Kamis, 25 April, 2024
Informasi Damai
Archives by: Heru harjo hutomo

Heru harjo hutomo

0 comments

Heru harjo hutomo Posts

Lebaran dan Kaum Kebatinan

Lebaran dan Kaum Kebatinan
Kebangsaan
Ketika ada anggapan bahwa orang kepercayaan, atau yang dulu pernah pula disebut sebagai kaum kebatinan, berbeda atau bahkan bertentangan dengan agama, maka tengoklah Paguyuban Sumarah yang merupakan salah satu aliran di dalamnya. Sebenarnya, dalam tradisi dan sejarah agama sendiri, ketika orang paham akan agamanya, terdapat pula kecenderungan kalangan yang juga mengutamakan sisi kebatinan dari suatu agama. Sebagaimana dalam tradisi agama Islam, kalangan semacam ini dikenal sebagai kalangan sufi atau para ...
Read more 0

Ramadan: Ikhtiar Untuk Berkenan dan Diperkenankan

Ramadan: Ikhtiar Untuk Berkenan dan Diperkenankan
Narasi
Senantiasa, dalam menilai bulan Ramadan yang lekat dengan ibadah puasa dan pemaksimalan ibadah-ibadah lainnya, untuk tak melupakan ibadah-ibadah sosial seakan menjadi identitas para muslim kontemporer. Entah apa kekongkretan anjuran atas nilai-nilai sosial ibadah puasa Ramadan di situ, dan entah apa pula ukuran kekontemporeran pada istilah para muslim kontemporer itu, adalah hal-hal yang patut untuk direnungkan untuk kali pertamanya. Orang butuh belajar pada Kierkegaard, seorang pemikir eksistensial, yang terkenal dengan sinismenya ...
Read more 0

Jawa, Etika, dan Olah Rasa

Jawa, Etika, dan Olah Rasa
Narasi
Radikalitas, yang dalam Serat Wedhatama diistilahkan sebagai “durangkara,” konon dapat diantisipasi oleh “ngelmu” yang tak hanya berupa ilmu, teori, atau juga pola pemahaman, namun lebih kepada praksis atau eksperientalisme. “Ngelmu” itulah yang ketemunya semata melalui laku, “Ngelmu iku kelakone kanthi laku.” Dalam kebudayaan Jawa terdapat berbagai macam praksis kebudayaan yang, pada tataran agenda besarnya, berupaya mengestetikakan sebuah eksistensi. Rasa, pada tataran ini, tentu saja adalah parameter dalam rangka estetikasisasi eksistensi ...
Read more 0

Hal-Hal Usang dalam Kontestasi Politik 2024

Hal-Hal Usang dalam Kontestasi Politik 2024
Narasi
Berbeda dengan pemilu atau pilkada yang sudah berlalu, pemilu kali ini tampak aman dari ekspresi-ekspresi yang berpeluang mengoyak keragaman dan pengekangan keleluasaan. Dengan terdapatnya tiga paslon pada tahun ini, secara ideologis, orang-orang yang terbiasa dengan ideologi dan pendekatan politik yang tunggal seakan tak mendapatkan pilihan yang senafas dengan kebiasaannya. Kemenangan telak paslon 02, Prabowo-Gibran, adalah bukti bahwa secara ideologis bangsa Indonesia sudah merasa bahwa ideologi dan pendekatan politik yang tunggal ...
Read more 0

Pemilu, Demokrasi, dan Anomali

Pemilu, Demokrasi, dan Anomali
Narasi
Trust I seek and I find in you Every day for us something new Open mind for a different view And nothing else matters —Nothing Else Matter, Metallica Demokrasi, untuk tampak dan berjalan sebagaimana yang diidealkan, pada dasarnya juga membutuhkan sebuah peran yang dianggap dapat membawa berbagai harapan dan bahkan melampiaskan rasa pahit yang pernah dirasakan. Idealitas atas demokrasi itu tersaji lewat berbagai fenomena yang bahkan tampak melebihi kapasitas nalar ...
Read more 0

