Beberapa waktu lalu, jagat media sosial kembali gempar, menyedot perhatian banyak orang. Penyebabnya bukan prestasi yang dicapai oleh anak bangsa di kancah dunia dalam berbagai bidang, tetapi karena ulah sekelompok pemuda membuat konten prank bagi-bagi sembako makanan kepada sejumlah waria di Bandung.
Ya. Dalam video yang viral di media sosial terlihat jelas mereka membagikan sembako yang berisi sampah dan batu bata. Publik semakin tak habis pikir lantaran aksi ‘bejat’ ini dilakukan di tengah masa pandemi virus Covid-19 seperti saat sekarang.
Belakangan diketahui bahwa aksi tidak mendidik dan nihil etika itu dilakukan oleh Ferdian Pelaka dan temannya demi konten Youtube-nya. Chanel Youtube yang mengunggah video prank paket sembako itu bernama Paleka Present. Akun ini digawangi oleh Palaka Ferdian sendiri dan dibantu oleh Tunagus. Karena kasus video prank ini, kini akun Youtube tersebut ditangguhkan oleh pihak yang berwenang karena selain ngeprank, kontennya kerap menyuguhkan aksi tak senonoh.
Sungguh tega memang, hanya demi konten Youtube, mereka menegasikan aspek yang lebih vital seperti kemanusiaan dan etika sosial. Apapun alasannya, perbuatan ngeprank dengan membagikan paket sembako yang berisi sampah dan batu bata itu tidak bisa dibenarkan dalam aspek apapun.
Baca Juga : Puasa, Covid-19 Dan Keshalihan Sosial
Sebelum mengupas lebih jauh fenomena Youtuber Palaka Ferdian, mari simak beberapa fakta tentangnya. Pertama, membagikan dus berisi sampah dan batu. Memang video model ‘prank’ belakangan diminati oleh masyarakat Indonesia secara luas. Banyak Youtuber yang menggunakan metode ini dalam mengisi konten Youtube dan untuk mengerek viewers (subscribers) sebanyak-banyaknya. Cara seperti ini memang terbukti ampuh.
Namun, apa yang dilakukan oleh Ferdian sudah melampui batas kewajaran. Tak ayal jika banyak netizen, bahkan mayoritas netizen mengecam aksinya. Betapa tidak. Alih-alih sembako yang dapat membantu kebutuhan sehari-hari, Ferdian dan dua temannya justru memasukkan sampah dan batu bata kedalam kardus mie instan.
Sebagaimana dikutip dalam Kompas.com (05/05), bocah umur 20 tahun itu mengatakan: “Jadi kita mau survei waria, mereka ada atau enggak di bulan puasa ini,” kata Ferdian Paleka dalam video Youtube-nya. Lantas ia melanjutkan: “Kita akan membagikan sembako bahan pangan yang isinya batu bata dan sampah. Kalau ada b******, kardus-kardus ini kita bagi, kalau tidak ada, berarti kota ini aman dari waria,” kata Ferdian Paleka.
Tak berselang lama, Ferdian dan temannya menemukan beberapa waria yang pada saaat itu berada di pinggir jalan raya. Sambil cengengesan dan seolah tanpa ada rasa bersalah secuil, mereka membagikan kardus yang berisi sampah dan batu bata.
Kedua, minta maaf tetapi hanya sekedar untuk mencari sensasi. Ironisnya, ketika videonya itu viral dan mendapatkan kecaman dari banyak netizen, Ferdian lantas membuat video permintaan maaf yang kemudian ia ungguh di Instagram story-nya @ferdianpelaka.
Pada awal video yang ia bagikan via story IG-nya, orang akan menaruh simpati kepada Ferdian karena i’tikad baiknya, yakni meminta maaf kepada yang bersangkutan secara khusus dan publik secara umum. Namun, muka sedih dan raut wajah yang ia tampilkan seolah-olah merengek tulus meminta maaf, berubah total karena semua itu dilakukan atas dasar akting belaka. “Saya pribadi meminta maaf atas kelakuan saya dan itu… tapi bohong, yaaa,” ujar Ferdian Paleka dalam unggahannya.
