Biang Keladi Isu Kristenisasi di tengah Duka Bencana

Biang Keladi Isu Kristenisasi di tengah Duka Bencana

- in Faktual
687
0

Topik gempa Cianjur memang ramai diperbincangkan. Bencana yang telah menelan banyak korban dan penuh kesedihan ini telah mengetuk berbagai pihak untuk memberikan bantuan. Tidak peduli dari latar belakang apapun bantuan mengalir deras.

Di tengah duka, sebaran hoax dan disinformasi pun mengalir deras. Salah satu yang marak adalah persoalan kristenisasi. Masyarakat yang terkena bencana yang sedang menghadapi trauma dihembuskan lagi dengan isu yang memecah belah.

Isu Kristenisasi di tengah gempa Cianjur sebenarnya mulai menyeruak ketika kejadian pencopotan label gereja di tenda bantuan. Berita ini kemudian memantik informasi yang liar dengan sebaran gambar dan video lama yang disebar kembali.

Salah satu website nahimunkar.org misalnya memberikan judul Gempa Cianjur dan Kasus Kristenisasi. Judul Provokatif ini memang dua berita yang tidak berhubungan. Secara penulisan berita juga sangat tidak rapi dan tidak layak sebagai sebuah bahan jurnalistik. Selanjutnya berita kedua tentang kristenisasi di Cianjur dengan menampilkan foto yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Sebenanrya kabar adanya kristenisasi di Cianjur ini pernah dibantah oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kenkemenag) Provinsi Jawa Barat pada tahun 2020 lalu dengan menerjunkan peneliti dari Balitbang Kemenag. pemberitaan kristenisasi Cianjur sudah tersebar sejak tahu 2018. Dia menegaskan bahwa kabar itu hoaks alias tidak benar dan Desa Payawangan seperti dalam pemberitaan nahimunkar.org tidak pernah ada.

Di media sosial seperti WAG, banyak sekali broadcast yang tidak bisa dipertanggungjawabkan masuk ke ruang-ruang grup kita. Ada potongan video Wanita berjilbab seolah menyanyikan lagu rohani yang ternyata reuni salah satu SMA Karawang. Bertebaran pula foto dan video lama yang dibungkus narasi hoax tentang Kristenisasi di tengah Cianjur. Ada pula narasi adanya satu lembah sebagai pusat vatikan di Cianjur.

Pola website dan akun tertentu memainkan isu kristenisasi ini memang cukup cerdik dan licik. Mereka memasang judul provokatif dengan menyambungkan hal itu dengan kejadian kekinian. Teringat salah satu website eramuslim.com yang menurunkan berita pada tahun 2010 secara provokatif memuat judul Kristenisasi Korban Bencana Merapi Didukung Petinggi NU?

Isi berita ini ternyata ada dua kejadian. Sama seperti kasus pemberitaan nahimunkar.org. satu berita mengulas kristenisasi di tengah korban Merapi tahun 2010 dengan tanpa narasumber yang jelas dan sangat tendensius jauh dari konten jurnalistik. Berita kedua kerjasama antara NU dengan HKBP dalam perihal kemanusiaan. Dua berita ini disandingkan seolah NU mendukung kristenisasi korban bencana. Tentunya dengan memakai tanda tanya agar selamat dari jeratan UU ITE.

Sebenarnya isu kristenisasi ini menarik dan hampir terjadi di setiap ada bencana. Sumbernya terkadang dari situs yang tidak kredible tetapi mudah percaya. Cara memainkan isu dengan mendaur ulang konten lama dan menyandingkan dua kejadian seolah berhubungan adalah metode yang selalu digunakan.

Biang keladi isu kristenisasi berawal dari sumber yang memang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Tujuannya sebenarnya hanya menggugah emosi dan memecahbelah masyarakat di tengah bencana. Masyarakat seolah mendapatkan beban baru selain harus menanggung duka dan derita akibat bencana.

Sejatinya, bantuan kemanusiaan tidak harus melihat latar belakang agamanya. Begitu pula membantu orang sudah tidak perlu ditanya agamanya apa? Rasulullah ketika ada jenazah Yahudi beliau berdiri karena menghargai. Tidak lagi melihat agamanya, tetapi karena jati diri kemanusiaannya.

Memang terkadang agama dibawa-bawa oleh kelompok tertentu hanya untuk membuat gaduh. Dalam persoalan bencana saja mereka memperalat agama sebagai alat biking gaduh, apalagi dalam persoalan politik. Semoga para korban selalu diberikan kemudahan dan tidak terganggu dengan isu murahan yang selalu dihembuskan di setiap kali ada bencana.

Facebook Comments