Minggu, 28 April, 2024
Informasi Damai
Archives by: Redaksi

Redaksi

0 comments

Redaksi Posts

Gus Baha’ Dan Nalar Publik yang Ingin Sembuh dari Kesimpulan Instan

Gus Baha’ Dan Nalar Publik yang Ingin Sembuh dari Kesimpulan Instan
Narasi
Gus Baha’ atau KH. Bahauddin Nursalim menjadi salah satu dai yang populer lewat Youtube. Gaya ceramah beliau yang mendalam dan banyak mengulas hal-hal yang jarang diulas oleh dai-dai lain, menunjukkan fenomena baru umat Islam dalam menerima informasi dari dai-dai yang viral di media sosial. Dimana sebelumnya banyak dari mereka yang menerima serta merta tanpa nalar kritis terhadap pemikiran yang viral dan berlawanan dengan pemahaman umum. Kini bergeser pada kajian yang ...
Read more 0

Mencegah Para Pembajak Agama

Editorial
Radikalisme sering dikritisi sebagai istilah yang dianggap mendiskreditkan dan menyudutkan agama tertentu. Dalam kasus Islam, istilah Islam radikal dianggap sangat menyudutkan umat Islam. Betapa tidak, berbagai kejadian teror yang dilakukan oleh orang yang beragama Islam kerap dilabeli dengan istilah Islam radikal. Penyebutan Islam radikal sebenarnya lebih pada simplifikasi dari pengertian individu atau kelompok yang membajak ajaran Islam untuk tindakan radikal seperti teror dan kekerasan lainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa ada ...
Read more 1

Ramadan: Mengendalikan Emosi, Membangun Rekonsiliasi

Ramadan: Mengendalikan Emosi, Membangun Rekonsiliasi
Editorial
Marhaban ya Ramadan. Demikian ungkapan dari jutaan umat Islam di seluruh dunia menyambut tamu agung, Ramadan, dengan penuh gembira dan suka cita. Ungkapan ini menilik dari arti marhaban, menurut Quraish Shibab, merupakan luapan kata yang mengandung arti penyambutan dengan lapang dada, penuh kegembiraan, kerelaan dan penuh ketenangan dan kenyamanan. Kenapa umat Islam sangat bergembira dengan hadirnya bulan suci ini? Selain bulan suci yang penuh dengan luapan rahmat, ampunan, berkah dan ...
Read more 0

