Siapa Sunnah Siapa Syiah?

Siapa Sunnah Siapa Syiah?

- in Keagamaan
4442
0

Sementara itu, kelahiran madzhab Syiah dimulai paska terjadinya perang Shiffin, yaitu perang saudara antara umat Islam. Ali bin Abi Thalib yang kala itu telah menjadi khalifah Islam yang sah paska wafatnya Utsman bin ‘Affan, melawan pemberontakan yang dilakukan gubernur Damaskus Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Peperangan diakhiri dengan arbitrase antara pihak Ali dan Mu’awiyah yang merugikan Ali.

Tentara Ali yang kecewa dengan putusan Arbitrase itu kemudian keluar dari barisan dan tidak lagi mendukung. Mereka yang keluar inilah dalam sejarah Islam dikenal sebagai kelompok Khawarij, dan mereka yang tetap berada di belakang Ali dikenal sebagai Syiah (pendukung) Ali. Belakangan, Abdurrahman bin Muljam –salah seorang khawarij- melakukan pembunuhan terhadap Ali yang dianggap telah keluar dari Islam karena mengikuti Arbitrase.

Dus, kata Syiah pada awalnya merepresentasikan pilihan politik sebagian masyarakat Muslim. Syiah kala itu menjadi ungkapan bagi para pendudukung kekhalifahan yang sah (Ali) dan penumpas pasukan pemberontak (Mu’awiyah). Pasukan Syiah kala itu didominasi oleh orang-orang Irak yang tinggal di Kufah dan Najaf. Hal ini mengingat bahwa ibukota Islam kala itu telah berpindah dari Madinah ke Kufah.

Paska tewasnya Khalifah Ali oleh kelompok Khawarij, pasukan pemberontak menemukan titik terang bagi upaya merebut kekhalifahan. Para pendukung Ali (Syiah) dikejar dan dibunuh untuk dihabisi. Sesaat setelah peristiwa ‘aam jamaah (tahun persatuan), dimana Hasan putra Ali yang telah ditahbis sebagai Khalifah menyerahkan tampuk kekuasaan pada pemberontak Mu’awiyah, yang disusul dengan kematian Hasan dan Husein, para pendukung Ali dan keturunannya mendapat perlakuan tidak menyenangkan. Berdirinya dinasti Umayyah I membenamkan peran politik para pengikut Ali, hingga banyak di antara mereka bersembunyi dari kejaran pemerintah.

Peran Syiah dalam kancah politik Islam kembali hadir di saat keruntuhan Dinasti Umayyah. Syiah kala itu bersama dengan para keturunan Abbas berkaloborasi menumbangkan kekuasaan Umayyah di Damaskus dan mendirikan kekhalifahan baru bernama Abbasiyah (132 H/ 750 M). Namun, kolaborasi ini pun tidak berlangsung lama. Syiah kembali dipinggirkan oleh penguasa Abbasiyah dan dianggap sebagai ganjalan yang membahayakan. Syiah kembali dikejar dan diburu untuk dihabisi.

Pengejaran terhadap para keturunan Ali dan pengikutnya (Syiah) selama masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah berimbas pada eksodus (mengungsi) besar-besaran para pengikut Syiah ke berbagai belahan dunia. Mereka bermigrasi ke wilayah Yaman, Persia, India, Cina, Asia Tengah, Afrika, bahkan Nusantara. Proses migrasi inilah yang diikuti dengan membawa tradisi, ritus, ajaran, dan kebudayaan Syiah.

Ketegangan antar umat Islam penganut Sunnah dan Syiah yang pernah dan berpotensi terjadi di Indonesia belakangan ini sesungguhnya bukan hal baru. Sebelumnya, di berbagai konflik di Timur Tengah ketegangan antara dua kelompok mayoritas Muslim ini pun terjadi.

Namun, ketegangan yang masih terjadi antara Sunnah-Syiah –dalam bentuk politik maupun ideologi keagamaan- bukan berarti tidak dapat diselesaikan. Dalam dunia internasional Kontemporer pengakuan Syiah sebagai bagian dari al-Firqah al-Islamiy (kelompok Islam) oleh negara-negara Islam yang tergabung di OKI merupakan awal baru dari upaya merengangkan ketegangan. Upaya dialog dan saling berkomunikasi secara ma’ruf (baik dan damai) bisa salah satu solusi untuk meredakan kebencian.

Facebook Comments