Sabtu, 23 November, 2024
Informasi Damai
radikalisme

radikalisme

Cerdas Bermedia Sosial, Waspada Narasi Adu Domba

Cerdas Bermedia Sosial, Waspada Narasi Adu Domba
Editorial
Begitu mudah membuat masyarakat bergerak. Tidak penting detail peristiwa, yang terpenting adalah narasi propagandis. Tidak penting fakta dan data, yang terpenting adalah narasi provokasi. Semua dikembangkan untuk membentuk opini dan memanipulasi kesadaran kolektif. Membangun narasi, entah didukung fakta atau tidak, untuk membentuk opini menjadi cara jitu dalam membunuh kesadaran logis dan tindakan rasional masyarakat. Pertanyaannya, narasi seperti apa yang paling ampuh untuk menggerakkan massa? Ternyata dalam banyak kasus, masyarakat mudah ...
Read more 0

Mengimplementasikan Pesan Pancasila, Mengubur Ideologi Terorisme!

Mengimplementasikan Pesan Pancasila, Mengubur Ideologi Terorisme!
Narasi
Meski kita telah menyatakan diri memiliki Pancasila sebagai ideologi kita bersama, nyatanya situasi kehidupan beragama di Indonesia masih jauh dari kenyataan tersebut. Kita hari ini, masih sering menyaksikan ujaran kebencian, dan tindakan mengatasnamakan ideologi terorisme. Ironis memang, mereka bahkan tak segan-segan mengangkat narasi agama untuk melegalkan tindakan pembiadapan tersebut, yang sebenarnya diharapkan mampu mewujudkan peradaban. Tentu saja, kenyataan tersebut tidak boleh berlarut-larut terjadi. Hal ini karena, fenomena ini jelas sangat ...
Read more 0

Bola dan Pancasila

Bola dan Pancasila
Narasi
Usainya pesta olahraga besar Asian Games 2018 yang sukses diselenggarakan oleh Indonesia, tak menyurutkan antusiasme masyarakat untuk tetap mendukung atlet pada berbagai cabang olahraga. Sepak bola menjadi salah satu yang memiliki tempat cukup besar di hati masyarakat. Dimulainya Liga 1 (satu) menjadi momentum klub-klub di tanah air untuk unjuk gigi menunjukkan skill dan permainan kerjasama yang cantik di lapangan bersama si kulit bundar. Tak hanya kemampuan pemain sebagai kekuatan sebuah ...
Read more 0

Hijrah dan Transformasi Sosial

Hijrah dan Transformasi Sosial
Narasi
Adalah Khalifah Umar bin Khattab yang pertama menetapkan perhitungan tahun Hijriah atau penanggalan Tahun Hijrah. Penanggalan tersebut tidak dibuat berdasarkan hari lahir Nabi Muhammad saw, bukan pula hari wafat beliau, melainkan peristiwa hijrah dari Mekkah ke Madinah (waktu itu bernama: Yasrib) yang terjadi pada 2 Juli 622 M atau tanggal 12 Rabiul Awal. Ada apa dengan hijrah? dan mengapa peristiwa itu dianggap sangat penting dalam sejarah Islam. Hijrah ke Madinah ...
Read more 0

