Kamis, 28 Maret, 2024
Informasi Damai
Archives by: Redaksi

Redaksi

0 comments

Redaksi Posts

Ramadan Harus Mensucikan Mulut, Tangan, Jari dan Hati dari Keburukan

Puasa Ramadan sebagai salah satu pilar rukun Islam telah menjemput umat Islam di berbagai belahan dunia. Puasa tentu saja tidak hanya menahan haus dan lapar. Ramadan merupakan madrasah yang mendidik moral umat Islam melalui latihan tidak makan dan tidak minum. Lalu, apa makna sebenarnya dari latihan puasa tersebut. Tim Pusat Media Damai (PMD), Reza, mewawancarai narasumber otoritatif untuk berbicara makna puasa, Habib Nabiel Al Musawa, M.Si. Beliau merupakan Dewan Syuro Majelis Rasulullah dan menjabat pula sebagai Wakil Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat. Di samping itu Habib Nabiel juga menjadi ketua Hubungan Lembaga Rabithah Alawiyah. Berikut petikan wawancara Tim PMD dengan Habib Nabiel. PMD : Bagaimana cara untuk menahan diri agar tidak menebarkan kebencian, fitnah, intoleransi atau hoaks? Islam itu pertama adalah agama Rahmatan Lilalamin, Jadi Rahmah itu artinya kasih sayang, karena dia adalah agama Rahmatan lil alamin, maka Nabinya pun adalah Nabi yang penyayang. Orang yang suka menyebarkan hoax, Itu dia tidak penyayang sama orang. Menunjukkan hatinya penuh kedengkian, penuh iri, penuh hasad, ingin orang lain celaka, menyebarkan fitnah, menyebarkan isu belum tentu benar. Orang-orang seperti itu maka tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW, tidak sesuai dengan ajaran Islam agamanya. Tidak sesuai dengan sifat Allah yang Rahmanur Rahim, Jangankan kepada orang yang biasa, kepada Fir'aun sekalipun ketika Allah memerintahkan kepada Nabi Musa SAW sama Nabi Harun, maka hendaklah berangkat kalian berdua untuk mendakwahi Fir'aun dan sampaikan kata-kata yang lemah lembut mudah-mudahan dia mendapatkan hidayah dari Allah SAW. Jadi, orang yang menyebarkan hoax, keburukan, isu, itu bukan orang yang hatinya bersih oleh sebab itu, maka di dalam bulan Ramadan, bulan yang penuh kebersihan. Saya menghimbau untuk kita semua, saya sendiri dan kita sekalian, Yuk kita jangan kemudian menyebarkan hal-hal buruk. Kita sedang beribadah, mensucikan diri, tapi mulut kita, tangan kita, jari-jari kita malah menyebarkan keburukan, kebusukan hati yang dengki sama orang, itu tidak sesuai dengan Ramadan. PMD : Bahaya menyebar kebencian, intoleransi atau hoaks di bulan Ramadhan Apakah bisa mengurangi nilai puasa? Jelas mengurangi. Jadi segala sesuatu yang sifatnya adalah fitnah itu luar biasa dosanya. Bahkan dia lebih besar dari pada membunuh dosanya. Dalam Quran dikatakan, wal fitnahtu ashadu minal qatal. Yang namanya menyebarkan fitnah itu artinya merusak, padahal sebenarnya tidak demikian. Tapi dia menyebarkan sesuatu yang tidak benar, sehingga menimbulkan fitnah. Itu lebih besar dosanya daripada membunuh. Jadi kalau dikatakan apakah dia mengurangi pahala puasa, jelas mengurangi. Dalam bulan Ramadhan itu kita dicacimaki orang, diajak berantem sama orang saja, dan tidak boleh kita melawan, tidak boleh kita sama-sama dengan dia, menghindar. Kata baginda Rasulullah SAW, dikatakan, Kalau ada orang yang mencaci maki kita, ngajak kita berantem, katakan, saya lagi puasa, saya lagi puasa. Nah, jadi kalau kita dicacimaki orang, kemudian diajak berantem balas saja seperti itu, apalagi kalau kita yang malah buat begitu. Jadi itu apalagi kalau misalnya bohong, wah lebih parah lagi. Kata baginda Rasulullah SAW, di dalam hadisnya tentang puasa, Barang siapa yang tidak meninggalkan qaula zur? Qaula zur itu kata-kata