Selama tinggal di Madinah Munawwarah, Nabi Muhammad Saw seringkali dan terbiasa berinteraksi dengan komunitas yang berbeda agama. Sebagai sosok yang terpandang dan disegani kala itu, banyak di antara mereka yang sowan bertamu ke kediamannya. Tentu saja dengan membawa aneka hajat dan persoalan. Tidak hanya komunitas berbeda agama yang tinggal di Madinah yang berinteraksi dengan junjungan umat Islam itu, bahkan komunitas non-muslim dari luar Madinah. Tidak hanya orang biasa, termasuk juga ...
Read more 0 Nurul H Maarif
Nurul H Maarif Posts
Dikisahkan, di sudut pasar Madinah, seorang pengemis buta beragama Yahudi senantiasa bercuap-cuap tak terkendali menghina dan mencaci Nabi Muhammad Saw. Ini dilakukannya hampir setiap hari, seakan itu menjadi hobinya yang wajib dijalani. Bila seorang mendekatinya, ia lantas berkata lantang: “Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad! Dia hanyalah orang gila. Dia juga pembohong. Dia juga tukang sihir. Siapapun yang mendekatinya, maka ia akan dipengaruhinya.” Kata-kata hardikan, cacian, hinaan, dan seruan untuk menjauhi ...
Read more 0 Banyak yang bilang, umat Islam Indonesia lebih greget mengerjakan ibadah haji ketimbang berzakat atau berkurban. Padahal, secara hierarkis, perilaku berzakat seharusnya lebih diutamakan ketimbang berhaji. Kesimpulan seperti di atas tidak sepenuhnya salah. Sebab, memang ibadah haji lebih menitikberatkan pada dimensi vertikal, antara al-Khaliq dengan al-makhluq saja, bukan dimensi sosial layaknya zakat atua kurban. Jelas, zakat dan kurban sangat bernuansa sosial karena kita langsung berinteraksi dengan masyarakat. Kita dapat membayangkan sebagian ...
Read more 0 Di antara kita, tidak sedikit yang masih saja membeda-bedakan manusia berdasarkan latar belakangnya, baik agama, status sosial, kadar pendidikan, afiliasi politik, termasuk juga latar belakang ras dan warna kulitnya. Yang agama dan imannya sama, dinilai lebih baik dari yang agama dan imannya berbeda. Yang status sosialnya lebih tinggi dinilai sebagai yang terbaik dibanding yang status sosialnya lebih rendah. Begitu seterusnya, hatta soal warna kulit, juga dijadikan alasan untuk saling membedakan ...
Read more 0 Syeikh Nawawi Banten, dalam al-Futuhat al-Madaniyyah fi Syu’ab al-Imaniyah (hal. 21-22) mengingatkan supaya kita tidak memandang seseorang dengan pandangan kehinaan dan keremehan walaupun ia seorang musyrik (bi ‘ain al-izdira wa al-tashghir wa in kana musyrikan). Apa sebab? “Khawatir akibatnya. Bisa jadi kemakrifatanmu pada Allah Swt menjadi hilang, padahal orang musyrik itulah yang bisa menjadi sebab Allah Swt memberi makrifat,” tulisnya. Ungkapan ulama kharismatik asal Banten ini tentu saja bisa ditafsiri ...
Read more 0 Setelah wafatnya, Sufi Besar Abu Bakar al-Syibli (w. 334 H) hadir dalam mimpi sahabatnya. Dalam mimpi itu, al-Syibli yang dijuluki majnun atau Si Gila, ditanya perihal kehidupannya setelah meninggal. Ia lalu menuturkan dialognya dengan Allah SWT. “Wahai Abu Bakar al-Syibli, tahukah engkau, atas dasar apa Aku mengampuni dosa-dosamu?” tanya Allah SWT. “Karena kesalehan amalku,” jawabnya. “Bukan!” “Karena ketulusan ibadahku.” “Bukan!” “Karena hajiku, puasaku dan shalatku.” “Bukan!” “Karena hijrahku bersama orang-orang ...
Read more 0 Ahli sejarah kenamaan, Ibnu Ishaq, menceritakan di antara salah satu pejuang yang gugur dalam Perang Uhud adalah Mukhairiq, pria keturunan Suku Quraidhah. Dia seorang tokoh Yahudi yang benar-benar berkomitmen teguh pada perjanjian bersama yang dibuat antara mereka dengan pihak Muhammad Saw, saat di Madinah. “Wahai orang-orang Yahudi, demi Allah, kalian tahu bahwa kalian wajib menolong Muhammad,” kata Mukhairiq, saat jelang berkecamuk Perang Uhud melawan kaum musyrikin. “Sekarang ini hari sabtu,” ...
Read more 0 Betapa banyak ayat al-Qur’an maupun Hadis Nabi Muhammad Saw yang mengajarkan dan meneladankan ajaran kerahmatan Islam, bukan kelaknatan. Teladan keramahan ini juga ditujukkan dengan nyata oleh Nabi Muhammad, para shahabat, dan ulama pewarisnya. Baik doktrin maupun praktik keteladanan ini menunjukkan dengan sangat baik, bahwa Islam memang memberikan porsi lebih dan serius pada ajaran keramahan ini. Kepada yang berbeda keyakinan, Islam tidak melaknati. Kepada yang berbeda suku, Islam juga tidak melaknati. ...
Read more 0 Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqi menghitung, setidaknya ada 525 kata jadian kafara (al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadh al-Qur’an al-Karim, h. 605-613). Penulis al-Munjid fî al-Lughah wa al-A’lam (h. 691), Louis Ma’luf, memaknai kafara dengan satara dan ghaththa. al-Kufr sendiri dimaknainya sebagai khilaf al-iman (kebalikan percaya). Sedang al-kafir dimaknainya sebagai al-jahid li ni’ami Rabbih (pengingkar nikmat Allah SWT). Dikatakan penulisnya, al-kuffâr sebagai bentuk plural dari al-kafir dengan makna kebalikan iman lebih banyak dipakai ...
Read more 0 Selain terkait ketidakpercayaan pada Allah Swt dan ajaran-Nya, non-muslim juga terkait persoalan politik dan sosial. Secara politik, orang-orang yang bukan Islam atau non-muslim terkelompokkan dalam empat kategori: non-muslim harbi, non-muslim musta’man, non-muslim dzimmi dan non-muslim mu’ahad. Dalam konteks modern, diakui bahwa diskusi tentang kategori non-muslim yang seperti ini tidak lagi populer dan bahkan banyak yang menggugatnya, karena dinilai tidak sesuai dengan semangat kesetaraan warga negara. Pengelompokan yang demikian bahkan dinilai ...
Read more 0