Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar : 13 Tahun BNPT, Dunia Harus Belajar ke Indonesia dalam Penanggulangan Teror yang Humanis

Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar : 13 Tahun BNPT, Dunia Harus Belajar ke Indonesia dalam Penanggulangan Teror yang Humanis

- in Wawancara
666
0
Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar : 13 Tahun BNPT, Dunia Harus Belajar ke Indonesia dalam Penanggulangan Teror yang Humanis

Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan keberagaman budaya dan agama, memiliki potensi besar untuk menjadi negara maju dan sejahtera. 78 Tahun perjalanan bangsa ini tetap kokoh menuju usia emas di tahun 2045. Tentu banyak tantangan dan hambatan yang mengiringi perjalanan bangsa dalam menjaga keutuhan dan persatuan ini.

Salah satu ancaman yang tidak bisa diabaikan adalah bibit intoleransi dan radikalisme yang mengarah pada aksi terorisme. BNPT telah 13 Tahun berikhtiar menjaga bangs aini dari ancaman tersebut. Bagaimana Indonesia menghadapi tantangan ini?

Pusat Media Damai (PMD) BNPT RI, berkesempatan untuk mewawancarai, Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, M.A, Imam Besar Masjid Istiqlal sekaligus salah satu Rais Pengurus Besar Nahdlatul Ulama masa khidmat 2022-2027.

Agus: Prof, BNPT sudah 13 tahun. Dari kacamata Prof. Nasaruddin, bagaimana pencegahan yang dilakukan selama ini?

Prof. Nasaruddin: Kita lihat dari segi kuantitatifnya. Kuantifikasi garis keras di Indonesia ini, kalau itu diukur dari terorismenya. Tingkat kegiatan radikalismenya itu sangat minim dibanding dengan populasi jumlah penduduknya terbesar umat Islamnya di dunia. Ada bahkan bukan negara Islam tapi radikalismenya sangat tinggi. Jadi kita bersyukur Indonesia ini berada pada payung Pancasila yang sangat menyejukkan untuk semuanya. Kalau ada yang berbeda-beda pendapat sedikit, ya itu biasa. Jangan memusuhi mereka. Itu anak bangsa kita juga.

Agus: Artinya cara-cara yang tadi profesor tekan di atas, cara-cara pencegahan kita sudah harus lebih ditingkatkan?

Prof. Nasaruddin: Sudah. BNPT itu kan kita harus bersama. Bahwa ada pendekatan hard approach itu, ya memang harus. Tapi juga jangan single helix ya, kita juga perlu pendekatan soft approach. Sama halnya dengan mendidik anak kita sendiri. Ada anak yang perlu ditegur dengan cara yang keras, ada pula yang bisa dididik dengan cara yang halus. Sejatinya, kekerasan tidak akan pernah menyelesaikan persoalan secara keseluruhan. Alangkah baiknya jika kita bisa melakukan penanggulangan radikalisme dan terorisme dengan cara-cara yang humanis dan berkeIndonesiaan.

Agus: Dan Indonesia terbukti di dunia sudah terbaik dalam pemberlakuan soft approach?

Prof. Nasaruddin: Dunia harus berguru kepada Indonesia. Nah, Indonesia itu kan gurunya dari Nabi Muhammad. Ya, ya. karena Indonesia adalah yang pertama kali berhasil menciptakan dan menjalankan konsep soft approach dalam penanggulangan terorisme. Konsep ini sebenarnya mengadopsi contoh yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam konsistensi melakukan perbuatan baik, walaupun terhadap orang yang zalim.

Agus: Apa harapan kiayi, terhadap BNPT yang sudah mencapai usia 13 tahun ini?

Kita berharap BNPT bisa menciptakan kondisi aman dan damai seperti yang sekarang ini di seluruh Indonesia. Kita juga berharap semoga BNPT semakin maju dalam menemukan cara yang terbaik untuk menyelamatkan Indonesia dari berbagai efek negatif radikalisme dan terorisme.

Facebook Comments