Islam berada di bumi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan rahmat Allah yang tiada tara. Bagaimana tidak, Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman suku, ras, dan agama. Sementara, Islam merupakan agama yang paling banyak dipeluk oleh masyarakatnya. Dan, di dalam agama Islam mengajarkan sifat rahmat (kasih sayang) baik kepada sesama umat beragama ataupun atar umat beragama. Lebih dari itu, agama Islam juga mengajarkan sifat rahmat kepada seluruh alam raya.
Islam rahmatan lil alamin merupakan jaminan kesejahteraan bagi sekalian alam. Dengan rahmatan lil alamin, setiap orang akan merasa aman dan barang-barang yang ada di alam akan utuh karena tidak ada kerusakan. Bahkan, ketika akan adanya orang ataupun makhluk lain berusaha membuat kekacauan di muka bumi, maka dengan landasan rahmatan lil alamin, umat muslim akan menjadi umat terdepan dalam rangka “memerangi” pembuat kekacauan.
Kendati demikian, rahmatan lil alamin yang diajarkan di dalam agama Islam tidak serta merta dilaksanakan oleh umatnya. Masih saja ada kelompok yang ‘mengaku’ Islam justru berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka sering kali menghancurkan fasum (fasilitas umum), membunuh orang-orang tak berdosa, hingga berusaha menghancurkan tatanan negara demi memenuhi nafsu pribadi dan kelompoknya.
Bermula dari sinilah, generasi muslim Indonesia mesti terus menggali ajaran agama Islam dengan baik dan benar. Mereka mesti memilih guru yang benar-benar mumpuni dalam mengajarkan agama Islam. Jangan sampai para generasi muda muslim terjebak ke dalam jurang kenistaan karena salah dalam memilih guru. Karena, saat ini banyak generasi muda muslim yang menginginkan menjadi seorang muslim yang kaffah, namun karena salah dalam memilih guru, mereka menjadi sosok muslim yang radikal.
Ketika seorang muslim sudah salah dalam belajar Islam, maka perbedaan yang ada di bumi NKRI bukan lagi menjadi lahan untuk berbuat rahmah namun menjadi bahan perpecahan. Kesatuan yang mestinya dipupuk dari setiap golongan justru dipecah-pecah dengan cara mencari kesalahan setiap golongan. Padahal, kesalahan menurut satu pihak bisa jadi menjadi kebenaran menurut pihak lain.
Dalam beragama, misalnya, umat muslim beriman bahwa tuhan adalah Allah dan Muhammad adalah utusannya. Keyakinan umat mulim yang benar ini akan dianggap salah oleh umat kristiani. Begitu juga dengan keyakinan umat kristiani yang menganggap kebenaran adanya trinitas (tuhan bapak, ibu, dan anak). Keyakinan ini oleh umat muslim dianggap janggal dan tidak menjadi benar. Maka, jika yang dikedepankan adalah bukan sikap rahmah, maka perpecahan akan terjadi pada keduanya.
Dalam rangka mengupayakan sifat rahmah, umat muslim mesti mengedepankan sikap tasamuh (toleransi) kepada sesama. Umat muslim harus menetapkan hati akan kebenaran yang ada dalama agama Islam. Namun, umat muslim juga mesti menghormati kebenaran yang diyakinini oleh pemeluk agama lain.
Ketika sifat toleransi dikedepankan di dalam menghadapi segala perbedaan, maka umat muslim akan menjadi sosok yang menjunjung tinggi sifat rahmat. Maka, dengan sendirinya, Islam rahmatan lil alamin bukan saja menjadi jargon yang selalu didengung-dengungkan namun akan dirasakan oleh masyarakat dunia, wabil khusus negara Indonesia yang memiliki keragaman masyarakat. Wallahu a’lam.