Negara ini menjadikan peristiwa Isra Mi’raj Nabi sebagai hari libur nasional. Tentu saja ini merupakan sebuah penghargaan negara ini terhadap salah momentum penting dalam sejarah Islam. Namun, hal paling pokok dari momentum tersebut bagaimana bangsa ini memaknai momentum Isra Mi’raj untuk kepentingan bangsa ini.
Di tengah masyarakat Indonesia, peristiwa Isra Mi’raj diperingati dengan pelbagai kegiatan mulai dari pengajian, perlombaan bernuansa islami, penampilan kesenian dan ragam kegiatan lainnya. Bahkan pada level pemerintahan, peringatan Isra Mi’raj diperingati di Istana negara sebagaimana tahun ini diperingati di Istana Bogor.
Lalu, apa makna peringatan ini untuk bangsa? Sebagaimana telah dimafhumi bersama bahwa peristiwa Isra Mi’raj merupakan satu istilah untuk menggambarkan dua kejadian penting. Peristiwa ini menggambarkan perjalanan Nabi dalam satu malam yang melakukan perjalanan dari Makkah ke Baitul Maqdis (Palestina) atau dikenal Isra’ yang disambung ke “Sidratul Muntaha” (satu tempat di atas langit ketujuh) yang dikenal dengan Mi’raj. Pada peristiwa inilah Nabi Muhammad SAW mendapat perintah menunaikan salat lima waktu sehari.
Peristiwa ini merupakan pengalaman spiritual seorang hamba yang susah untuk bisa diterima secara rasional-materialistik. Peristiwa Isra Mi’raj merupakan salah satu mukjizat Nabi sebagaimana mukjizat lainnya yang susah diterima akal biasa. Mukjizat merupakan penegasan kebenaran seorang Nabi sebagai kejadian di luar kebiasaan manusia biasa. Penerimaan mukjizat tidak murni akal, tetapi membutuhkan keimanan untuk mempercayainya.
Sesungguhnya bangsa ini juga membutuhkan keimanan dan kepercayaan diri yang kuat untuk bangkit dan setara dengan bangsa lain sebagai negara yang berdaulat, mandiri dan sejahtera. Butuh kepercayaan seluruh komponen bangsa yang memiliki keimanan yang kuat untuk memperbaiki bangsa ini. Apa modal yang harus kita miliki?
Isra Mi’raj merupakan momentum penting Nabi diberikan mandat shalat. Ibadah shalat merupakan media untuk mencapai kesalehan spiritual individual, hubungannya dengan Allah. Tetapi shalat juga menjadi sarana menguatkan hubungan sosial. Hal ini sebagaimana Firman Allah dalam ayat sebagai berikut, “Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar” (QS al-Ankabut: 45).
Isra Mi’raj mengajarkan bangsa ini untuk selalu naik tingkat memperbaiki diri. Menjadi bangsa yang kuat dan mandiri dalam berbagai aspek membutuhkan kepercayaan sebagaimana umat Islam mengimani peristiwa mukjizat. Kepercayaan masyarakat terhadap pemimpinnya, kepercayaan pemerintah terhadap warga negaranya dan kepercayaan masyarakat dengan masyarakat perlu ditumbuhkan untuk menjaga persatuan bangsa ini.
Cara bangsa ini meningkatkan diri adalah dengan memperkuatt relasi spritual seorang hamba dengan Tuhan dan memperkuat relasi sosial antara manusia dengan sesamanya. Shalat mengajarkan bagaimana cara mendekatkan diri dengan Tuhan, tetapi mempunyai dimensi sosial menjaga kerukunan dan harmoni sosial.
Karena itulah, Isra Mi’raj bagi bangsa ini harus dimaknai sebagai momentum meningkat derajat bangsa ini lebih tinggi melalui penguatan relasi spiritual dan relasi sosial kemanusiaan. Isra Mi’raj berarti penguatan relasi Islam dan kebangsaan sebagai pondasi memperkokoh keutuhan bangsa ini.