bohong. Berbohong, memfitnah, yang menyebarkan isu yang tidak benar, bahkan melakukannya hal-hal yang buruk yang membuat orang rusak, saling berantem, pecah belah, di antara umat, di antara kaum muslimin, di antara kelompok-kelompok. Wah, itu lebih besar lagi. Allah nggak butuh dia meninggalkan makan minum. Artinya apa? Nggak ada pahala puasa. Maka kaum muslimin, wal-muslimat itu disunahkan kita, sebelum berpuasa kita minta maaf, minta halal, bersihkan hati. Karena kita di bulan suci. Bulan suci mulutnya juga sucikan, matanya sucikan, telinganya sucikan, hati juga kita sucikan, termasuk jempol itu. Jadi jangan melakukan yang ngotorin terhadap pahala puasa kita. Nanti nggak diterima pahalanya. PMD : Statement Habib terkait puasa sebagai momentum diri untuk membangun jiwa kebersamaan dan silaturahmi antar sesama. Jadi begini, di dalam Quran, di surah Al-Hujurat itu dikatakan, Sesungguhnya kami sudah menciptakan kalian, dari satu orang laki-laki dan satu orang perempuan, yaitu Adam dan Hawa. Dari dua orang itu kemudian menjadilah bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Untuk apa tujuannya? supaya kalian saling mengenal, bukan saling membenci, bukan saling memfitnah, bukan saling menyebar isu, bukan saling membunuh, bukan saling menjelekkan, bukan. Supaya tujuannya berbeda-beda warna kulit, berbeda-beda suku bangsa, berbeda-beda kelompok dan sebagainya, itu adalah tujuannya untuk saling mengenal satu dengan yang lain, saling menghormati satu dengan yang lain. Kata Allah, Yang paling mulia di sisi kalian itu yang paling Taqwa. Dalam hadist dikatakan, Taqwa itu di dalam sini, kata Rasul, sambil menunjuk ke dadanya. Ya, jadi bukan kemudian kita menjadikan momentum Ramadan ini untuk pecah belah. Saya adalah orang yang sedih melihat bangsa ini terpecah jadi cebong dan kadrun. Jadi kenapa harus seperti ini? Bangsa kita ini lebih besar dari sekedar cebong dan kadrun. Tujuan bangsa ini lebih besar daripada sekedar cebong dan kadrun. Kalau kita belajar dari para pelaku sejarah kita dulu, pendiri bangsa, Bung Tomo itu tokoh nasionalis. Tapi pada saat perang Surabaya,Surabaya Lautan api itu beliau berteriak, Allahu Akbar. Kenapa? Gabungin semua orang untuk menyatukan bangsa umat itu satu. Jangan kemudian dipilah-pilah. Nah sebaliknya, Muhammad Yamin, Muhammad Nasir, Hamka, Haji Agus Salim, itu ridho penghapusan 7 kata di piagam Jakarta untuk umat Islam agar menjalankan syariah Islam untuk para pemeluknya. Itu mereka rido, itu dihapus. Demi apa? Demi bangsa dan negara. Mau kelompok Islamis, mau nasionalis, tujuan kita itu adalah membesarkan bangsa ini, NKRI ini. Bukan pecabelah, apalagi kepentingan politik. Saya sangat berharap, mudah-mudahan dengan Ramadan ini, kita, kaum Muslim semua, kembali menjadi bersaudara, kembali menjadi satu bangsa yang kokoh, Bhineka Tunggal Ika. NKRI kita tercinta, kita perjuangkan dengan semangat ketuhanan yang Maha Esa. Kemudian juga persatuan Indonesia. Semuanya sudah diwadahi dalam Pancasila, dan Undang-Undang Dasar 1945. Demikian, Saya berkata ini, dan saya minta maaf.
Wawancara
Puasa Ramadan sebagai salah satu pilar rukun Islam telah menjemput umat Islam di berbagai belahan dunia. Puasa tentu saja tidak hanya menahan haus dan lapar. Ramadan merupakan madrasah yang mendidik moral umat Islam melalui latihan tidak makan dan tidak minum. Lalu, apa makna sebenarnya dari latihan puasa tersebut. Tim Pusat Media Damai (PMD), Reza, mewawancarai narasumber otoritatif untuk berbicara makna puasa, Habib Nabiel Al Musawa, M.Si. Beliau merupakan Dewan Syuro ...
Read more 0