Politik Anjathasatru dan Pluralitas

Politik Anjathasatru dan Pluralitas
Narasi
Politik, ketika menjadi sebentuk kompetisi, kerap dianggap bersifat “masturbasif” atau mesti “masturbasif.” Pada titik inilah, karena dengan logika mesti ada yang menang atau kalah, politik kemudian seakan-akan bertentangan dengan pluralitas atau kebhinekaan, setidaknya kebhinekaan kepentingan. Atau, ketika melongok pada subyek politik, kemudian muncullah pembedaan antara politisi dengan negarawan. Demokrasi, sebagai sebuah sistem pemerintahan dan politik, yang dalam banyak implementasinya menyaratkan sistem pemilihan untuk meraih kekuasaan, yang di Indonesia lazim disebut ...
Read more 0

Imajinasi dan Sakralisasi Kepemimpinan

Imajinasi dan Sakralisasi Kepemimpinan
Narasi
Sebuah kontestasi politik, dari setingkat pilkades hingga pilpres, umumnya memang membawa sebentuk penyisihan akal sehat. Fenomena ini sebenarnya tak hanya terjadi di Indonesia belaka. Dalam sejarahnya, Hitler dengan Nazi-nya juga membawa sebentuk penyisihan akal sehat, dimana oleh Arendt diungkapkan bahwa irasionalisme memang lekat dengan otoritarianisme dan totalitarianisme. Memang terlalu mengada-ada untuk membandingkan sebuah kontestasi politik dengan terbentuknya otoritarianisme dan totalitarianisme. Namun, dalam perspektif ini, orang dapat menjadi paham bahwa demokrasi ...
Read more 0

Politik yang Beretika, Politik Lapang Dada

Politik yang Beretika, Politik Lapang Dada
Narasi
Menjadi orang baik ternyata sama sekali tak ada kaitannya dengan agama. Kebaikan, dalam perspektif ini, bukanlah kategori yang semata melekat pada agama, meskipun agama nyata-nyata mewedarkan pesan-pesan kebaikan. Nalar, sebagaimana yang diyakini oleh para filosof, dapat pula dijadikan parameter bahwa seseorang itu baik. Jadi, ketika orang itu bersikap yang sesuai dengan nalar, maka dapat dikatakan bahwa orang itu adalah orang baik. Ada sebuah penalaran yang kemudian saya kira menurunkan apa ...
Read more 0

Dunia, Perca-Perca Kuasa, dan Hilirisasi

Narasi
Pada tahun ’68 terjadi sebuah peristiwa “kecil” yang senyatanya cukup berdampak besar. Peristiwa itu adalah revolusi ’68 yang terjadi di Perancis. Ketika kini orang ramai berwacana tentang dunia yang multipolar, pada dasarnya pergeseran paradigma yang mendasari keadaan semacam itu telah diawali oleh adanya trend dan tuntutan akademik untuk tak lagi pongah akan spesifikasi pengetahuan dan keahlian yang dikuasai. Pada era inilah apa yang orang kenal dengan pendekatan-pendekatan lintas-bidang menunjukkan batang ...
Read more 0

Sarasing Sarira dan Etika Sosial

Sarasing Sarira dan Etika Sosial
Narasi
Kalamun nandhing sarira Tinemu beda malah nyulayani Benere dhewe ginunggung Tinampik liyaning lyan Beda kalyang tepa sarira puniku Ika kang den upayaa Tinemu samining sami —Punkchoir Kabhinekan, Heru Harjo Hutomo Syahdan, seorang yang sepuh menyuruh seorang yang muda untuk mendamik atau menunjukkan tentang istilah “aku” yang senantiasa ia katakan ketika berbicara dan berpikir. Tanpa berpikir panjang pemuda itu pun segera mendamik dadanya sebagai representasi si “aku.” “Yang kamu damik itu ...
Read more 0