Sabtu, 21 Desember, 2024
Informasi Damai
Archives by: Redaksi

Redaksi

0 comments

Redaksi Posts

Panduan Kontra Radikalisasi di Lingkungan Kerja (3) : Mengenali Teman yang Terpapar dan Bagaimana Mencegahnya

Panduan Kontra Radikalisasi di Lingkungan Kerja (3) : Mengenali Teman yang Terpapar dan Bagaimana Mencegahnya
Narasi
Pertemanan adalah salah satu pintu masuk paling efektif dalam perekrutan jaringan terorisme. Relasi pertemanan bisa terjadi secara langsung dalam interaksi tatap muka dan bisa juga tidak langsung melalui pertemanan di media sosial. Karenanya, penting sekali mengenali teman atau saudara yang sudah terpapar paham radikal khususnya di lingkungan kerja. Cara mengenali mereka yang sudah terpapar memang tidak mudah. Tidak ada ciri yang permanen untuk mengidentifikasi mereka sudah terpapar atau tidak melalui ...
Read more 0

Noor Huda Ismail : Jadi Teroris itu (Bisa) Hanya karena Ingin Berubah Baik, Tetapi Salah Pilih Guru!

Noor Huda Ismail : Jadi Teroris itu (Bisa) Hanya karena Ingin Berubah Baik, Tetapi Salah Pilih Guru!
Wawancara
Pada tanggal 14 Agustus 2023 masyarakat dikejutkan dengan penangkapan seorang tersangka teroris, inisial DE, di wilayah Bekasi, Jawa Barat. DE (28) diketahui ternyata seorang karyawan PT KAI. Bahkan, sebelum masuk ke BUMN tersebut, menurut keterangan Densus 88, yang bersangkutan telah berbaiat ke ISIS dan tergabung dengan Mujahidin Indonsia Barat (MIB). Adanya penangkapan tersebut mengindikasikan bahaya radikalisme dan terorisme telah benar-benar masuk hingga jantung pemerintahan dan berada nyaman di tengah masyarakat. ...
Read more 0

Sri Yunanto : Kasus Rocky Gerung, Hukum Harus Memperjelas agar tidak Jadi Preseden Mencaci atas Nama Kebebasan

Sri Yunanto : Kasus Rocky Gerung, Hukum Harus Memperjelas agar tidak Jadi Preseden Mencaci atas Nama Kebebasan
Wawancara
Dalam sebuah diskusi yang kemudian viral di media sosial, pengamat politik Rocky Gerung mengkritik kebijakan Jokowi. Sejatinya, kritik itu tidak menjadi persoalan dan lumrah disampaikan siapapun. Namun, Rocky menyertai kritiknya dengan istilah yang kurang pantas yang seolah mengolok dan menghina Presiden di depan publik. Polemik muncul menuai pro kontra, tidak hanya di media sosial, tetapi juga di jalanan yang memecah belah dan membuat kegaduhan publik.Bagaimana sebaiknya menyikapinya dengan produktif? Redaksi ...
Read more 0

Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar : 13 Tahun BNPT, Dunia Harus Belajar ke Indonesia dalam Penanggulangan Teror yang Humanis

Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar : 13 Tahun BNPT, Dunia Harus Belajar ke Indonesia dalam Penanggulangan Teror yang Humanis
Wawancara
Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan keberagaman budaya dan agama, memiliki potensi besar untuk menjadi negara maju dan sejahtera. 78 Tahun perjalanan bangsa ini tetap kokoh menuju usia emas di tahun 2045. Tentu banyak tantangan dan hambatan yang mengiringi perjalanan bangsa dalam menjaga keutuhan dan persatuan ini. Salah satu ancaman yang tidak bisa diabaikan adalah bibit intoleransi dan radikalisme yang mengarah pada aksi terorisme. BNPT telah 13 Tahun berikhtiar menjaga bangs aini ...
Read more 0