Menyelami Kitab Mukhtasar Minhajul Qashidin: Menjadikan Ramadhan Sebagai Jihad Perdamaian

Menyelami Kitab Mukhtasar Minhajul Qashidin: Menjadikan Ramadhan Sebagai Jihad Perdamaian
Pustaka
Kitab Mukhtasar Minhajul Qashidin adalah sebuah karya tulis yang ditulis oleh Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, salah satu ulama besar dari dunia Islam. Dalam konteks jihad perdamaian, Kitab Mukhtasar Minhajul Qashidin dapat menjadi pedoman bagi umat Islam untuk berjuang melawan segala bentuk kekerasan dan konflik dengan cara yang damai. Dalam kitab ini, Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani mengajarkan pentingnya menjaga perdamaian dan keharmonisan dalam masyarakat. Ia juga mengajarkan pentingnya memperbaiki diri sendiri ...
Read more 0

Ramadan Harus Mensucikan Mulut, Tangan, Jari dan Hati dari Keburukan

Ramadan Harus Mensucikan Mulut, Tangan, Jari dan Hati dari Keburukan
Wawancara
Puasa Ramadan sebagai salah satu pilar rukun Islam telah menjemput umat Islam di berbagai belahan dunia. Puasa tentu saja tidak hanya menahan haus dan lapar. Ramadan merupakan madrasah yang mendidik moral umat Islam melalui latihan tidak makan dan tidak minum. Lalu, apa makna sebenarnya dari latihan puasa tersebut. Tim Pusat Media Damai (PMD), Reza, mewawancarai narasumber otoritatif untuk berbicara makna puasa, Habib Nabiel Al Musawa, M.Si. Beliau merupakan Dewan Syuro ...
Read more 0

Alissa Wahid : Keluarga melalui Peran Perempuan Menjadi Basis Penting Dalam Menanamkan Pendidikan Anti Kekerasan

Alissa Wahid : Keluarga melalui Peran Perempuan Menjadi Basis Penting Dalam Menanamkan Pendidikan Anti Kekerasan
Wawancara
“Sebagai perempuan, kita harus memulai dari diri sendiri. Kita tidak menunggu lingkungan kita atau masyarakat kita untuk memberikan ruang kepada kita. Kita yang harus memulai dengan menjadi lebih berdaya. Kita jadi pembelajar, kita selalu tumbuh sebagai perempuan yang punya potensi dan punya karakter” Alissa Wahid Beberapa waktu lalu kita dihebohkan dengan kekerasan yang dilakukan remaja terhadap yang lain. Kekerasan yang dilakukan anak dan remaja tidak bisa dipungkiri memiliki akar dari ...
Read more 0

Kultur Kekerasan yang Meresahkan

Kultur Kekerasan yang Meresahkan
Editorial
Tidak satu pun yang menghendaki kekerasan. Namun, pada akhirnya tidak sedikit mengambil jalan kekerasan ketimbang jalan damai. Kekerasan memang dibenci, tetapi masih dianggap sebagai solusi. Kekerasan menjadi semakin meresahkan ketika ia menjadi sebuah kultur masyarakat. Anggapan Hobbes mungkin ada benarnya ketika mendefinisikan manusia sebagai makhluk yang dikuasai dorongan irrasional, anarkistis, dan mekanistis yang dipenuhi dengan nuansa rasa iri dan benci sehingga bersumbu pendek dan bertindak menjadi kasar, jahat, buas bahkan ...
Read more 0

