Ramadhan: Bulan Anti Terorisme

Ramadhan: Bulan Anti Terorisme

- in Narasi
1804
0
Ramadhan: Bulan Anti Terorisme

Entah kata apa yang pantas untuk para pelaku bom bunuh diri di tiga gereja sekaligus. Pastinya mereka dikecam oleh banyak orang, terutama oleh seluruh masyarakat Surabaya dan orang-orang yang berada di tempat kejadian. Mereka dikecam karena tindakannya sangat menodai citra Negara Indonesia yang dikenal menjunjung tinggi persatuan dan perdamaian antar sesama manusia. Mereka juga dikecam karena pemboman dilaksanakan menjelang bulan Ramadhan tiba.

Ada tiga hal yang perlu kita perhatikan dalam peristiwa pemboman kaitannya dengan bulan Ramadhan. Pertama, bulan Ramadhan yang suci dan penuh kasih sayang ini tidak sepantasnya disambut dengan perbuatan yang keji dan munkar. Ramadhan sudah tidak dihormati dan tidak dianggap sebagai bulan pemancar kedamaian untuk individu dan kolektif. Kedua, dalam pandangan Negara lain seolah kita sebagai bangsa Indonesia diajarkan menyambut bulan Ramadhan dengan melakukan bom bunuh diri di tempat-tempat yang telah ditentukan. Ketiga, dikhawatirkan terorisme dianggap hal biasa yang tidak perlu difikirkan, toh jika waspada tetap saja terjadi teror sekalipun menjelang bulan Ramadhan.

Dari situ kita bisa memahami bahwa terorisme tidak selalu identik dengan agama, karena ketika melakukan teror, mereka sudah tidak memikirkan Tuhan sebagai tujuan utama, tetapi yang difikirkan hanyalah harapan-harapan kosong atau angan-angan kosong untuk mendapatkan kebahagiaan abadi di surga. Padahal untuk masuk surga indikatornya adalah berbuat baik kepada siapapun dan dalam keadaan apapun, bukan melakukan bom bunuh diri.

Terorisme No, Perdamaian Yes

Seharusnya mereka menyambut bulan Ramadhan dengan mempersiapkan fisik dan mentalnya untuk melaksanakan puasa dan berbuat baik lainnya, bukan untuk melakukan teror bom bunuh diri dan melukai orang lain. Persiapan fisik perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan tubuh, agar dalam melaksanakan puasa bisa penuh sampai akhir bulan Ramadhan. Selain persiapan fisik, persiapan mental juga perlu dilakukan untuk menjaga kestabilan emosional dalam menjalankan puasa.

Persiapan-persiapan ini penting karena di dalam bulan Ramadhan kita digembleng untuk menjadi orang yang patuh pada kebaikan dan kontra terhadap keburukan, termasuk terorisme. Selama bulan Ramadhan, kita tidak pernah diajarkan melakukan aksi teror. Jangankan terorisme, menggunjing saja kita tidak diperbolehkan, apalagi melakukan kekerasan simbolik dan fisik.

Bulan Ramadhan dikatakan bulan yang sangat tepat untuk mendisiplikan hati, fikiran, dan tubuh untuk tidak menjadi teroris, karena di dalamnya terkandung nilai-nilai perdamaian yang bisa meredam sifat-sifat teroris. Di antara nilai-nilai perdamaian yang ada di dalam bulan Ramadhan ialah pertama, menahan. Dalam bulan Ramadhan, seluruh umat Islam diperintahkan untuk puasa. Puasa pada hakikatnya ialah menahan dari hal-hal yang bisa membatalkan puasa atau mencederai keabsahan puasa, di antaranya ialah menahan makan, minum, nafsu, menghina, menggunjing, berbuat kekerasam, ataupun melakukan pemboman. Selama bulan Ramadhan umat Islam dilatih agar bisa menahan itu semua untuk meniti jalan hidup yang diridhai Allah.

Kedua, sabar. Allah memerintahkan berpuasa atau menahan tujuannya ialah untuk mengukuhkan kesabaran seseorang dalam menghadapi berbagai cobaan, baik cobaan terkecil maupun cobaan terbesar. Kesabaran merupakan salah satu hal yang bisa dimanfaatkan untuk bisa meredam tindakan terorisme, karena dengan kesabaran mereka bisa menyadari dan tidak terkecoh dengan rayuan-rayuan gombal dari para teroris. Betapa Allah sangat menyayangi orang sabar dan selalu melindunginya dari berbagai godaan yang bisa menghancurkan hidupnya.

Ketiga, istikomah atau kontinyuitas. Hal yang diajarkan dalam bulan Ramadhan ialah keistikomahan. Keistikomahan bisa kita lihat dari perintah puasa selama bulan Ramadhan berturut-turut, istikomah beribadah, istikomah berbuat baik, istikomah mengharap ridha Allah. Keistikomahan atau kontinyuitas ini bisa dikatakan sebagai metode pembiasaan untuk melatih umat Islam disiplin dengan perintahnya dan menjauhi larangannya, termasuk berbuat teror.

Keempat, meraih ridha Allah. Inilah yang kadang dilupakan para teroris, mereka hanya mendoktrin dan didoktrin untuk menggapai surga dengan melakukan teror. Padahal surga adalah makhluk, bukan Tuhan, mereka terpesona dengan surganya dan melupakan Penciptanya. Dalam bulan Ramadhan, kita sudah dilatih untuk disiplin terhadap perintahnya dan menjauhi larangannya, tujuannya ialah agar kita bisa mendapatkan ridha Allah.

Kelima, terciptanya kehidupan yang damai. Jika Allah yang dituju dengan kesabaran dan keistikomahan melaksanakan perintahnya, maka Allah akan memberikan kehidupan yang damai bagi seluruh umat manusia. Tidak lagi berbuat teror dan melukai diri sendiri serta orang lain.

Bulan Ramadhan merupakan bulan kasih sayang, jadi segala sesuatu yang ada di dalamnya mengandung unsur kasih sayang, bukan unsur garang. Selama bulan Ramadhan, kita dilatih untuk tidak pro dengan teroris yang menimbulkan keresahan, tetapi pro dengan tindakan baik yang menimbulkan perdamaian. Harapannya adalah kita sebagai umat Islam semakin kukuh aqidahnya dan tidak terpengaruh dengan harapan-harapan kosong dari para teroris.

Facebook Comments