Kamis, 21 November, 2024
Informasi Damai
Archives by: Nurul H Maarif

Nurul H Maarif

0 comments

Nurul H Maarif Posts

Beragama Namun Terpecah-belah?

Narasi
Indonesia adalah satu-satunya negara di dunia yang terdiri dari aneka keragaman yang sungguh mengagumkan: agama, suku, ras, ormas keagamaan, afiliasi politik dan sebagainya. Dengan keragaman yang ada, potensi terjadinya konflik tentu terbuka lebar. Dan nyatanya, beberapa konflik yang dilatari oleh perbedaan itu masih saja terjadi. Bahkan akhir-akhir ini, keretakan kecil muncul karena perbedaan ideologi keagamaan. Yang ngebet mendirikan negara impian khilafah berseteru dengan yang mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ...
Read more 0

Negeri Khayalan Bernama Khilafah

Narasi
Beberapa waktu lalu, di Stasiun Tanah Abang Jakarta, saya melihat serombongan wanita berjilbab panjang membawa spanduk seruan penegakan khilafah. Mereka membagi-bagikan bendera kecil yang disebutnya Liwa’ al-Nabi (bendera Nabi) pada anak-anak kecil yang tak tahu apa-apa. Bendera bertuliskan la ilaha illa Allah, itu dibagikan sembari berpoto selfi di dalam kereta dan di beberapa tempat di sekitaran stasiun. Fenomena itu sesungguhnya juga terjadi di banyak tempat, termasuk di kampus-kampus Islam maupun ...
Read more 0

Mengerikannya Teror Pemikiran

Narasi
Akhir-akhir ini, energi kaum muslim benar-benar terkuras menghadapi Pilkada DKI Jakarta. Yang terbaru tentu saja hiruk-pikuk kesaksian Kiai Ahmad Ishomuddin (intelektual muda Nahdhatul Ulama asal Lampung), terkait pandangannya atas Qs. al-Maidah: 51 yang dinilai sebagian kalangan telah melawan, melabrak dan bahkan menentang pandangan mainstream para kiai sepuh di lingkungan Nahdhatul Ulama (NU) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI); dua ormas keagamaan besar yang menjadi tempatnya beraktivitas. Tidak hanya pandangannya yang dinilai ...
Read more 0

Pembaca al-Qur’an yang Pembunuh

Narasi
Sebagai kitab suci yang netral, al-Qur’an bisa menjadi rahmat, sekaligus bisa menjadi laknat bagi pembacanya. Banyak yang melakukan tindak positif dengan mendasarkannya pada al-Qur’an. Juga banyak yang melakukan tindak negatif, bahkan merusak tatanan kehidupan dunia, juga mendasarkannya pada al-Qur’an. Semua tergantung cara dan tujuan berinteraksi dengannya. Jauh-jauh hari, Rasulullah Saw telah mengingatkan, kelak akan banyak orang (yang mengaku) muslim, yang perilakunya seperti Dzul Khuwaishirah al-Najdi dari Bani Tamim: tekun beribadah, ...
Read more 0

Deradikalisasi ala Nabi

Narasi
Radikalisme masih terjadi. Gerakannya yang laten, tidak mudah dihentikan begitu saja. Kerja keras dan kerja cerdas deradikalisasi harus terus digalakkan tanpa henti, baik oleh pemerintah melalui BNPT, lembaga sosial-kemasyarakatan, maupun tokoh-tokoh agama. Deradikalisasi atau upaya pelemahan tindak radikalisme baik secara ideologis maupun praksis, sesungguhnya telah gencar dilakukan. Aneka kegiatan untuk narapidana teroris maupun kelompok potensi paparan radikalisme, terutama kalangan muda, juga tak henti digeliatkan. Namun tentunya, agenda-agenda deradikalisasi itu perlu ...
Read more 0

Larangan Membunuh Pengucap “Salam”

Narasi
Suatu ketika Rasulullah Saw mengirimkan pasukan perang, yang di antaranya terdapat al-Miqdad. Ketika sampai di tempat tujuan, penghuninya telah lari semuanya, kecuali seorang kaya raya. Seketika itu ia mengucapkan: “Asyhadu an la ilaha illa Allah.” Tetapi orang kaya itu dibunuh juga oleh al-Miqdad. Bersabdalah Nabi: “Bagaimana pertanggungjawabanmu kelak di akhirat dengan ucapannya, la ilaha illa allah?” Dalam riwayat lain disebutkan, orang kaya yang dibunuh adalah Mirdas bin Nahiq, orang Fadak, ...
Read more 0

Menghindarkan “Bencana” Agama

Narasi
John D Caputo, Guru Besar Filsafat Universitas Villanova, AS, di dalam bukunya, On Religion (2001), membagi periode keberagamaan manusia menjadi tiga; periode sakral, sekularisasi dan post-secular. Periode sakral adalah periode kala agama diyakini sebagai sesuatu yang suci, tinggi, dan tak tersentuh. Tak seorang pun punya nyali untuk menanyakan, apalagi memprotes agama. Keberagamaan pada periode ini didominasi model keberagamaan bisu dan tak kritis. Semua penganut agama hanya sam’an wa tha’atan. Periode ...
Read more 0

Tirani Fikih dan Bahaya Taqlid Buta

Narasi
Sepanjang sejarah awal Islam masa Nabi dan Sahabat, tidak dikenal istilah mazhab dalam pengertian formal, laiknya mazhab fikih yang kita kenal sekarang. Memang ada Mazhab Shahabi, namun term itu muncul belakangan, tidak pada masa Sahabat. Ini berarti, sebelum kemunculan imam empat (Abu Hanifah, Malik bin Anas, Muhammad bin Idris al-Syafi’i, dan Ahmad bin Hanbal), tradisi bermazhab pada imam belum ada. Karena, ‘kewajiban’ taqlid – sebagai cikal-bakal tradisi bermazhab – baru ...
Read more 0

Menapaki Jalan yang Lurus

Narasi
Setidaknya, 17 kali sehari umat Islam berdoa pada Allah Swt supaya diberi petunjuk jalan lurus (baca: jalan kebenaran). Ihdina al-shirath al-mustaqim. Ya Tuhan, tunjukkanlah kami jalan lurus (Qs. al-Fatihah ayat 6). Doa ini, bahkan menjadi rukun shalat. Tidak membacanya, berarti tidak sah shalatnya. Nabi Muhammad Saw bersabda; “Shalat tidak sah, kecuali dengan membaca Surah al-Fatihah.” (HR Ahmad, Abu Daud, al-Tirmizi dan Ibn Hibban). Termasuk di dalamnya, tentu saja, doa mohon ...
Read more 0

Parsaudaraan Pribumi dan Non-pribumi

Narasi
Di negeri ini, sekat antara pribumi dan non-pribumi masih begitu tebal. Rasanya sulit diurai secara cair. Padahal sudah puluhan tahun negara besar ini merdeka secara fisik. Namun hampir setiap saat, potensi gesekan antar sesama warga negara terus mengancam. Termasuk hanya gara-gara si A keturunan WNI asli dan si B keturunan non-WNI. Kendatipun saudara-saudara kita keturunan non-WNI itu telah puluhan tahun menetap dan mencari nafkah di bumi pertiwi ini, potensi keretakan ...
Read more 0