Dari fakta kedua ini, tentu saja netizen semakin mengecam apa yang dilakukan oleh pria asal Baleendah, Kabupaten Bandung itu. Sudah jelas-jelas apa yang ia lakukan itu merupakan bentuk penipuan terhadap sejumlah transgender atau waria, tetapi masih saja membuat ulah lanjutan dengan pura-pura meminta maaf padahal hanya sekedar akting belaka.
Ketiga, resmi dilaporkan ke polisi. Aksi prank tersebut merambah pada ranah yang lebih serius. Para pelaku prank sembako sampah dan batu bata yang tak terpuji itu dilaporkan oleh korban ke polisi. Hingga Selasa sore, sebagaimana dilansir dari CNNIndonesia (05/05), Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polrestabes Bandung telah menetapkan rekan Ferdian Paleka berinisial TF sebagai tersangka kasus candaan usil alias prank sembako isi sampah. Sedangkan Ferdian Paleka dan rekan lainnya berinisial A, masih diburu polisi.
Pelajaran Berharga di Tengah Puasa dan Corona
Dalam hal ini, penulis tidak akan merambah pada aspek agama, atau menghubungkan/menanyakan agama para pelaku video prank paket sembako isi sampah ini, namun akan melihat dari sisi sosial-kemanusiaan.
Pada uraian sebelumnya telah disebutkan bahwa niat awal Ferdian dan dua temannya membuat konten prank adalah hendak survei keberadaan waria di bulan puasa. Dari pernyataan dan kelakuan Ferdian dan teman-temannya sangat jelas sekali bahwa apa yang mereka lakukan sangat bertentangan dengan spirit puasa.
Dari pernyataan Ferdian tersebut memang mengandung nilai-nilai yang mengarah pada kebaikan karena mereka hendak memastikan bahwa aktivitas yang dipandang tidak baik di masyarakat masih dilakukan di bulan puasa. Namun demikian, kalau toh mereka berdalih ingin berdakwah misalnya, tentu apa yang mereka lakukan tidak dapat dibenarkan pula. Karena cara yang mereka tembuh sudah salah alias bermasalah.
Terlepas dari semua itu, kasus video prank paket sembako isi sampah dan batu-bata ini menyadarkan kepada kita semua bahwa rasa sosial, kepeduliaan masih perlu terus diasah di dalam diri masyarakat ini. Perlu edukasi dan teladan yang terus menerus agar kasus yang sama tidak terulang (kembali).
Jelas bahwa prank membagi sembako isi sampah ini sangat mencerderai hati nurani masyarakat dan mencerminkan tumpulnya kepeduliaan dan kepekaan sosial sebagian masyarakat kita. Padahal, puasa dan corona harus dijadikan sebagai momentum untuk menajamkan kepekaan dan kepeduliaan terhadap sesama.
Semoga kejadian video prank pembagian paket sembako isi sampah dan batu bata yang viral belakangan ini menjadi momen untuk menajamkan rasa kemanusiaan yang puncaknya adalah saling berbagi, membantu, bergandengan tangan, terkhusus du tengah masa pandemi Covid-19.
Selain itu, pelajaran yang berharga lainnya adalah tentang bagaimana prinsip persamaan dan kemanusiaan itu dijunjung tinggi sebagai pra-syarat terwujudnya kehidupan yang damai dan harmoni. Dalam aspek sosial-kemanusiaan, transgender jangan direndahkan. Mereka adalah saudara kita dalam kemanusiaan yang memiliki kedudukan yang sama. Sikap saling merendahkan sesama manusia harus dibuang jauh-jauh. Apalagi di tengah Covid-19, merendahkan, apalagi menipu bukanlah perbuatan yang terpuji. Justru perbuatan ini akan memicu persoalan yang pelik dan mengancam persatuan dan kesatuan. Mari saling menghormati dan menghargai antar sesama anak bangsa. Bagi Anda yang merasa mampu, mari berbagi kebahagiaan, terutama kepada mereka yang terdampak Covid-19.