Salam Pancasila Untuk Kita Semua

Salam Pancasila Untuk Kita Semua

- in Narasi
1819
1
Salam Pancasila Untuk Kita Semua

Nabi pernah bersabda “Salamatul insan bihifdzillisan” yang berarti lisan menjadi indikator utama keselamatan insan. Maka, lisan adalah kunci meraih keselamatan, dan orang yang pandai menjaga lisannya akan terjaga keselamatannya. Oleh karenanya, diskursus mengenai “salam” menjadi pertanda awal terjaga atau terancamnya keselamatan seseorang.

Berbicara mengenai keselamatan, Pancasila adalah ideologi keselamatan yang dapat diterima semua golongan. Pancasila mampu menyelamatkan keragaman etnik, suku, agama, dan budaya dalam satu tujuan membesarkan dan menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam panggung politik, Pancasila menjadi kompromi antara satu kelompok dengan kelompok lainnya dalam menyepakati suatu gagasan.

Menyadari bahwa Pancasila adalah ideologi penyelamat bangsa, akhirnya istilah “Salam Pancasila” menjadi jargon dalam membangun persatuan. Memang yang terjadi belakangan ini, kata “salam” menjadi klaim tersendiri atas fanatisme kelompok. Hal inilah yang menjadi tanda tanya besar, mengapa akhir-akhir ini hakikat keselamatan dinilai berhak dimiliki kelompok tertentu, bukan semua kelompok?.

Baca Juga : Pancasila Itu Agamis

Misalnya ungkapan “Assalamualaikum” yang sering dipraktikkan umat muslim. Kalimat ini memiliki makna “keselamatan untuk kalian semua” bukan “keselamatan untuk umat Islam”. Tidak hanya berkonotasi untuk umat muslim saja, namun semua orang berhak didoakan agar selalu mendapatkan keselamatan.

Inilah salah satu bentuk kasih sayang Tuhan kepada seluruh umat manusia. Ia selalu mengaitkan makhluk satu dengan makhluk lainnya dengan aturan keterikatan. Dan dalam konsep ini, Islam sebagai agama yang sempurna mempunyai konotasi positif dalam susunan “salam” yang menjadi pembuka pembicaraan. Tidak heran jika Nabi selalu menyerukan penyebaran afsyu al-salaam (ideologi keselamatan) bagi semua orang.

Namun dalam konsep agama masa kini, keselamatan justru menjadi magnet penarik dalam menggait masa sebanyak-banyaknya. Suatu kelompok mengklaim keselamatan untuk kepentingan individualistik kelompoknya. Sehingga dengan mudah, ia melempar istilah kafir (tertutup) kepada kelompok lainnya. Sikap individualistik inilah yang menjadi sumber ancaman bagi kesatuan dan persatuan Indonesia.

Bagi saya, agama adalah sumber ajaran luhur yang bisa menghormati semua manusia. Ia mampu mengatur hubungan ketuhanan sekaligus hubungan sosial dalam sebuah aturan. Sehingga seseorang yang beragama haruslah mempunyai keseimbangan dalam laku sosial dan hubungan ketuhanan. Satu sisi ia harus melakukan ritual peribadatan untuk menuju kedekatan dengan Tuhan. Dan di sisi lain, ia harus menjaga laku sosial untuk menjaga hubungan dengan makhluk lainnya.

Itu sebabnya, mengapa Tuhan tidak menempatkan konsep ibadah pada tataran ritual belaka, seperti sholat. Namun agama Islam juga menempatkan tolong menolong, menghormati orang lain, dan kesalehan laku terhadap makhluk lainnya sebagai sebuah ibadah yang mendapat pahala dari Allah swt.

Islam bukanlah agama egois yang menjadikan surga untuk golongan ulama-ulama saja. Bahkan, non muslim yang sehari sebelum kematiannya memeluk agama Islam, semua kesalahannya akan dihapuskan oleh Allah swt. Berarti semua dosa yang dilakukannya di masa lalu tidak lagi berguna, maka surga lah yang menjadi tempat kembalinya.

Sungguh tidak pantas jika kita mengklaim keselamatan untuk individu atau kelompok tertentu saja. Karena makna keselamatan merupakan rahasia Allah swt dan tidak ada satu orang pun yang mengetahuinya. Bisa saja, orang yang kita anggap tidak selamat justru melakukan kebajikan yang membuat Allah senang sehingga menjadikan dirinya berada dalam tingkatan tinggi sebagai kekasih Allah. Dan bisa saja, diri kita sendiri yang kita anggap akan selamat, melakukan tingkah kejahatan yang membuat Allah murka sehingga menurunkan tingkat kita ke dalam tingkat yang serendah rendahnya.

Tugas kita hanya mendoakan kebajikan untuk seseorang. Barangkali berkat doa kebajikan yang kita panjatkan, Allah menjadi suka dengan diri kita, dan menjadikan kita dalam tingkatan makhluk yang dikasihinya. Bukankah mendoakan kebajikan orang lain juga termasuk ajaran yang dicontohkan Nabi Muhammad saw?. Dalam konteks kebangsaan, ada baiknya jika “Salam Pancasila” dilestarikan. Karena selain diterima semua golongan, Pancasila juga mengandung lima butir nilai kebajikan yang turut menjadi doa sekaligus keselamatan untuk diri sendiri maupun bangsa. Dalam lima silanya, kita kembali didoakan keselamatan dalam aspek keimanan, kemanusiaan, persatuan, membangun hubungan kerja yang baik, serta mempunyai keadilan yang bagi semua orang.

Facebook Comments