Menolak Kemudaratan dalam Dakwah

Menolak Kemudaratan dalam Dakwah

- in Narasi
6
0

Prinsip dalam kaidah fikih yang mengatakan, “menolak kemudaratan lebih utama ketimbang mewujudkan kemaslahatan” bukan hanya sebuah konsep hukum, tetapi juga panduan hidup yang tepat untuk kehidupan sehari-hari, khususnya dalam berdakwah. Prinsip tersebut mengajarkan kita bahwa dalam setiap tindakan, terutama dalam menyebarkan ajaran agama, kita harus lebih mengutamakan pencegahan terhadap kerusakan, meskipun kadang-kadang itu berarti harus mengorbankan sebagian kemaslahatan yang lebih besar.

Dakwah yang bertujuan untuk membawa umat pada kebaikan harus dilakukan dengan bijaksana. Salah satu bentuk kebijaksanaan dalam dakwah adalah dengan menjaga agar pesan yang disampaikan tidak menimbulkan kemudaratan, baik itu dalam bentuk perpecahan sosial, radikalisasi, atau bahkan kekerasan.

Dakwah Islam sejatinya adalah ajakan untuk hidup dalam kedamaian, saling menghormati, dan mencari kebahagiaan yang hakiki di dunia dan akhirat. Namun, dalam beberapa kasus, dakwah bisa disalahgunakan untuk tujuan yang bertentangan dengan prinsip dasar Islam, seperti menyebarkan kebencian atau kekerasan.

Sebagai contoh, radikalisasi agama sering kali dimulai dengan penyebaran ideologi yang sempit dan ekstrim. Dalam beberapa kasus, dakwah yang bertujuan baik bisa menjadi berbahaya jika disampaikan dengan cara yang memprovokasi atau menghasut kebencian terhadap pihak lain. Hal ini tentunya bertentangan dengan ajaran Islam yang sejati, yang menekankan pada perdamaian, kasih sayang, dan saling menghormati.

Fenomena terorisme yang mengatasnamakan agama, yang di lakukan oleh sejumlah kelompok radikal yang telah menafsirkan ajaran Islam secara salah, dengan memanfaatkan ketidakpuasan sosial dan ekonomi untuk menyebarkan ideologi kekerasan. Dakwah yang menyebarkan paham ini jelas bertentangan dengan prinsip Islam yang mementingkan kemaslahatan bersama, serta menjaga kesejahteraan dan kedamaian umat.

Prinsip ini juga berhubungan erat dengan pentingnya pendekatan dakwah yang moderat. Sebagai umat Islam, kita dituntut untuk tidak hanya memahami ajaran agama secara benar, tetapi juga untuk menyampaikannya dengan cara yang penuh hikmah dan bijaksana. Dakwah yang penuh dengan kebijaksanaan akan menghindarkan umat dari bahaya radikalisasi dan menumbuhkan rasa saling pengertian antar sesama.

Menurut Dr. Muhammad al-Ghazali, seorang cendekiawan Muslim, dalam bukunya Fikr al-Islam wa al-Mu’asirah (1994), dakwah yang mengutamakan nilai-nilai moderasi dan kedamaian akan lebih mendatangkan manfaat jangka panjang daripada dakwah yang disampaikan dengan cara yang keras dan provokatif. Dakwah yang mendorong umat untuk berpikir kritis, menerima perbedaan, dan hidup berdampingan dalam kerukunan adalah cara yang lebih efektif dalam menjaga kedamaian umat.

Lebih jauh lagi, para ulama Indonesia juga mengingatkan pentingnya menjaga esensi dakwah agar tidak menyimpang menjadi ajakan yang berbahaya bagi masyarakat. Menurut ulama besar Indonesia, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dakwah harus menjadi jembatan untuk menyatukan umat, bukan untuk memecah belah. Gus Dur selalu mengedepankan dakwah yang menghargai pluralisme dan keberagaman, serta tidak memaksakan satu pandangan atau paham agama kepada orang lain.

Fenomena radikalisasi agama di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia, menjadi tantangan besar bagi umat Islam dan negara. Radikalisasi agama sering kali tumbuh subur di lingkungan yang penuh ketidakadilan sosial dan ekonomi. Kelompok-kelompok radikal memanfaatkan ketidakpuasan masyarakat untuk menyebarkan ideologi ekstrem, yang sering berujung pada tindak kekerasan. Dakwah yang bijaksana, moderat, dan mengutamakan kesejahteraan sosial sangat penting untuk mencegah terjadinya radikalisasi.

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of Terrorism (2020), radikalisasi sangat dipengaruhi oleh faktor sosial dan ekonomi. Dalam masyarakat yang tidak adil, kelompok-kelompok radikal sering kali mendapatkan tempat untuk berkembang. Oleh karena itu, dakwah yang mengutamakan pemahaman agama yang moderat dan mengedepankan keadilan sosial bisa menjadi salah satu solusi untuk mencegah berkembangnya ideologi radikal.

Tentu saja, pemerintah juga memainkan peran yang sangat penting. Negara harus memastikan bahwa ajaran agama disampaikan dengan cara yang benar dan tidak menimbulkan perpecahan. Kebijakan yang menekankan pentingnya moderasi beragama dan memerangi radikalisasi melalui pendidikan dan dakwah yang penuh dengan kedamaian sangatlah diperlukan. Negara juga harus memastikan bahwa penyebaran ideologi radikal tidak terjadi di ruang publik atau lembaga pendidikan.

Prinsip “menolak kemudaratan lebih utama ketimbang mewujudkan kemaslahatan” penting untuk dakwah Islam di Indonesia. Dengan menerapkan prinsip tersebut, kita dapat mencegah penyebaran ideologi yang merusak dan menjaga agar agama tetap menjadi sumber kedamaian, bukan konflik. Dakwah yang bijaksana, toleran, dan moderat adalah kunci untuk menjaga kemaslahatan umat dan masyarakat, serta mencegah kemudaratan yang lebih besar.

Facebook Comments