Setiap orang berpotensi untuk bisa menulis dengan baik, meski hanya satu paragraf. Andai, setiap orang menulis lima belas kata saja di dinding atau status sosial medianya tentang perdamaian, maka kemungkinan besar umat manusia merasakan betapa indahnya kedamaian. Pun sebaliknya, ketika di sosial media banyak status atau tulisan yang berisi cacian, hinaan, pertengkaran, maka dunia serasa berantakan tak karuan, kacau. Inilah alasannya, penting adanya relawan literasi damai demi menjaga keutuhan NKRI dan kedamaian umat manusia.
Memetik hasil survei APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), hampir separuh penduduk Indonesia sudah menggunakan internet, yaitu 143,26 juta dari 262 juta jiwa. Rata-rata, berkisar 1-7 jam dalam mengakses internet setiap harinya. Ini artinya, bahwa dunia maya sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia, bahkan bisa menjadi kebutuhan pokok dengan mengingat pentingnya informasi.
Inilah yang menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menjaga ruang sosial maya yang sehat, damai, mendidik, dan mencerdaskan. Sebab, konten-konten yang mengajak pada intoleransi, kekerasan, permusuhan, kebencian, radikal, teror, hoax, dan kebejatan lainnya, seabrek berkeliaran di dunia maya. Tentu, konten atau situs benalu ini harus kita musnahkan.
Sebenarnya, menciptakan perdamaian melalui dunia maya bukanlah suatu hal sulit, tetapi tidak boleh diremehkan. Sebab, kekuatan orang-orang yang mengajak atau menyarankan orang-orang pada hal-hal yang negatif juga sangat kuat. Karena itu, menggerakkan orang-orang terdekat atau siapapun, terutama anak-anak muda untuk berkontribusi dalam mendamaikan umat manusia melalui tulisan, sangat penting untuk dilakukan. Tulisan-tulisan tentang kedamaian harus lebih banyak dari tulisan-tulisan yang mengandung perpecahan.
Baca juga :Mewujudkan Milenial Anti Hoaks
Marilah kita bersama-sama mengajak orang-orang untuk menyuarakan pentingnya perdamaian. Karenanya, siapapun kita, harus mampu atau bisa mendamaikan meski melalui tulisan. Memperbanyak bacaan-bacaan tentang perdamaian adalah kunci awal menulis perdamaian. Ingatlah, bahwa dunia nyata maupun dunia maya, saat ini sangat mengkhawatirkan lantaran banyaknya tulisan-tulisan yang mengandung adanya adu domba, perpecahan, penistaan, dan hal-hal yang merusak keharmonisan umat manusia.
Karena itu, mengajak generasi-generasi untuk bisa menulis, terutama tentang perdamaian, merupakan suatu kewajiban bagi relawan milenial. Semangat untuk menjadikan orang lain melek dalam dunia literasi dan sosial media harus dikedepankan. Arahkan orang-orang untuk rajin membaca dan menulis untuk membangun karakter yang positif, yang membawa pada kesalehan sosial, yang bisa berdamai tanpa membeda-bedakan golongan, suku, ras, dan agama.
Tetapi, jika kita lalai, malas dan tidak mau repot, terlebih membiarkan anak-anak muda bergantung pada televisi, berguru pada Youtube, Facebook, dan semacamnya, maka mereka akan sangat mudah terserang konten-konten radikal yang seharusnya tidak mereka konsumsi. Pada akhirnya, mereka yang telantar dalam dunia sosial media, ia akan mudah terbawa arus, terombang-ambing, bahkan tak menutup kemungkinan untuk menyebar berita-berita hoax dan pertikaian.
Demi menimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan lantaran dunia maya, maka sekali lagi, konten-konten perdamaian harus lebih banyak dibanding konten-konten atau situs-situs yang membahayakan. Kalau sekiranya anak-anak lebih condong menggunakan sosial media, salah satunya Facebook, maka relawan milenial harus aktif membuat tulisan-tulisan singkat, padat, dapat dimengerti semua kalangan di Facebook tentang perdamaian. Jangan terlalu banyak, karena kebanyakan orang malas membaca, buat tidak lebih dari tiga paragraf saja. Asalkan mengena dan pesan tersampaikan dengan baik.
Ketika orang-orang, terutama yang masih muda-muda sering menemukan tulisan perdamaian, maka otomatis mereka akan condong untuk bertingkah damai. Nah, salah satu meramaikan sosial media dengan tulisan-tulisan perdamaian, meski hanya sekedar kata-kata, maka sungguh amat sangat penting mengajak orang-orang menulis tentang pentingnya perdamaian, indahnya kerukunan, dan harmonisnya kehidupan.
Ingatlah, menjadikan sosial media sebagai ladang kebaikan, merupakan suatu perbuatan mulia yang bisa dilakukan oleh siapa saja. Mari hiasi dinding-dinding sosial media dengan tulisan-tulisan perdamaian dengan cara menggerakkan literasi perdamaian kepada siapa saja dan di mana saja. Misal, bertemu seseorang, lalu mengajak untuk membuat status yang mengajak untuk berdamai bagi yang sedang bermusuhan, maka hal itu merupakan salah satu bukti bahwa kita sudah menyuarakan perdamaian.
Satu hal yang mungkin bisa dijadikan sebagai pemicu untuk semangat menulis, sebagaimana ungkapan sastrawan terkenal kita, Pramoedya Ananta Toer. “Orang boleh pandai setinggi langit. Tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Karenanya, menulislah meski satu paragraf setiap harinya, terutama tentang perdamaian.