Jangan Samakan Sekulerisasi Attaturk dengan Kebijakan di Indonesia

Jangan Samakan Sekulerisasi Attaturk dengan Kebijakan di Indonesia

- in Narasi
1172
0

Membaca sejarah Turki modern tidak bisa lepas dari seorang yang bernama Mustafa Kamal Ataturk. Ia adalah Bapak pendiri Turki yang telah mampu membebaskan bangsa Turki dari kehancuran, lalu membangun sebuah sistim yang membuat bangsa Turki mampu berdiri di depan bangsa-bangsa lain sebagai bangsa yang disegani sampai saat ini. Ia adalah seorang nasionalis sekuler yang tidak lepas dari berbagai kritikan dan serangan dari kelompok-kelompok yang ingin mempertahankan kejayaan Turki di masa-masa lalu sebagai sebuah kekuatan besar di dunia tengah kala itu.

Kesultanan Ottoman bukan saja berkuasa di dunia tengah, tetapi ia mampu membentangkan kekuasaannya hingga ke Afrika Barat dan ke negara-negara Balkan bahkan pasukannya pernah memasuki wilayah Skandanavian. Sebuah kekhilafahan Islam yang mampu memperluas wilayah-wilayah kekuasaan Islam dari Kehilafahan-kehilafahan sebelumnya.

Namun, satu hal yang harus dicatat bahwa Kesultanan Ottoman tidak jauh berbeda dengan dinasti-dinasti Islam yang pernah berkuasa di permukaan bumi ini mulai dari Kekhilafaan Muawiyah hingga Abbasiyah. Dinasti-dinasti ini pada ujungnya mengalami kehancuran dan persoalan yang pelik selain karena konflik dari dalam istana hingga persoalan-persoalan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Bukan saja itu, masalah ekonomi dan sosial sering kali membuat rakyat sudah tidak lagi bersimpati kepada khalifah-khalifahya sehingga mudah terjadi adu domba di antara mereka dan pada akhirnya memunculkan kekuatan-kekuatan tandingan di wilayah-wilayah kekuasaannya.

Di akhir-akhir masa Kesultanan Ottoman juga terjadi hal sama dengan yang pernah dialami oleh dinasti-dinasti sebelumnya. Bahkan era Othmani lebih parah lagi karena yang terjadi bukan saja persoalan internal di masyarakat atau di wilayah yang dikuasai tetapi juga intervensi asing sangat menonjol khususnya di sektor ekonomi dan kebijakan keuangan. Kesenjangan hidup masyarakat dan jarak antara rakyat dengan pemimpinnya yang sangat jauh merupakan ciri utama kekhilafahan-kekhilafahan yang ada pada era itu. Ini disebabkan selain karena wilayahnya yang begitu luas juga karena kebijakan-kebijakan pemimpin sudah tidak lagi mempertimbangkan kepentingan rakyat, tetapi lebih pada kepentingan keluarganya.

Othman mengalami kehancuran akibat lilitan hutang ke negara-negara Eropa yang mulai bangkit saat itu. Tanah-tanah pertanian dan perkebunan yang selama itu menjadi sumber dana pemerintahan Othmani beralih kepada pengusaha-pengusah asing yang mampu memberikan keuntungan kepada petani-petani lokal dibanding dengan keuntungan yang diberikan oleh pemerintahan Khilafah. Peralatan-peralatan militer yang diperoleh dari Negara-negara Eropa sudah tidak bisa lagi dibayar akibat devisit ekonomi sehingga membuat orang-orang Istana harus menyerahkan kepada orang-orang Barat untuk mengatur kebijakan ekonominya dengan berbagai perjanjian kerjasama. Ia sudah tidak mampu membendung intervensi negara-negara Barat terhadap urusan dalam wilayahnya akibat tumpukan hutang yang harus dibayar dan pada akhirnya Othman menyerahkan sebagian kebijakan-kebijakan ekonominya agar diatur oleh asing.

Kesultanan Ottoman berada pada posisi kehancuran dan campur tangan asing yang mengkhawatirkan bangsa Turki jatuh ke tangan bangsa-bangsa lain, sementara wilayah-wilayah kekuasaannya yang membentang hingga ke Asia dan Afrika juga mulai menunjukkan perlawanan akibat ketidakseimbangan kebijakan termasuk Hijaz pada saat itu yang mulai melakukan pemberontakan dan perlawanan.

Pada posisi krisis tersebut, di sinilah Mustafa Kamal Attaturk bangkit menyelamatkan bangsanya dengan mengusung idealismenya yang sangat bertentangan dengan pilar-pilar yang telah dibangung dinasti Kesultanan Ottoman sebelumnya. Sekulerisasi menjadi ciri khas utama dengan merombak semua sistim yang telah dibangun oleh Kekhilafaan Ottoman. Mustafa Kamal Attaturk berhasil menunjukkan identitas bangsanya kepada dunia sebagai bangsa yang mampu menyelamatkan negaranya dari rongrongan bangsa-bangsa lain. Ia memang telah mengganti semua sistim Islam ke sistim sekuler sehingga ia dicap sebagai salah satu tokoh sekuler, namun pada waktu yang sama ia juga menjadi penyelamat bangsanya dan pendiri negara Turki yang disegani.

Namun demikian, apa yang dilakukan oleh Mustafa Kamal Attatur di negaranya tidak bisa disamakan dengan apa yang dilakukan oleh pemimpin bangsa Indonesia hari ini. Kamal Attaturk melakukan perombakan besar-besar dalam pemerintahannya untuk tipe baru pemerintahan yang berbeda dengan pemerintahan sebelumnya sehingga ia bisa menyelamatkan bangsanya dari rongrongan bangsa lain. Sementara pemimpin-pemimpin di negeri kita hari ini bukan saja mempertahankan apa yang telah disepakati oleh pemimpin dan pendiri bangsa ini sebelumnya tetapi juga merawat dan memelihara kehidupan yang lebih harmonis di mana semua golongan dapat hidup berdampingan secara damai.

Sangat naïf, jika kita mempersamakan kebijakan yang diambil pemerintah saat ini dengan kebijakan yang diambil Attaturk selain karakter dan kondisi serta subtansi yang berbeda juga tujuannya sangat berbeda. Jika kita menganggap penerbitan Perpu No. 2 tahun 2017 sebagai upaya sekulerisasi tidaklah benar, karena tujuan dari Perpu tersebut adalah untuk menertibkan ormas-ormas termasuk yang mengatasnamakan Islam yang menolak pilar-pilar negara ini yang sudah disepakati oleh semua golongan dan kelompok bukan bertujuan memberondong ormas Islam secara membabi buta. Wallahu a’lam

Facebook Comments