13 Tahun BNPT : Musim Semi Radikalisme dan Tantangan Indonesia Emas

13 Tahun BNPT : Musim Semi Radikalisme dan Tantangan Indonesia Emas
Editorial
Pengalaman adalah guru terbaik. Ungkapan yang lazim kita dengar ini setidaknya tepat untuk dilakukan oleh bangsa ini. Dalam konteks memahami dan mencegah radikal terorisme, bangsa ini harus mengambil pelajaran penting dari berbagai pengalaman masa lalu. Suburnya intoleransi, radikalisme dan terorisme pasca reformasi sejatinya musim semi radikalisme yang tumbuh subur dari bibit dan pohon radikalisme yang membeku di masa lampau. Gerakan radikalisme bukan mati, tetapi hanya membeku secara gerakan, tetapi ideologinya ...
Read more 0

Hijrah : Memperingati Tahun Kelahiran Peradaban yang Mempersaudarakan

Setiap peradaban besar mempunyai titik tolak dan momentum yang diperingati yang dikenal dengan sistem kalender. Kalender Gregorian adalah yang identik dengan umat Nasrani dan paling umum dikenal secara internasional diperkenalkan Paus Gregorius XIII pada tahun 1582 yang mengawali pada 1 Januari. Bangsa Yahudi dengan kalender Ibrani mengenal tahun baru Rosh Hashanah. Ada juga peradaban Tionghoa berbasis siklus bulan yang dikenal dengan Imlek. Ada pula Kalender Persia yang dikenal sebagai Kalender Iran dengan tahun baru yang disebut Nowruz. Dan tentu saja, peradaban Islam yang dikenal dengan tahun baru Hijriyah, dimulai bulan Muharram. Kenapa Islam akhirnya memutuskan harus mempunyai sistem kalender dan peringatan yang harus diperingati setiap tahun? Bukankah Nabi tidak mengajarkannya? Pertama tentu kita tidak boleh berasumsi Islam dengan ijtihad pemikiran dan kebudayaannya sudah selesai ketika Nabi wafat. Banyak sekali tantangan dan kebutuhan yang harus dilalui dan dilampaui umat Islam. Inovasi, kreasi dan kebaruan bukan bid’ah yang tabu dalam memajukan Islam. Adalah Khalifah Umar bin Khattab yang berinisiatif agar umat Islam mempunyai sistem penanggalan yang jelas karena ketiadaan catatan waktu dari dokumen untuk keperluan admistratif pemerintahan. Dipanggillah tokoh-tokoh untuk mendiskusikan sistem kalender dan awal mula tahun dalam Islam. Singkat kata, Islam mengawali pada momentum perpindahan dari Makkah ke Madinah yang dikenal hijrah. Sistem kalender ini pun dikenal dengan Tahun Hijriyah. Bukan merujuk pada sistem kalender Romawi, Persia dan sebagainya. Bukan pula merujuk pada kelahiran atau wafatnya Nabi. Pilihan cerdas umat Islam adalah momentum hijrah. Jenius dan tepat sekali ketika kalender Islam disandarkan pada momentum hijrah. Setiap tahun umat Islam diingatkan untuk kembali mengambil pesan dan semangat perpindahan mentalitas dan pemikiran dari kejumudan, fanatisme, dan kebencian menuju semangat komunitas Madinah yang dinamis, toleran, terbuka dan yang paling penting terikat dalam persaudaraan. Hijrah Nabi ke Madinah bukan sekedar pelarian dan pencarian suaka politik sebagaimana hijrah sebelumnya. Hijrah kali ini berbeda. Ada misi penyelamatan umat dari cengkraman penyiksaan kaum Qurays sekaligus misi perdamaian di Madinah sebagaimana permintaan para suku-suku yang selalu terlibat pertikaian di sana. Maka, yang paling sukses dan teringat dari hijrah ini adalah ikatan persaudaraan Madinah. Membangun sebuah peradaban yang diikat dengan tali persaudaraan. Tidak ada lagi kekerasan, kebencian dan ekslusifitas, tetapi semua berada dalam naungan konsitusi yang disusun dan diperjanjikan bersama. Sangat brilian apa yang dilakukan Rasulullah dengan gerakan hijrah dan membangun Madinah. Tidak ada yang merasa tersisihkan. Pendatang tidak mengalahkan pribumi. Perbedaan suku dan agama bukan halangan untuk saling melindungi. Negara dengan ide demokrasi yang pada saat bersamaan daratan lain masih bermegah-megah dengan sistem kekaisaran dan kerajaan. Dan tentu saja, tidak mengherankan ketika sahabat Umar, sang Khalifah dan mujtahid ini, tidak diragukan memilih momentum hijrah sebagai penanda awal tahun baru Islam. Bukan tanpa makna dan pesan. Umar tentu saja ingin umat Islam generasi berikutnya yang belum mengalami peristiwa hijrah mampu merasakan energi dan sensasi hijrah. Apa pesannya? Umat Islam diajak untuk melakukan muhasabah. Intropeksi dan refleksi. Meninggalkan kebiasaan penuh dendam, benci dan permusuhan menuju semangat saling bersaudara. Selamat Tahun Baru Islam, Mari Perkokoh Persaudaraan Kebangsaan Kita.
Editorial
Setiap peradaban besar mempunyai titik tolak dan momentum yang diperingati yang dikenal dengan sistem kalender. Kalender Gregorian adalah yang identik dengan umat Nasrani dan paling umum dikenal secara internasional diperkenalkan Paus Gregorius XIII pada tahun 1582 yang mengawali pada 1 Januari. Bangsa Yahudi dengan kalender Ibrani mengenal tahun baru Rosh Hashanah. Ada juga peradaban Tionghoa berbasis siklus bulan yang dikenal dengan Imlek. Ada pula Kalender Persia yang dikenal sebagai Kalender ...
Read more 0