Pancasila: Pondasi Spirit Piagam Madinah di Indonesia

Meski Pancasila hingga kini secara de facto dan de jure masih diakui sebagai dasar negara yang sah, tapi masih saja ada pihak-pihakyang menggugatnya. Terutama sekelompok orang yang mengaku beragama Islam yang suka mengkafir-kafirkan dan menyalahkan. Menganggap Pancasila dan Islam adalah dua hal yang berbeda secara diametral. Tak hanya itu, ia juga menganggap Pancasila, NKRI dan demokrasi adalah thaghuut yang tidak layak dianut. Padahal, jika kita mau menyelami sejarah Nusantara secara lebih jauh, antara Islam dan Pancasila sebenarnya sudah menyepakati kata ‘kompromi’. Lalu, masih bijakkah kita menghadapkan secara vis a vis antara Pancasila dan Agama? Secara substansi, Pancasila adalah nilai-nilai filosofis, sementara Islam adalah way of life yang mela­hirkan tata hukum se­luruh aspek kehidupan manusia. Pancasila secara subyektif hanya diberlakukan di Indonesia, sementara Islam adalah rahmat bagi alam semesta. Pancasila adalah kreatifitas intelektual manusia yang nisbi, sementara Islam adalah dinul haq dari Allah swt, pencipta alam semesta. Islam diturunkan Allah untuk menjadi rahmat bagi manusia dan seluruh alam semesta, sementara Pancasila -meminjam istilah Salahuddin Wahid-masih terjadi kesenjangan antara cita dan fakta. Membandingkan Islam dan Pancasila ibarat membandingkan volume air laut dengan volume setetes air. Islam dan Pancasila dari berbagai perspektif bukanlah dua hal yang bisa dibandingkan. Namun bukan berarti Pancasila salah, tidak ada yang salah dengan Pancasila. Sebagai seorang muslim, meski Islam belum diterapkan secara kaffah dalam sebuah negara, namun tertancap keyakinan kuat bahwa Islam akan menjadi solusi atas segara permasalahan manusia. Berbeda dengan pancasila, meski telah 72 tahun diterapkan di negeri ini, masih menyisakan kesenjangan antara cita dan realita yang hampir tak berujung. Sebagai contoh, kita sering melihat kaum beragama yang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara mendiskrimasi saudara sebangsanya, hanya karena berbeda. Tentu ini menjadi fenomena pahit yang tidak mencerminkan laku Pancasilais dalam diri masyarakat Indonesia. Pondasi Utuh Pancasila adalah seperangkat filosofi hidup (set of philosophy) yang sifatnya terbuka. Setiap orang dengan mudah bisa mengatakan bahwa dirinya adalah seorang pancasialis berdasarkan tafsiran masing-masing secara subyektif. Bahkan setiap orang juga bisa menilai orang lain tidak pancasilais dengan tafsiran yang subyektif pula. Di negeri ini agama yang jelas-jelas memiliki ‘tuhan banyak’ pun tetap bisa menyebut agamanya pancasilais (Ahmad Sastra, 2016). Maka begitu juga, mengatakan bahwa Islam itu Pancasilais adalah tidak sepenuhnya benar. Sebaliknya, mengatakan bahwa Islam tidak Pancasilais juga menjadi kekeliruan yang besar. Dalam kondisi ini, kita perlu memahami bahwa nilai-nilai yang termaktub dalam Islam dan nilai-nilai yang tercantum dalam Pancasila adalah saling bertemu tanpa tudung aling-aling sedikitpun. Jadi, sebenarnya, Islam dan Pancasila adalah pondasi kokoh mewujudkan harmoni kehidupan berbangsa, bernegara, dan beragama. Lihat saja Piagam Madinah yang pernah dibuat oleh Nabi Muhammad ketika hijrah ke Yatsrib, ia adalah bentuk nilai-nilai yang sama dengan Pancasila yang dilaksanakan di bumi Timur Tengah. Dengan demikian, Islam dan Pancasila merupakan pondasi utuh mewujudkan spirit Piagam Madinah di Indonesia. Pasalnya, di dalamnya tidak ada hasrat untuk menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain, bahkan bagi umat Islam sendiri. Sabagaimana Piagam Madinah, Pancasila juga menghendaki adanya penaungan hak dan kewajiban dalam masyarakat plural sehingga tidak terjadi tindakan pecah-belah. Piagam Madinah membuka mata kita untuk dapat melihat dan belajar bahwa spirit Islam menghendaki sebuah asas kebebasan beragama, kerukunan, keadilan, perdamaian, musyawarah, persamaan hak dan kewajiban. Begitu juga dengan Pancasila, yang merupakan terobosan filosofis, ideologis, dan historis sebagai ideologi pemersatu bangsa yang dilahirkan melalui proses negosiasi serta partisipasi yang diikuti perwakilan komunitas suku, agama, ras dan antargolongan yang ada di Indonesia, sebagai sebuah landasan kehidupan sosial politik Indonesia yang plural dan modern. (Rachman, 2006). Karena itu, Piagam Madinah maupun Pancasila bukan didesain untuk menonjolkan satu golongan saja, misalnya, dengan mencantumkan “syariat Islam” secara eksplisit,—akan tetapi dibuat dan dirancang sebagai sebuah cita-cita dan semangat bersama untuk mewujudkan kehidupan ber-Bhineka Tunggal Ika: Berbeda-beda tetapi tetap satu jua, dengan berpedoman pada prinsip demokrasi atau syura; musyawarah untuk mufakat. Pada titik inilah kita perlu bersama-sama merenungkan kembali bahwa spirit Piagam Madinah dan Pancasila ialah sebagai platform bangsa yang pluralistik. Bahkan setiap sila dalam Pancasila merupakan obyektifikasi—dalam istilah Kuntowijoyo dari nilai-nilai universal dalam setiap agama dan kepercayaan. Walaupun berbeda-beda dari segi syariat dan aqidah, ada nilai-nilai yang diyakini bersama sebagai nilai-nilai luhur. (Kuntowijoyo, 1997). Nilai-nilai bersama itu menurut Nurcholish Madjid, dalam al-Qur’an disebut dengan kalimatin sawa. Pancasila adalah kalimatin sawa—common ground. (Madjid, 1991). Dari itu, marilah sebagai warga pemeluk agama Islam agar sama-sama menjunjung tinggi Pancasila dan mengubur segala hasrat membenturkan Islam dan Pancasila. Sebab, keduanya tidaklah saling bertentangan. Justru saling menguatkan. Sebab, keduanya merupakan entitas yang harus tetap ada dalam diri umat Islam di Indonesia sebagai pondasi kokoh mewujudkan spirit Piagam Madinah yang pernah digaungkan Rasulullah berabad-abad lalu. Wallahu a’lam bish-shawaab.
Narasi
Meski Pancasila hingga kini secara de facto dan de jure masih diakui sebagai dasar negara yang sah, tapi masih saja ada pihak-pihakyang menggugatnya. Terutama sekelompok orang yang mengaku beragama Islam yang suka mengkafir-kafirkan dan menyalahkan. Menganggap Pancasila dan Islam adalah dua hal yang berbeda secara diametral. Tak hanya itu, ia juga menganggap Pancasila, NKRI dan demokrasi adalah thaghuut yang tidak layak dianut. Padahal, jika kita mau menyelami sejarah Nusantara secara ...
Read more 0

