Harmonis, rukun dan damai adalah karakter kehidupan bangsa yang tercermin dalam filosofi Bhinneka Tunggal Ika. Sepanjang sejarah, keberagaman yang damai ini terjalin dalam bingkai persaudaraan berbangsa dan bertanah air. Perbedaan suku, etnik, bahasa dan agama terpadu dalam simfoni kehidupan masyarakat nusantara. Itulah kekayaan bangsa Indonesia yang sangat mengangumkan sejak dulu.
Namun, akhir-akhir ini suasana harmonis dan damai itu mulai terusik dengan berbagai isu sekterian yang mencoba memecah belah persaudaraan kebangsaan. Berbagai isu polemik dibingkai dalam opini yang menghujam kesadaran masyarakat untuk bercerai dan memilih jalan primordial bukan identitas nasional. Kecurigaan, provokasi, hujatan bahkan aksi kekerasan mudah timbul sebagai ekspresi massa.
Akhirnya, masyarakat Indonesia yang dikenal ramah sekarang mudah sekali tersulut amarah. Masyarakat yang dulu sangat mengasihi, jatuh pada jurang gampang saling mencaci. Masyarakat Indonesia yang dulu dikenal sangat guyub dan merangkul tidak sedikit yang memilih jalan untuk selalu memukul.
Terorisme pun hadir menjadi penggangu ikatan damai dan harmonisasi bangsa. Panggung aksi kekerasan dan ideologi terorisme menggiring masyarakat untuk menjadi radikal dan brutal. Kedamaian susah dicari di tengah kondisi panik dan mencekam yang dibuat oleh kelompok teror. Dan patut menjadi alarm kita bersama bahwa kepanikan, ketakutan dan kondisi konflik sosial merupakan incaran dan target kelompok teror.
Terorisme tidak akan mudah tumbuh di tengah masyarakat yang masih mempunya satu tekad untuk menjaga perdamaian. Ideologi teror tidak akan pernah laku, jika ikatan sosial persaudaraan masyarakat tertanam kuat. Kunci memerangi terorisme adalah kekuatan perdamaian yang terjalin antar sesama warga negara.
Menjadi mengkhawatirkan karena data Indeks Perdamaian Dunia 2018, Institute for Economics and Peace, yang meneliti perdamaian dan situasi susunan di 163 negara menyatakan bahwa tingkat perdamaian global merosot sebanyak 0.27 persen pada tahun empat terakhir. Artinya dunia yang kita tinggali tidak pernah sepi bahkan semakin mengalami eskalasi konflik, ketegangan, dan krisis kemanusiaan, khususnya di bagian Timur Tengah.
Lalu, bagaimana kondisi perdamaian bangsa saat ini? Walaupun mengalami peningkatan, tetapi dalam daftar tersebut, posisi Indonesia masih berada di peringkat ke-55, jauh di belakang Malaysia yang menduduki peringkat ke-25 dan bahkan Laos yang bertengger di posisi ke-46. Posisi Indonesia di tingkat Asia Tenggara berjejer diikuti oleh Negara Timor Leste, Vietnam, Kamboja, Thailand, dan Myanmar secara berurutan.
“Make Indonesia Peaceful Again” semestinya yang menjadi slogan untuk tidak mengkotak-kotakkan masyarakat dalam kepentingan kelompok apapun. Slogan ini harus digemakan untuk menjadi spirit dalam mengembalikan karakter rukun dan harmonis bangsa yang terkenal toleran dan guyub. Bangsa ini tidak akan pernah bisa menjadi bangsa besar, jika mental masyarakat masih berani berseteru, bukan bersatu.
Mengambalikan kebesaran bangsa ini harus dimulai dengan mengembalikan perdamaian sebagai karakter diri bangsa. Perdamain adalah sebuah keniscayaan yang dapat menjadi modal Indonesia menjadi bangsa besar. Mari jadikan Indonesia kembali damai.