NII adalah Ibu Kandung Terorisme di Indonesia?

Pondok Pesantren (Ponpes) AL Zaytun di Indramayu baru-baru ini memunculkan kontroversi tidak hanya persoalan tuduhan penistaan agama, tetapi isu lama keterkaitannya dengan gerakan Negara Islam Indonesia (NII). Panji Gumilang menepis dengan menegaskan bahwa sejarah NII telah usai sejak 1962. Betulkah sejarah NII telah selesai? Dua mantan Anggota NII seperti Ken Setiawan dan AL Chaidar menegaskan bahwa NII merupakan ibu kandung dari seluruh kelompok terorisme di Indonesia. Banyak kasus terorisme di Indonesia bersumber dari anggota NII yang berganti baju menjadi JI, JAT, JAD dan lainnya. Bagi mereka, NII telah mencetak kader menjadi mesin pembunuh ketika bergabung dalam kelompok teror yang lebih militan. Jauh sebelum gerakan salafi jihadi yang lahir di Afganistan pada tahun 1980-an melalui berdirinya Al-Qaeda, di Indonesia telah muncul gerakan serupa dalam arti kesamaan ideologi dan gerakan. Gerakan itu adalah kelompok Darul Islam yang mengimpikan berdirinya Negara Islam Indonesia pada 1948. Mei 1948, Kartosuwiryo memproklamirkan diri sebagai imam negara baru bernama Darul Islam. Pada 7 Agustus 1949 di Cisampak, Kecamatan Cilugagar, Kabupaten Tasikmalaya, DI memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia : Kami umat Islam Indonesia menyatakan berdirinya Negara Islam Indonesia. Maka hukum yang berlaku atas Negara Islam Indonesia adalah hukum Islam. Dalam aspek ideologi, DI atau NII berhaluan takfiri dengan menghukumi orang yang menolak pemberlakuan syariat Islam sebagai orang murtad. Kelompok ini juga menetapkan jihad perang melawan pemerintah Indonesia sebagai fardlu ain. Dalam hal pendanaan, konsep fa’i telah menjadi pegangan, yakni kebolehan merampas harta warga sipil yang tidak mau bergabung dalam gerakan ini. Jika salafi jihadi mempunyai doktrin yang berakar dari konsep hakimiyah sebagai doktrin kelompok khawarij yang dihidupkan kembali, NII mempunyai doktrin yang cukup terkenal yang disebut RMU (rububiyah, mulkiayh dan uluhiyah). Doktrin ini menegaskan bahwa Allah merupakan Maha Pencipta segalanya termasuk peraturan dan perundang-undangan. Lalu, apa kaitan antara terorisme di Indonesia dengan NII? Pada tahun 1962, sebagaimana ditegaskan oleh Panji Gumilang bahwa NII telah ditumpas dan selesai dengan ditandai eksekusi mati Kartosuwiryo. Praktis gerakan NII memang telah mati dan tidak ada gerakan pemberontakan lagi. Namun, benar pernyataan bahwa organisasi boleh dilarang dan ditumpas, tetapi ideologi sulit untuk dimusnahkan. Pada tahun 1970-an, bekas orang NII menggaungkan kembali gerakan jihad perang melawan pemerintah Indonesia. Gerakan ini kemudian dikenal dengan Komando Jihad. Gerakan ini dimotori oleh Aceng Kurnia dan Djaja Sidjadi, mantan Keuangan DI yang dikenal sebagai ideologi NII. NII memasuki fase konsolidasi dengan memusatkan pendirian cabang di berbagai daerah dan pengadaan pelatihan militer di Jakarta. Salah satu materi pelatihan adalah merakit bom. Di sinilah fase teror dimulai dengan aksi perampokan, pembunuhan dan aksi bom. NII menandai fase baru perlawanan terhadap pemerintah dengan gerakan bawah tanah layaknya organisasi teror