Lawan Ujaran Kebencian dengan Ujaran Kecintaan

Lawan Ujaran Kebencian dengan Ujaran Kecintaan

- in Narasi
1945
0

Maraknya ujaran kebencian menunjukkan adanya ketidakberesan dalam kehidupan bermasyarakat kita. Sebab ujaran kebencian hanya akan keluar dari orang-orang yang jiwanya sedang sakit atau bahkan sekarat. Akal sehatnya pun semakin tumpul dalam mencerna kebenaran. Dunia dipandang sebagai arena konflik dan peperangan. Orang lain adalah musuh yang harus dimusnahkan. Koalisi untuk melawan pihak lain pun dilakukan. Ujaran kebencian menjadi salah satu caranya. Mereka yang setuju dengan ujaran kebencian yang diproduksi, berarti menjadi kawan. Sementara korban ujaran kebencian merupakan lawan. Secara perlahan, penyakit ujaran kebencian akan terus menyebar. Jika tidak distop sejak dini, akan terus memakan korban. Selain itu, para pelontar ujaran kebencian perlu segera mendapatkan terapi kejiwaan. Agar kembali jernih dalam berpikir dan bertingkah laku.

Ujaran kebencian adalah perkataan yang mendorong kebencian berdasarkan ras, asal etnis, agama, jenis kelamin, usia, kondisi fisik, cacat, atau orientasi seksual (Cortese, 2006: 1). Artinya segala sesuatu bisa dijadikan bahan untuk menyebarkan kebencian terhadap pihak lain. Ujaran kebencian semakin menyebar seiring dengan perkembangan teknologi. Foxman dan Wolf, dalam Viral Hate (2013: 10), menyatakan saat ini ada alat baru yang kuat untuk menyebarkan kebohongan, menimbulkan kebencian, dan mendorong kekerasan. Alat tersebut juga berguna untuk menciptakan cara-cara baru untuk berkomunikasi, mendidik, dan menghibur. Alat tersebut adalah internet. Sayangnya, internet dibiarkan menjadi platform yang kuat dan ganas untuk beragam bentuk-bentuk kebencian. Termasuk marginalisasi dan penargetan kaum minoritas, penyebaran kepalsuan yang mengancam dan menyesatkan generasi muda, polarisasi politik, dan bahkan berubah menjadi kekerasan di dunia nyata.

Mereka yang gemar dengan ujaran kebencian semakin mudah ditemukan akhir-akhir ini. Tidak hanya di dunia maya, dalam keseharian pun kerap ditemui orang-orang yang kerap memproduksi ujaran kebencian. Semakin miris saat didapati pendukung ujaran kebencian yang semakin membesar. Apalagi jika ujaran kebencian ini dikemukakan oleh tokoh-tokoh yang memiliki pendukung setia dan penggemar fanatik. Baik tokoh di dunia nyata maupun tokoh buzzer di dunia digital. Satu kalimat kebencian saja bisa merambat ke seluruh penjuru Indonesia dan semua lapisan masyarakat.

Persoalan makin runyam saat ujaran kebencian justru dilakukan oleh mereka yang mengaku sebagai orang yang beragama. Misalnya saja para pemuka agama yang mestinya memberi teladan dalam perkataan dan perbuatan tetapi senang melakukan ujaran kebencian. Apalagi jika ujaran kebencian tersebut dibungkus dengan doktrin-doktrin agama. Sehingga seolah-olah ujaran kebencian itu dibenarkan oleh agama atau dibuat dalam rangka membela agama. Ujaran kebencian itu akhirnya terus menggelinding di masyarakat. Menjadi viral dan ditiru oleh banyak orang. Akibatnya, agama berubah menjadi alat penghasut kedengkian. Ajaran tuhan tentang cinta kasih ditindas secara serampangan oleh para pelaku ujaran kebencian yang mengatasnamakan agama. Tidak heran, semakin banyak orang yang skeptis dengan agama. Sebab alih-alih membawa perbaikan, agama justru menjadi sumber konflik horizontal.

Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dibuatkan gerakan tandingan melawan ujaran kebencian. Tindakan awal yang dilakukan adalah menghentikan segala bentuk ujaran kebencian kepada sesama. Dalam interaksi secara langsung, memang ujaran kebencian relatif lebih dapat dikontrol dibandingkan saat berinteraksi di dunia maya. Tetapi saat kita berinteraksi melalui media sosial, ujaran kebencian lebih sering terjadi. Khususnya saat kita membagikan tulisan, meme, maupun video pendek yang berisi ujaran kebencian. Mulai sekarang, hentikan hal tersebut. Sungguh, tidak ada manfaatnya sama sekali menyebarkan ujaran kebencian kepada sesama.

Setelah berhasil mengontrol diri untuk tidak melakukan ujaran kebencian, maka perlu ditindaklanjuti dengan mempromosikan ujaran kecintaan. Gerakan ini merupakan upaya untuk mengembalikan fitrah manusia sebagai mahluk yang gemar berkasih sayang. Daripada membagikan tautan tentang kebencian, lebih baik memberikan informasi mengenai kebaikan dan cinta kasih. Banyak sekali tulisan dan video inspiratif mengenai kasih sayang antar sesama manusia. Tokoh-tokoh agama yang gemar memberikan inspirasi kelembutan terhadap sesama pun mudah ditemui. Mereka inilah yang istiqomah merawat teladan rasulullah dalam berinteraksi dengan sesama. Saling menghargai dan menghormati. Bukan terus-menerus menyebarkan kebencian kepada orang lain. Ujaran kecintaan bisa menjadikan bangsa ini damai sejahtera. Dijauhkan dari konflik dan pertikaian.

Facebook Comments