Memahami Demokrasi Secara Kritis

Narasi
Minggu ini kembali kita diingatkan serta didorongkan agar berpartisipasi sebagai warga negara yang kebetulan daerahnya melaksanakan pesta demokrasi untuk turut serta mengambil peran dalam perhelatan tersebut. Caranya adalah dengan ikut menentukan pilihan kepala daerah di dalam bilik suara. Dalam ruang demokrasi, hal inilah yang mesti dilakukan sebagai manifestasi dari keinginan menyalurkan aspirasi masyarakat. Meski demikian kita mesti mengakui bahwa dalam sistem ini sebenarnya terdapat kelemahan. Salah satunya adalah potensial memunculkan ...
Read more 0

Integrasi Agama dan Budaya

Integrasi Agama dan Budaya
Narasi
Konon, agama Islam bisa diterima oleh masyarakat Nusantara lantaran para da’i-nya merupakan orang-orang pilihan. Mereka adalah orang-orang pandai yang sehingga bisa memasukkan nilai-nilai ajaran agama Islam ke masyarakat Nusantara. Bahwa hanya orang-orang pilihanlah yang mampu berdakwah di bumi Nusantara lantaran budaya Nusantara sudah sangat tinggi. Sehingga, pekerjaan rumah (PR) para da’i di masa itu adalah mengawinkan antara budaya lokal dengan ajaran agama Islam. Dapat di bayangkan manakala saat itu masyarakat ...
Read more 0

Ulama Bijak, NKRI Tegak

Narasi
Di tengah masyarakat Indonesia yang multikurtural, peran ulama sebagai pengayom dan pemersatu umat menjadi tak tergantikan. Dalam arti, di samping menjalankan peran sebagai pendakwah, pembina, dan pembimbing umat Islam untuk selalu di jalan agama, ulama juga berperan sebagai teladan dan pengayom masyarakat agar selalu hidup rukun dan harmonis dengan saudara sebangsa. Sebab, pada dasarnya, ajaran untuk hidup rukun dan damai dengan sesama manusia adalah bagian dari ajaran Islam itu sendiri. ...
Read more 2

Menghadirkan Keberagaman: Menghadirkan Maaf

Menghadirkan Maaf
Narasi
Mungkin banyak dari kita yang pernah mendengar betapa mengerikannya sejumlah konflik bernada sara di banyak wilayah Indonesia pasca bergulirnya roda reformasi. Konflik-konflik tersebut menyisakan kepedihan dan ketakutan dalam benak banyak penyintas (sebutan untuk korban yang selamat) serta masyarakat Indonesia lainnya yang khawatir konflik yang serupa bergulir ke daerahnya. Ironisnya, belakangan ini kita bisa menyaksikan sejumlah suara-suara yang meneriakkan isu sara hanya karena dirinya merasa terjajah oleh semangat merayakan keberagaman. Seolah-olah ...
Read more 1

Kesadaran Akan Siskamling Media Maya

Narasi
Era teknologi sebagaimana yang terjadi saat ini menuntut seluruh masyarakat untuk selalu waspada akan segala bentuk kejahatan. Segala bentuk tindak tidak menyenangkan bukan saja bisa terjadi di media nyata namun juga media maya. Apalagi saat ini, media maya dapat dinikmati dengan mudah dan murah oleh hampir setiap individu. Dan di media maya, setiap individu dapat dengan mudah menyembunyikan tangan selepas melakukan kejahatan. Padahal, keamanan merupakan kebutuhan dasar yang harus dinikmati ...
Read more 0