Puasa Mengikis Kikir Kemanusiaan

Puasa Mengikis Kikir Kemanusiaan

- in Narasi
1687
0
Puasa Mengikis Kikir Kemanusiaan

“Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah, jika engkau melalui hari-hari ini dengan berpuasa dan mengambil bagian dari ibadah, namun kau tetap terus menerus memandang yang haram, atau memutus tali silaturahim, atau melukai hati kedua orangtua, atau menyimpan dendam dan benci kepada muslim yang lain, maka ketahuilah bahwa engkau belum mengenal hakikat puasa dan ibadah”

(Al Habib Umar bin Hafidz)

Nasihat yang begitu menyentuh dari guru mulia, Habib Umar bin Hafidz di atas menjadi refleksi bagi umat Islam khususnya yang hari-hari ini sedang menjalankan ibadah puasa. Beliau menekankan agar setiap muslim memahami hakikat berpuasa dan beribadah. Cara-cara yang dilalukan beragam, mulai dari meninggalkan pandangan atas perkara-perkara yang haram atau dilarang.

Dalam konteks puasa hari ini, dimana berbarengan dengan perjuangan melawan pandemi corona, nasihat untuk meninggalkan pandangan atas perkara-perkara yang dilarang, sungguh menemukan konteksnya. Pandangan-pandangan negatif seputar corona sebagai contoh, merupakan hal yang harus ditinggalkan. Di antara pandangan negatif tersebut adalah pandangan terhadap jenazah yang meninggal akibat corona. Jenazah tersebut seakan diklaim sebagai ‘aib’, sehingga sempat terjadi penolakan diberbagai tempat.

Pandangan seperti ini justru tidak tepat, bahkan termasuk ke dalam hal-hal yang dilarang dalam tata sosial. Sebab jenazah korban corona adalah saudara sesama anak bangsa. Mereka ini meninggal karena berjuang melawan virus, bukan karena kejahatan. Jenazah mereka juga sudah aman lantaran protokoler kesehatan sudah diberlakukan secara ketat. Sehingga aksi penolakan terhadap jenazah virus corona tidak boleh lagi terjadi.

Mengikis Kikir Kemanusiaan

Lebih jauh, Habib Umar menekankan pentingnya tetap menjaga silaturahim. Ini tentu sangat relevan untuk kondisi hari ini. Pandemi corona yang melanda seluruh dunia, semestinya menjadi ajang untuk merajut tali silaturahim. Apalagi pada bulan ramadhan, anjuran menjaga silaturahim sangat ditekankan. Tentu saja model silaturahim di tengah pandemi corona harus disiasati agar tidak bertentangan dengan semangat melawan corona.

Ada beberapa bentuk silaturahim yang bisa dilakukan di tengah situasi seperti ini. Pertama, melakukan tatap muka dengan orang lain via teknologi. Berhubung adanya anjuran untuk tetap di rumah, maka silaturahim bisa dilakukan dengan bantuan perangkat teknologi. Banyak perusahaan penyedia jasa telekomunikasi yang memungkinkan masyarakat menjalin relasi dengan pihak lain. Ini penting dilakukan untuk saling memantau kondisi antar sesama, baik saudara, tetangga, rekan kerja, kawan, atau orang lain. Selain itu, saling memberi support juga penting dilakukan agar tetap optimis menghadapi corona.

Termasuk silaturahim dengan menggunakan piranti teknologi adalah dengan turut menyebarkan informasi positif seputar corona. Ini penting dilakukan agar tidak menambah kepanikan masyarakat. Seiring dengan banyaknya informasi hoax yang tersebar, masyarakat cukup resah dan ketakukan. Dampaknya mereka menjadi tidak siap dengan adanya wabah. Kondisi ini tentu buruk di tengah situasi saat ini. Apalagi menghadapi bulan ramadhan dimana masyarakat dianjurkan untuk beribadah dengan penuh ketenangan.

Baca Juga : Puasa, Covid-19 Dan Keshalihan Sosial

Kedua, silaturahim dilakukan dengan mengulurkan bantuan kemanusiaan kepada pihak-pihak yang terdampak corona. Ini penting dilakukan terutama bagi masyarakat yang mampu secara ekonomi. Apalagi banyak diantara masyarakat yang kehilangan penghasilan akibat pandemi corona. Tentu saja sedikit sumbangan begitu berharga bagi mereka yang membutuhkan. Dan bagi masyarakat yang mau mengulurkan bantuan, tentu menjadi ladang amal yang kelak akan dipanen. Apalagi berbarengan dengan bulan puasa dimana anjuran bersedekah sangat ditekankan.

Adapun untuk teknis penyaluran bantuan, bisa diatur sedemikian rupa agar tidak terjadi aktifitas pengumpulan massa. Bantuan bisa dilakukan melalui lembaga-lembaga yang kredibel, atau bisa disalurkan sendiri kepada pihak terkait, tanpa perlu berkumpul dalam jumlah besar.

Kedua model silaturahim di atas merupakan bagian dari aplikasi ibadah di bulan ramadhan. Tujuan dari silaturahim tersebut tidak lain adalah untuk mengikis sifat kikir dalam diri manusia. Kikir dalam hal ini adalah tidak mau berbagi kepada orang lain, baik itu berbagi kabar positif, berbagi support dan sikap optimis, sampai berbagi materi untuk membantu saudara-saudara yang terdampak corona.

Dengan semangat puasa ramadhan, silaturahim sebagaimana diskemakan di atas, betul-betul diharapkan menjadi wahana untuk mengikis ‘kikir kemanusiaan’ di tengah pandemi corona. Sehingga keberadaan ramadhan bisa menjadi solusi untuk mengatasi penyebaran wabah covid-19 ini.

Facebook Comments