Ramadhan Fi Baiti : Memerangi Pandemi dengan Menjaga Emosi

Ramadhan Fi Baiti : Memerangi Pandemi dengan Menjaga Emosi

- in Narasi
1812
0
Ramadhan Fi Baiti : Memerangi Pandemi dengan Menjaga Emosi

Ramadhan tahun ini tentunya akan terasa sangat berbeda bagi setiap umat islam dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Bulan yang penuh dengan ampunan dan pahala yang dilipatkan oleh Allah Swt harus dijalani di tengah masa pandemi covid-19. Umat islam diharuskan menjalankan ibadah puasa, shalat tarawih dan ibadah lainnya sembari berperang melawan penyebaran covid-19.

Penyebaran covid-19 yang hampir merata di seluruh provinsi membuat pemerintah mengeluarkan himbauan terkait penyelenggaran ibadah yang sifatnya masif atau melibatkan banyak orang untuk ditiadakan. Umat islam dihimbau untuk tetap menjalankan ibadah puasa dan shalat tarawih di rumah masing-masing bersama keluarga.

Himbauan ini membuat pelaksanaan ibadah ramadhan di tahun ini tidak sesemarak sebelumnya. Namun tentunya, ini tidak kemudian mengurangi kemuliyaan bulan suci ramadhan. Kita masih bisa melakukan shalat tarawih berjamaah dan tadarus al quran bersama keluarga di rumah. Hal ini justru bisa menjadi kesempatan besar bagi umat islam untuk menghidupkan rumah masing-masing dengan ritual-ritual keagamaan.

Baiti jannati ( Rumahku Surgaku)

Rumahku adalah surgaku. Ungkapan ini merupakan idaman bagi setiap keluarga. Rumah adalah tempat kembali selepas melakukan aktivitas di luar. Menjadi harapan setiap orang menjadikan suasana rumah layaknya surga di dunia. Masa pandemi yang mengharuskan kita untuk tetap berada di rumah menjadi momen untuk kembali memperindah hubungan keluarga di rumah.

Baca Juga : Pengusung Khilafah Mencari Celah di Tengah Wabah

Apalagi dibarengi dengan menjalankan ibadah bersama keluarga, tentunya menambah keharmonisan antar anggota keluarga. Momen buka puasa, sahur dan shalat tarawih berjamaah bersama keluarga menjadi momen spesial pada ramadhan tahun ini.

Rasulullah Saw bersabda “Jadikanlah rumahmu tempat shalatmu, jangan jadikan sebagai kuburan” (HR Bukhori). Ramadhan tahun ini menjadi saat yang tepat untuk benar-benar mengamalkan hadis tersebut. Rumah yang tidak diisi dengan kegiatan keagamaan digambarkan layaknya kuburan yang sepi dan menyeramkan. Semangat beribadah di rumah seyogyanya diimbangi dengan spirit menjalankan perintah Rasul untuk menjadikan rumah sebagai tempat kita beribadah kepada Allah Swt.

Pada dasarnya tujuan perintah berpuasa adalah untuk melatih diri kita mengendalikan hawa nafsu, temasuk hawa nafsu yang terkadang terselip dalam semangat kita beribadah. Kita yang terbiasa melakukan aktivitas ibadah di masjid seyogyanya bisa menahan diri tidak memperturutkan emosi untuk tetap beribadah di rumah.

Hal ini pasti akan terasa sangat berbeda, akan tetapi perlu dilakukan untuk kemaslahatan demi mencegah penyebaran covid-19. Hal ini juga menjadi semacam ujian bagi kita. Dalam melakukan ibadah kepada Allah Swt, apakah karena kita benar-benar mengharap ridha Allah Swt atau hanya sekadar agar terlihat orang-orang bahwa kita telah melaksanakan suatu ketaatan.

Syekh Ibnu Athaillah dalam al hikam mengatakan bahwa salah satu tanda seseorang menjadi hamba dari hawa nafsu adalah semangat dalam menjalankan ibadah sunah akan tetapi tidak menyegerakan dalam memenuhi suatu kewajibannya. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa ibadah shalat tarawih merupakan suatu kesunahan, sedangkan menjaga diri dari bahaya merupakan suatu kewajiban. Rasulullah Saw mengingatkan kepada kita “la dhororo wa la dhiroro” (HR. Bukhori).

Kita dilarang membahayakan diri sendiri dan juga orang lain. Dengan tetap beribadah di rumah bersama keluarga di tengah masa pandemi, tentunya kita telah menjaga diri kita dan orang lain agar tidak tertular covid-19. Pada titik ini kita tidak hanya mendapatkan pahala ibadah puasa dan shalat tarawih, tetapi juga pahala karena menyelamatkan diri sendiri dan orang lain dari bahaya.

Saat ini kita dihadapkan kepada perang melawan pandemi yang membutuhkan hati dan pikiran yang jernih. Selama menjalani ibadah puasa kita dituntut untuk mengelola emosi agar tidak mudah terprovokasi, terlebih dalam menerima informasi terkait pandemi. Kita harus bijak dalam mengelola informasi sehingga tidak termakan hoax yang mengakibatkan salah persepsi.

Kekeliruan dalam menangkap informasi bisa menyebabkan kepanikan dan menimbulkan keresahan dalam masyarakat. Di sisi lain, kita juga sedang menghadapi krisis ekonomi sebagai akibat dari pandemi. Dengan kondisi seperti ini, sudah seyogyanya kita mengalahkan ego untuk peduli terhadap saudara kita yang mengalami kesulitan ekonomi. Setiap kita memiliki tanggung jawab yang sama untuk memerangi pandemi covid-19. Dibutuhkan solidaritas dan kekompakan antar elemen agar kita bisa memenangkan peperangan ini. Pada akhirnya, mari kita senantiasa ikhlas beribadah kepada Allah Swt di bulan suci ramadhan ini dengan tetap menjaga orang-orang tersayang kita agar terhindar dari segala macam bahaya. Semoga kita menjadi orang-orang yang menang dalam memerangi hawa nafsu dan pandemi covid-19. Sehingga kita bisa merayakan hari raya Idul Fitri dengan benar-benar penuh kemenangan. Wallahu a’lam.

Facebook Comments