Penguatan Pendidikan Karakter untuk Bangsa Indonesia yang Beradab

Budaya perkelahian antar pelajar masih menjadi masalah klasik. Masalah ini menjadi semakin kompleks akhir-akhir ini dengan fenomena semakin beraninya siswa sekolah mempermalukan guru di kelas, diajak berkelahi, dianiaya bahkan ada yang dipukul hingga tewas. Berbagai fenomena tersebut cukup merisaukan karena generasi inilah yang akan menentukan masa depan bangsa di masa yang akan datang. Pendidikan sejatinya tidak hanya mendidik anak mempunyai prestasi tinggi dalam bidang akademik, tetapi hal yang mesti diperhitungkan adalah kualitas penanaman karakter. Dengan kata lain, pendidikan sebenarnya bertujuan pada dua hal mendorong manusia yang cerdas secara intelektual dan membentuk manusia yang beradab secara spiritual, emosional, dan sosial. Tidak cukup memiliki kualitas intelektual, tetapi krisis di aspek kecerdasan spiritual, emosional dan sosial. Aspek kedua inilah yang disasar oleh pendidikan karakter. Kenapa pendidikan karakter menjadi sangat penting? Kunci keberhasilan seorang siswa kelak bukan hanya ditentukan oleh prestasi akademiknya, tetapi sangat tergantung dari kepriadian dan mentalnya. Jiwa kemandirian, kesopanan, adaptable dengan lingkungan dan tantangan, mudal bergaul dan siap menerima perbedaan merupakan karakter dan nilai yang juga sangat menentukan masa depan siswa. Karena itulah, misi besar bangsa ini untuk memberikan, mendidik dan menanamkan pendidikan karakter di sekolah harus terus didukung dan digalakkan. Namun, pertanyaannya apakah karakter bisa dibentuk hanya dengan pendidikan formal dan pengajaran ruang kelas berbasis mata pelajaran? Karakter sebenarnya sangat terkait dengan sikap dan pandangan yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Proses penanaman karakter tidak hanya berhenti pada pemberian mata pelajaran norma dan etika, tetapi keteladanan di lingkungan sosial. Dari sinilah, pendekatan budaya menjadi sangat penting dalam mentransfer karakter dan nilai kepada anak. Pendekatan budaya dalam mendidik watak dan karakter mengandainkan bahwa lingkungan sosial harus menjadi arena kondusif bagi penanaman dan proses identifikasi siswa dalam menyerap pendidikan karakter. Setidaknya tiga elemen penting sebagai kunci efektifitas pendidikan karakter yang harus dikuatkan: lingkungan masyarakat yang dimulai dari keluarga, budaya sekolah yang mendukung dan lingkungan kelas. Pertama, lingkungan masyarakat yang dimulai dari unit paling kecil bernama keluarga. Keluarga berperan sangat penting sebagai sekolah pertama dalam mendidik karakter anak. Orang tua tidak hanya khawatir ketika anaknya mendapatkan nilai jelek, tetapi akan lebih khawatir ketika melihat anaknya mulai tidak disiplin, tidak jujur, tidak sopan dan mulai bersikap kasar. Pembudayaan karakter yang beradab harus dimulai keluarga dengan cara keteladanan seorang ibu dan bapak. Keluarga harus menjadi institusi pertama yang mendorong anaknya untuk percaya dan menghormati lingkungan sekolah baik guru dan teman sebayanya. Akan fatal, apabila orang tua justru tidak menaruh kepercayaan atas proses pembelajaran di sekolah. Intinya, keteladan orang tua merupakan cermin bagaimana siswa bersikap di lingkungan sekolah. Kedua, budaya lingkungan sekolah. Institusi pendidikan harus menjamin dan menyediakan ruang sosial yang kondusif yang dapat membantu proses internalisasi nilai dan watak peserta didik. Keagamaan, kedisiplinan, kejujuran, saling menghormati, dan kemandirian harus menjadi budaya yang tercipta di lingkungan sekolah. Ketiga, lingkungan kelas. Proses inti pembelajaran pendidikan karakter adalah di ruang kelas. Dalam proses inilah, dibutuhkan guru yang mampu mengkomunikasikan pengetahuan menjadi sikap bukan doktrin. Guru harus menjadi teladan tetapi juga teman yang baik dan komunikatif dalam memecahkan persoalan di kelas. Ketiga elemen penting untuk saling menguatkan dalam menanamkan pendidikan karakter seperti nilai agama, norma kesopanan, integritas, kepedulian, kebersamaan dan cinta tanah air. Hal ini akan selaras dengan tujuan pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Editorial
Budaya perkelahian antar pelajar masih menjadi masalah klasik. Masalah ini menjadi semakin kompleks akhir-akhir ini dengan fenomena semakin beraninya siswa sekolah mempermalukan guru di kelas, diajak berkelahi, dianiaya bahkan ada yang dipukul hingga tewas. Berbagai fenomena tersebut cukup merisaukan karena generasi inilah yang akan menentukan masa depan bangsa di masa yang akan datang. Pendidikan sejatinya tidak hanya mendidik anak mempunyai prestasi tinggi dalam bidang akademik, tetapi hal yang mesti diperhitungkan ...
Read more 1

Rumah Ibadah Sarana Menyebarkan Narasi Kesejukan, Bukan Kebencian

Rumah Ibadah Sarana Menyebarkan Narasi Kesejukan, Bukan Kebencian
Editorial
Keberadaan rumah ibadah tidak hanya sebagai sarana aktifitas keagamaan, tetapi juga medium mempersatukan umat. Karena misi mempersatukan itulah, rumah ibadah harus dijadikan sarana menyebarkan narasi kesejukan dan perdamaian, bukan narasi kebencian dan perpecahan. Setidaknya ada dua fungsi pokok yang diemban rumah ibadah dalam aktifitas keagamaan. Masjid, misalnya, dikatakan sebagai Rumah Allah yang tidak boleh digunakan untuk kegiatan yang bertentangan dengan misi dan ajarannya. Dalam konteks inilah, masjid menjadi sarana penyelenggaran ...
Read more 1

