Ribuan Anak Muda Mengikuti Indoktrinasi HTI di TMII, Alarm Kebangkitan Khilafah Pasca Pemilu yang Harus Diwaspadai

Ribuan Anak Muda Mengikuti Indoktrinasi HTI di TMII, Alarm Kebangkitan Khilafah Pasca Pemilu yang Harus Diwaspadai

- in Faktual
32
0
Ribuan Anak Muda Mengikuti Indoktrinasi HTI di TMII, Alarm Kebangkitan Khilafah Pasca Pemilu yang Harus Diwaspadai

Ribuan anak muda yang mengikuti indoktrinasi khilafah di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada Senin (19/2) adalah sebuah peringatan serius tentang kebangkitan khilafah yang harus diwaspadai. Peristiwa itu harus menjadi sebuah alarm kekhawatiran tersendiri bagi kita akan kebangkitan khilafah setelah pesta demokrasi 2024 yang baru selsai ini.

Menurut akun X Kakak Pembina @gagal_hijrah, ada sebanyak 1.200 orang yang hadir dalam kegiatan itu. Rata-rata, terdiri dari pemuda. “1200-an pemuda Indonesia dicuci otak HTI, itu satu tempat, dan akan digelar di banyak kota,” tulisnya di X yang diunggah pada Senin (19/2/2024). Menurutnya, ribuan orang anak muda yang hadir dilakukan brain wash agar sepakat untuk menegakkan Khilafah Tahririyah ala HTI.

Dalam konteks ini, langkah-langkah preventif dan pemahaman mendalam tentang faktor-faktor yang mendorong radikalisasi menjadi hal yang krusial dalam memitigasi ancaman tersebut. Banyaknya anak muda yang tertarik untuk mengikuti acara indoktrinasi khilafah itu menandakan adanya ketertarikan dan mungkin juga ketidakpuasan terhadap sistem yang ada. Seperti pelaksanaan Pemilu yang dinilai ada kecurangan, misalnya.

Di sisi lain, tingginya jumlah anak muda yang terlibat dalam indoktrinasi khilafah itu juga menandakan kegagalan dalam pendekatan preventif dan rehabilitatif terhadap radikalisasi. Karena itu, pendidikan yang mempromosikan pemahaman yang benar tentang agama, toleransi, dan pluralisme menjadi penting untuk mencegah penyebaran ideologi ekstremis.

Karena itu, keluarga, sekolah, dan masyarakat harus menjadi benteng bagi generasi muda dari pengaruh radikal. Selain itu, para pemimpin agama dan tokoh masyarakat juga harus mengambil peran penting dalam memberikan arahan dan pemahaman yang benar tentang ajaran agama terhadap anak muda serta mendorong sikap inklusif-toleran..

Sementara itu, secara khusus, dalam menghadapi alarm kebangkitan khilafah pasca pemilu, aparat keamanan harus mengambil serius. Penguatan intelijen untuk mendeteksi dan mengawasi aktivitas kelompok radikal, penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran yang terkait dengan radikalisasi, serta kerja sama lintas lembaga dan internasional dalam menangani jaringan terorisme menjadi strategi yang harus ditingkatkan.

Setali dia uang dengan hal itu, pendekatan yang lebih holistik dan berbasis hak asasi manusia, seperti rehabilitasi bagi individu yang terlibat dalam aktivitas radikal dan pemberdayaan komunitas untuk mencegah rekrutmen baru, harus menjadi bagian dari strategi yang diterapkan.

Akar penyebab (hukum kausalitas) dari fenomena kebangkitan gerakan khilafah pasca pemilu ini. Ketidakpuasan terhadap kondisi sosial-ekonomi, ketidakadilan, atau ketidakpuasan terhadap pemerintah bisa menjadi faktor-faktor yang mendorong individu untuk mencari solusi ekstrem. Oleh karena itu, upaya pembenahan sistem dan penguatan pelayanan publik juga harus menjadi bagian dari strategi pencegahan.

Dalam jangka panjang, membangun kedamaian dan stabilitas yang berkelanjutan memerlukan kerja sama semua pihak, baik itu pemerintah, masyarakat, maupun lembaga internasional. Pendidikan, pembangunan ekonomi yang inklusif, penguatan lembaga demokratis, serta peningkatan dialog antaragama dan antarkelompok menjadi kunci dalam membangun masyarakat yang kokoh dan tangguh terhadap ancaman ekstremisme.

Dengan kesadaran akan kompleksitas dan urgensi dalam menanggapi alarm kebangkitan khilafah pasca pemilu, diharapkan semua pihak dapat bekerja sama secara sinergis dalam menjaga keutuhan negara, memperkuat fondasi demokrasi, dan melindungi generasi muda dari pengaruh yang merugikan. Hanya dengan upaya bersama yang terkoordinasi dan berkesinambungan, kita dapat membangun masa depan yang damai.

Facebook Comments