di kemudian hari. Dalam catatan NII Crisis Center, pada tahun 1970-an terdapat beberapa aksi teror yang dilakukan gerakan NII seperti Granat MTQ, Pematang Siantar, Bom RS Immanuel Baptist, Bukit Tinggi, Bom Bar Apollo, Bom Bioskop Riang, Pembunuhan wakil rektor UNS, Perampokan gaji guru dan Pembunuhan anggota TNI. Memasuki tahun 1980-an aksi kelompok ini juga tidak sepi. Beberapa aksi semisal Fa’i, perampokan dan pembunuhan supir taksi, Pembunuhan tentara di Talang Sari, Perampokan di Bandung dan yang cukup terkenal adalah Penyerangan polsek Cicendo dan Bom Borobudur. Aksi teror kelompok NII berlanjut hingga tahun 1990-an dan awal tahun 2000-an seperti Bom Istiqlal dan bom kedubes Australia. Tahun 2000-an, Jamaah Islamiyah bentukan Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Baasyir tampil sebagai pemain baru dalam aksi dan jaringan teror di Indonesia. Keduanya merupakan aktivis NII jaringan Solo yang bergabung ke NII melalui Ismail Pranoto sebelumnya akhirnya hijrah ke Malaysia dan berkenalan dengan jaringan global. Dua tokoh inilah melalui JI telah mentransformasikan terorisme domestik ala NII dalam skala regional dan global. Perlawanan pun diperluas dengan memusuhi Barat atau hal yang terafiliasi dengan Barat. Pada tahun 1980-an, keduanya mengembangkan jejaring gerakan dengan memobilisasi anak-anak muda untuk berjihad ke Afganistan. Alumni Afganistan inilah yang pada awal reformasi telah mengobrak-abrik Indonesia dengan rentetan teror yang ditandai dengan Bom Natal dan yang spektakuler adalah Bom Bali. Jika dikatakan bahwa ibu kandung terorisme di Indoesia adalah NII bisa dilihat dari dua aspek. Pertama dalam kesamaan ideologi dan cita-cita gerakan. Kedua, dalam aspek biologis yang memperlihatkan nama-nama terduga terorisme baik yang ditangkap atau tertembak mati memiliki sejarah keterlibatan dalam perjuangan dan gerakan teror NII. Artinya, terorisme yang dikenal saat ini memiliki kesejarahan ideologis dan biologis dari perjuangan sebelumnya yakni NII pada era 1950-an dan gerakan Komando Jihad pada era 1970-an. Lalu, benarkah NII telah mati dan musnah sebagaimana pernyataan Panji Gumilang pada tahun 1962? Benarkah ideologi dan gerakan bawah tanah dari NII dan mantan NII yang bergabung dalam gerakan teror yang lebih besar dan global sudah usai? Kenapa masih tersiar kabar pembaiatan NII di Garut, Lampung dan Sumbar? Nampaknya, NII sebagai organisasi telah usai. Namun, ideologi ini telah menembus batin para pengikutnya. Gerakan ini mengalami transformasi dalam bentuk berdirinya kelompok dengan nama yang berbeda dan mengalami diaspora ke berbagai jaringan yang lebih ekstrem.
Editorial
Pondok Pesantren (Ponpes) AL Zaytun di Indramayu baru-baru ini memunculkan kontroversi tidak hanya persoalan tuduhan penistaan agama, tetapi isu lama keterkaitannya dengan gerakan Negara Islam Indonesia (NII). Panji Gumilang menepis dengan menegaskan bahwa sejarah NII telah usai sejak 1962. Betulkah sejarah NII telah selesai? Dua mantan Anggota NII seperti Ken Setiawan dan AL Chaidar menegaskan bahwa NII merupakan ibu kandung dari seluruh kelompok terorisme di Indonesia. Banyak kasus terorisme di ...
Read more 0

