Pentingnya Mengelola Perdamaian Multi-Identitas di Indonesia

Pentingnya Mengelola Perdamaian Multi-Identitas di Indonesia

- in Narasi
132
0

Di Indonesia, akar dari konflik itu selalu dipengaruhi oleh beberapa hal. Seperti kurangnya saling memahami, penuh stereotip, saling curiga dan cenderung saling tuduh satu-sama lain. Kita dipisahkan secara sosial oleh identitas primordial kita masing-masing.

Maka, di sinilah pentingnya membangun keterbukaan satu-sama lain. Untuk mengelola perdamaian (multi-identitas) di Indonesia. Guna membunuh segala bentuk (kesalahpahaman) kita dalam memahami serta menyikapi identitas lainnya.

4 tips mengelola perdamaian/persatuan multi-identitas di Indonesia

Pertama, Membuang sikap penuh prasangka bahwa identitas lain sebagai ancaman. Dalam banyak fakta di kehidupan sosial yang beragam ini. Pola prasangka secara sosial yang membawa “dugaan-dugaan” serta “asumtif” harus dibersihkan. Membuang stereotip bahwa kelompok/identitas lain sebagai ancaman. Ini merupakan gejala penting intoleransi dan konflik identitas itu rentan terjadi.

Maka, di sinilah pentingnya untuk membuang sikap prasangka semacam itu. Dalam konteks identitas keagamaan, butuh kesadaran (multi-religious) untuk membangun pandangan semua agama mengajarkan kebaikan. Semua berkomitmen untuk menjaga tatanan, tidak saling mengganggu dan tidak saling menjatuhkan. Tanamkan semangat (saling memahami).

Kedua, menyatukan persamaan pemikiran untuk bersama meskipun tidak sama secara identitas. Dalam konteks identitas keagamaan, membawa persamaan pemikiran untuk hidup bersama meskipun tidak sama secara iman ini sangat perlu dibangun. Lepaskan segala bentuk (klaim kebenaran) atas identitas yang kita miliki untuk mengolok-olok, mengobrak-abrik atau mencaci keimanan identitas agama lain.

Perpecahan, sentiment keagamaan dan bara api konflik selalu dimulai dari penyakit semacam itu. Jadi, mengelola perdamaian dengan menyamakan pemikiran bahwa kita bisa hidup bersama meskipun tak sama secara iman ini penting. Artinya, butuh kekompakan (multi-identitas) untuk membangun ruang sosial yang harmonis di atas perbedaan-perbedaan identitas yang kita miliki secara personal.

Ketiga, membangun ruang dialog interaktif lintas identitas dalam menyelesaikan sumber/akar konflik-perpecahan. Paradigma dialog lintas identitas ini bukan berbicara klaim-klaim argumen kebenaran atas identitas lain dan saling mengalahkan. Ini bukan tentang siapa yang paling benar dan siapa yang salah.

Dialog interaktif tiap-tiap identitas harus terarah ke dalam akar penyelesaian masalah yang mendasari konflik dan pertumpahan darah itu. Misalnya, konflik dan perpecahan didasari oleh adanya truth-claim dogma keagamaan ke ruang publik. Maka, persoalan akar ini harus diselesaikan dengan dialog interaktif untuk menemukan kesepakatan antar identitas untuk tidak membawa klaim-klaim dogma keagamaan ke ruang publik demi terjaganya perdamaian dan keharmonisan.

Keempat, semua bersepakat bahwa intoleransi dan kekerasan tidak mengenal batas agama. Kita harus melepaskan propaganda islamophobia, anti-Kristen atau anti-Yahudi dan sebagainya. Dengan membawa semangat, bahwa intoleransi dan kekerasan itu tidak mengenal batas agama. Semua umat agama bisa terjebak ke dalam kemungkaran semacam itu, karena (kekeliruan personal) dalam memahami agama, bukan ajaran agama itu sendiri.

Kesadaran itu akan melahirkan orientasi berbenah lintas agama. Untuk kompak membersihkan perilaku dan sikap intolerant dan kekerasan yang mengatasnamakan agama. Seperti kasus yang terjadi di Bitung antar pendukung Israel dan Palestina. Intoleransi dan radikalisme bisa datang dari identitas agama saja dan ini bukan ajaran agama melainkan kekeliruan pihak/kelompok dalam agama yang harus dibenahi di tiap-tiap identitas yang kita miliki.

Lima tips di atas merupakan paradigma penting yang harus dibangun berbasis (multi-identitas). Artinya, tidak hanya satu identitas, melainkan semua identitas memiliki kesadaran bersama akan pentingnya persatuan dan perdamaian. Dengan mengelola keragaman yang ada melalui 4 komponen di atas untuk dibangun dengan baik demi terwujudnya Indonesia yang bersih dari paham intoleransi yang tak kenal batas agama itu.

Facebook Comments