Kekuatan Pers dalam Menangkal Hoaks dan Ujaran Kebencian

Kekuatan Pers dalam Menangkal Hoaks dan Ujaran Kebencian
Editorial
Tantangan terbesar dunia pers saat ini adalah banyaknya berita bohong dan ujaran kebencian yang beredar di masyarakat. Pada satu sisi harus dikatakan kekuatan pers melalui media mainstream menjadi kalah minat sebagai sumber informasi daripada media sosial. Bahkan dalam kasus tertentu, tidak jarang justru pers mengikuti arus narasi dan wacana dari media sosial. Budaya viral di medsos yang belum tentu kebenarannya menjadi rujukan ukuran kebenaran di tengah masyarakat. Bahkan tidak jarang ...
Read more 1

Gerakan Siskamling Medsos: Memantau dan Mereduksi Narasi Kebencian di Media Sosial

Gerakan Siskamling Medsos: Memantau dan Mereduksi Narasi Kebencian di Media Sosial
Narasi
Media sosial adalah lingkungan baru tempat interaksi dan komunikasi sosial di arena maya. Sebagai ruang pertemuan, dunia nyata dan dunia maya sama-sama memiliki aturan yang dapat menjamin kualitas interkasi dan komunikasi yang sehat. Media sosial, khususnya, saat ini menjadi ruang publik yang paling banyak dikunjungi dan menjadi tempat bersosialisasi, berkomunikasi dan mencari informasi. Sayangnya, ruang baru yang kini banyak disesaki oleh pengunjung virtual ini tidak dibarengi dengan kesadaran dan kepedulian ...
Read more 1

Bersihkan Medsos dari Ujaran Kebencian

Bersihkan Medsos dari Ujaran Kebencian
Editorial
Di era digital dengan perkembangan informasi yang begitu cepat, keragaman bangsa ini menjadi titik rawan dari provokasi dan fitnah bernafas kebencian di media sosial. Ujaran kebencian dan beria bohong menjadi alat yang mampu mengubah kerukunan menjadi konflik dan persatuan menjadi perpecahan. Gesekan antar masyarakat di dunia nyata menjadi rawan akibat provokasi kebencian di dunia maya. Ujaran kebencian di media sosial seakan tiada henti mengalir deras. Masyarakat seakan semakin berani memposting ...
Read more 1

Aktualisasi Bela Negara Generasi Milenial

Aktualisasi Bela Negara Generasi Milenial
Editorial
Hari bela Negara (HBN) yang ditetapkan dan diperingati pada tanggal 19 Desember merupakan peringatan untuk mengenang salah satu sejarah penting keberlangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). HBN merupakan peringatan terkait dengan sejarah pemerintahan sementara melalui pembentukan Pemerintahan Darurat Republk Indonesia (PDRI). Pembentukan PDRI dilatarbelakangi adanya agersi militer II Belanda yang berhasil melumpuhkan ibu kota RI, Yogyakarta, dan menanhan pimpinan Indonesia, Bung Karno, Bung Hatta dan Syahrir. Mesikpun ibu kota dan ...
Read more 2

Menghormati Ulama sebagai Guru Bangsa

Menghormati Ulama sebagai Guru Bangsa
Editorial
Tidak ada yang memungkiri peran ulama (tokoh agama) dalam lintas sejarah bangsa ini. Peran besar ulama baik direpresentasikan oleh tokoh, pesantren dan ormasnya mempunyai peran penting dalam merebut kemerdekaan, merumuskan format Negara, mengisi kemerdekaan dan menjaga kedaulatan bangsa sampai saat ini. Dalam kontkes bernegara dan bermasyarakat, ulama merupakan guru bangsa yang tanpa lelah merndampingi masyarakat dengan keilmuannya, nesehat bijaknya dan kekuatan kharismanya dalam merawat persatuan dalam perbedaan. Ulama menjadi panutan ...
Read more 1