Islam Bahrawi : Belajar dari Negara Penuh Konflik dan Perang Saudara, Indonesia Harusnya Bersyukur Mempunyai Pancasila

Wawancara
Juni telah dicanangkan sebagai Bulan Pancasila sebagai momentum peringatan lahirnya Pancasila pada 1 Juni. Di tengah peringatan tersebut, muncul propaganda dari kelompok radikal tentang kegagalan pemerintah dalam menyejahterakan rakyatnya. Kegagalan itu bersumber dari faktor fundamental, yakni Pancasila. Mereka menganggap Pancasila dan sistem bernegara ini mendorong lahirnya korupsi, kemiskinan dan langgengnya oligarki di Indonesia. Apabila dilihat secara mendalam, propaganda kegagalan Pancasila ini akan berujung pada satu tawaran solusi, yakni khilafah. Bagaimana ...
Read more 0

MUI : Pancasila bagi Umat Islam Sudah Final, Tidak Ada Alasan Menolaknya

MUI : Pancasila bagi Umat Islam Sudah Final, Tidak Ada Alasan Menolaknya
Wawancara
Pada tanggal 1 Juni 2023 diperingati hari lahirnya ideologi bangsa yaitu Pancasila. Setiap sila dari Pancasila bukan pemikiran baru, tetapi perasaan dari sari pati nilai, moral dan ajaran yang sudah lama dipraktekkan dalam kehidupan nusantara. Pancasila bukan barang impor dan asing, tetapi cara pandang yang telah menyatu dalam batin masyarakat yang mempersatukan perbedaan. Namun, ada juga segelintir orang dan kelompok yang terus mempersoalkan Pancasila yang dianggap bertentangan dengan agama. Untuk ...
Read more 0

Pancasila yang Dilahirkan

Pancasila yang Dilahirkan
Editorial
Pancasila bukan diciptakan. Ia hanya dilahirkan dari rahim ibu pertiwi sebagai hasil perkawinan nilai-nilai luhur bangsa dan ajaran agama. Pancasila bukan barang asing bagi negeri ini. Sila-sila yang terkandung adalah cerminan jati diri bangsa ini. Pada Sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dalam pembahasan dasar negara 28-Mei hingga 1 Juni, para pendiri bangsa berdiskusi, mencari dan merumuskan gagasan tentang dasar yang menjadi pedoman dan falsafah bangsa. Tepatnya, tanggal ...
Read more 0