar biasa di tengah-tengah banyaknya orang muda, khususnya milenial hari ini yang seolah gagap menerjemahkan Pancasila dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Milenial harus mampu menjawab tantangan zaman hari ini, lewat pemahaman Pancasila yang baik. Dua kisah heroik di atas berhasil menerjemahkan nilai kemanusiaan dalam Pancasila lewat aktivitas mereka masing-masing. Lantas, bagaimana dengan kamu?

Facebook Comments