Narasi Politik Identitas yang Menyesatkan

Narasi Politik Identitas yang Menyesatkan
Editorial
Jika dalam tingkatan global dikhawatirkan benturan antar peradaban yang ditandai dengan bangkitnya konflik politik berbasis sentimen identitas, di skala domestik tidak menutup kemungkinan terjadinya konflik berbasis identitas baik etnik, budaya dan agama dengan sentimen identitas primordial yang dipolitisasi. Atribut sosial-kultural yang mengikat masyarakat dibawa dalam ruang kontestasi kepentingan politik. Dalam politik identitas pertanyaan yang muncul dan dimunculkan adalah siapa kita dan siapa mereka. Politik identitas sebagai gerakan politik memiliki concern ...
Read more 0

Mengapa Khilafah Tidak Relevan Lagi di Tengah Negara Bangsa ?

Mengapa Khilafah Tidak Relevan Lagi di Tengah Negara Bangsa ?
Editorial
Pada tanggal 6 Februari 2023 dalam rangka memperingati 1 Abad Nahdlatul Ulama, Ulama dari berbagai dunia berkumpul di Sidoarjo dalam perbincangan menggagas Fikih Peradaban. Fikih sebagai produk ijtihad hukum dalam Islam tidak hanya mengatur urusan ritual, tetapi juga sosial, budaya dan politik, termasuk hubungan antar negara. Sebagai produk ijtihad pemikiran, fikih tidak statis, tetapi selalu bergerak dinamis. Ia sangat terikat konteks meliputi ruang dan waktu agar selalu relevan dalam menjawab ...
Read more 0

Zakir Naik dan Inspirasi Pemuda Naik Menjadi Teroris

Zakir Naik dan Inspirasi Pemuda Naik Menjadi Teroris
Editorial
Seorang remaja Singapura ditangkap polisi karena terindikasi ingin mendirikan kekhalifahan Islam. Dia ditahan sejak Desember tahun lalu. Ia tidak terhubung secara langsung dengan jaringan teror dan hanya mengalami radikalisasi mandiri (self-radicalization) melalui propaganda online. Muhammad Irfan Danyal bin Mohammad Nor, remaja 18 tahun yang dalam pernyataan Kementerian Dalam Negeri (ISD) Singapura teradikalisasi secara online. Ia telah membuat rencana dan persiapan untuk melakukan kekerasan bersenjata di Singapura dan Luar Negeri untuk ...
Read more 0

Membaca Polemik Wahabi : Dari Kekerasan Hingga Penolakan

Membaca Polemik Wahabi : Dari Kekerasan Hingga Penolakan
Narasi
Sejarah Wahabi Paham atau aliran Wahabi merupakan salah satu manhaj pemikiran dalam Islam yang menginginkan pemurnian ajaran Islam dengan dictum kembali kepada Al-Quran dan Sunnah. Lahir dari buah pemikiran Muhammad ibnu Abdul Wahabi pada abad ke-18 yang banyak terinpirasi oleh pemikiran Kegelisahan Wahabi terutama pada praktik bid’ah, syirik dan khurafat yang saat itu dirasa banyak dilakukan umat Islam. Masyarakat muslim sudah jauh dari penyimpangan dari ajaran asli dari Rasulullah. Al-hasil ...
Read more 0

Panduan Orang Tua (1) : Belajar dari Anak Menjadi Radikal karena Media Sosial

Panduan Orang Tua (1) : Belajar dari Anak Menjadi Radikal karena Media Sosial
Kebangsaan
Jika ada yang meragukan korelasi antara media sosial dengan sikap dan tindakan radikal mungkin harus banyak belajar dari berbagai kasus terorisme di Indonesia. Tentu sudah banyak pengalaman pahit di negeri ini yang memperlihatkan serangan teror anak muda karena terpapar dari internet. Ketika mengomentari Kasus rentetan Bom Surabaya pada tahun 2018, saat itu Tito Karnavian yang masih menjabat Kapolri menegaskan bahwa para pelaku teror belajar cara merakit bom dari internet. Online ...
Read more 0