Setelah berakhirnya bulan Ramadan, semangat persaudaraan yang terjaga selama puasa tidak boleh berhenti. Sebaliknya, semangat tersebut harus terus dilanjutkan dan ditingkatkan, terutama dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam menghadapi tahun politik di Indonesia. Data menunjukkan bahwa semangat persaudaraan dapat terus melanggengkan di masa pasca Ramadan, dan dapat menjadi faktor penting dalam membangun kesatuan dan persatuan bangsa.
Menurut survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2021, sebanyak 81,9% responden mengaku bahwa semangat persaudaraan masih terjaga setelah berakhirnya bulan Ramadan. Survei tersebut dilakukan pada sekitar 90.000 responden di seluruh Indonesia. Data ini menunjukkan bahwa semangat persaudaraan masih kuat di masyarakat Indonesia.
Dalam konteks tahun politik di Indonesia, semangat persaudaraan yang terjaga dapat menjadi faktor penting dalam membangun kesatuan dan persatuan bangsa. Data dari survei yang dilakukan oleh Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) pada tahun 2021 menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sangat memperhatikan stabilitas politik dalam pemilihan umum. Sebanyak 79,4% responden menyatakan bahwa stabilitas politik sangat penting bagi Indonesia.
Semangat persaudaraan yang terjaga selama bulan Ramadan dapat menjadi faktor penting dalam membangun kesatuan dan persatuan bangsa, terutama dalam menghadapi tahun politik di Indonesia. Semangat ini akan membawa gelora positif yang mengurangi pertengkaran dan perpecahan selama berlangsungnya agenda perpolitikan di Indonesia.
Upaya Membangun Politik Programatik
Dalam menyikapi potensi perpecahan yang mungkin terjadi pasca Idul Fitri, terutama pada tahun politik, program politik yang berfokus pada pencegahan konflik dan peningkatan persatuan masyarakat sangat penting. Beberapa program politik programatik yang dapat diimplementasikan untuk mencegah perpecahan selama Idul Fitri adalah sebagai berikut:
Pertama, membangun kesadaran bersama tentang pentingnya persatuan dan kerukunan sosial. Pemerintah dan lembaga-lembaga yang terkait harus meningkatkan kampanye sosialisasi tentang pentingnya menjaga persatuan dan kerukunan sosial pasca Idul Fitri, terutama pada tahun politik. Dalam kampanye sosialisasi ini, penting untuk menekankan nilai-nilai persatuan dan toleransi antar kelompok masyarakat yang berbeda.
Kedua, mendorong dialog antar kelompok masyarakat. Mendorong dialog antar kelompok masyarakat yang berbeda pandangan politik dapat membantu memperbaiki hubungan antar kelompok dan mengurangi potensi konflik. Pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat dapat memfasilitasi forum diskusi dan dialog antar kelompok masyarakat.
Ketiga, meningkatkan keamanan dan kesiapsiagaan pasca Idul Fitri. Pemerintah dan aparat keamanan perlu meningkatkan keamanan dan kesiapsiagaan pasca Idul Fitri, terutama pada tahun politik. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan patroli keamanan di tempat-tempat yang rawan konflik, seperti daerah perbatasan antar kelompok masyarakat yang berbeda pandangan politik.
Keempat, pembentukan komunitas toleransi. Hal ini menjadi program yang efektif untuk mencegah perpecahan pasca Idul Fitri. Program ini bertujuan untuk membentuk sebuah komunitas yang menghargai perbedaan pandangan politik dan mampu menjaga persatuan dan kerukunan di tengah perbedaan tersebut. Menurut data yang dirilis oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Indonesia memiliki tingkat melek huruf yang cukup rendah, yaitu sekitar 94%. Dengan peningkatan kualitas pendidikan, diharapkan masyarakat Indonesia akan lebih mampu memahami pentingnya persatuan dan kerukunan di tengah perbedaan pandangan politik.
Memaksimalkan Politik Programatik Sebagai Sarana Perdamaian
Penting untuk diingat bahwa politik programatik yang ditawarkan oleh partai politik dan kandidat haruslah autentik dan tidak hanya menjadi kampanye politik semata. Program-program ini haruslah direncanakan dengan matang dan dilaksanakan dengan baik, sehingga dapat memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat. Partai politik dan kandidat juga harus mampu mengkomunikasikan program-program ini secara efektif kepada masyarakat, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan dukungan dari warga.
Selain itu, politik programatik juga harus memperhatikan konteks lokal dan budaya masyarakat di Indonesia. Misalnya, dalam konteks Idul Fitri, partai politik dan kandidat harus memahami tradisi dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Muslim di Indonesia, serta menyesuaikan program-program politik programatik mereka dengan nilai-nilai tersebut.
Terakhir, politik programatik juga harus didukung oleh tindakan nyata dari partai politik dan kandidat dalam memperkuat persatuan dalam masyarakat. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sosial yang melibatkan warga lintas agama, seperti kegiatan bakti sosial atau kegiatan keagamaan bersama. Dengan cara ini, politik programatik akan menjadi senjata efektif untuk dijadikan sebagai senjata persatuan pasca lebaran.